Menuju konten utama

Upaya Samsung agar Galaxy Note 7 Tak Jadi Sampah Elektronik

Samsung akan merilis Galaxy Note 7 dalam bentuk refurbish.

Upaya Samsung agar Galaxy Note 7 Tak Jadi Sampah Elektronik
Model mengoperasikan Samsung Galaxy Note 7 saat peluncurannya di Jakarta. ANTARA FOTO/Paramayuda.

tirto.id - Samsung akan kembali menjual jutaan Galaxy Note 7 yang pernah ditariknya karena masalah keamanan. Penjualan produk gagal tersebut merupakan bagian dari upaya Samsug mengelola tumpukan produk-produknya dengan cara yang disebutnya “ramah lingkungan”.

Samsung menyatakan akan menjual Note 7 sebagai “telepon refurbish atau rental”. Keputusan itu diambil setelah berkonsultasi dengan para regulator di berbagai negara.

Produsen ponsel terbesar di dunia itu sebelumnya telah menarik sekitar 4 juta Note 7 setelah muncul kasus-kasus baterai yang bisa meledak karena kepanasan. Otoritas penerbangan di sejumlah negara bahkan melarang penggunaan Note 7 dalam penerbangan, termasuk juga membawanya dalam bagasi.

Setelah serangkaian investigasi, Samsung pada Januari lalu menyatakan kegagalan dalam baterai sebagai penyebab meledaknya Note 7. Penarikan Note 7 sempat dikritik karena memunculkan masalah lingkungan jika ditangani sebagai sampah elektronik.

Setiap tahun diperkirakan 20-50 juta metrik ton sampah elektronik dibuang di seluruh penjuru dunia. Baca lengkap dalam artikel Tirto mengenai Dunia yang Dikepung Limbah Sampah Elektronik.

Dalam pernyataannya, Samsung menyatakan piranti tersebut akan didaur ulang dan diproses dengan cara yang ramah lingkungan. Komponen-komponen yang masih diselamatkan digunakan kembali setelah melalui proses ekstraksi oleh perusahaan khusus daur ulang.

“Mempertimbangkan Galaxy Note 7 sebagai telepon refurbished atau sewa, penggunaannya tergantung pada konsultasi dengan otoritas pengatur dan perusahaan pengangkut dengan mempertimbangkan permintaan lokal,” ujar Samsung dalam pernyataannya, seperti dilansir dari The Guardian. Pasar dan tanggal peluncurannya akan diumumkan kemudian.

LSM lingkungan, Greenpeace menyambut baik keputusan tersebut. Selama beberapa waktu Greenpeace berjuang mengkritik keputusan Samsung yang dinilai bisa memberikan dampak lingkungan besar dari penarikan produknya.

“Orang-orang di berbagai penjuru dunia menandatangani petisi, mengirim email kepada CEO Samsung, berdemonstrasi, dan akhirnya Samsung mendengarkan,” kata Jude Lee, dari Greenpeace Asia Timur.

Jaw Dawson dari Jackdaw research mengatakan, keputusan itu merupakan salah langkah besar bagi Samsung yang sedang bersiap meluncurkan produk terbarunya pekan ini.

Penarikan Note 7

Samsung membuat geger setelah pada September menerima 35 laporan ledakan. Samsung meresponsnya dengan mengeluarkan pernyataan resmi tentang penarikan 1 juta unit ponsel yang diproduksi sudah tersebar di sejumlah belahan dunia itu, termasuk di Indonesia. Angka ini hampir separuh dari total produksi yang menyentuh angka 2,5 juta unit.

“Prioritas utama kami adalah keamanan pelanggan, kami meminta pemilik Galaxy Note 7 untuk mematikan perangkat tersebut dan melakukan penukaran segera,” ujar DJ KOH, President of Mobile Communications Business Samsung Electronics.

Tentang Samsung dan penarikan produk dapat dibaca dalam laporan khusus Tirto tentang Samsung Note 7, Meledak, Ditarik, Merugi

Penarikan kembali produk yang telah diproduksi, didistribusikan dan dijual ini tentu memakan biaya. Samsung harus kehilangan potensi keuntungan yang bisa didapatnya dari produk anyar ini.

Dari setiap unit Note 7 yang terjual, Samsung mengantongi pendapatan $600. Jika ada 2,5 juta unit yang sudah dijual dan didistribusikan, maka Samsung berpotensi meraup pendapatan total $1,5 miliar atau setara Rp19,7 triliun. Adapun potensi pendapatan ini adalah 0,85 persen dari total pendapatan Samsung pada 2015 yang mencapai $177 miliar. Potensi pendapatan ini jelas tidak akan didapatkan.

Lalu berapa potensi keuntungan yang hilang? Setiap satu unit Note 7 yang laku terjual, Samsung mendapatkan $108. Jika dijumlah, potensi keuntungannya adalah $270 juta atau Rp3,5 triliun. Angka ini porsinya 1,1 persen dari total keuntungan operasional yang dikantongi Samsung pada tahun 2015.

Dengan adanya recall, potensi keuntungan ini tak akan pernah bisa dinikmati. Samsung bahkan harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengumpulkan kembali barang-barang yang sudah didistribusi. Ini belum termasuk kompensasi $25 dalam bentuk voucher yang diberikan kepada setiap pelanggan yang melakukan pengembalian atau penukaran produk.

infografik samsung

Kinerja Keuangan Tetap Baik

Meski dibelit kasus penarikan, kinerja keuangan Samsung ternyata tidak terlalu parah. Pada awal Januari, Samsung memperkirakan kenaikan laba operasi sekitar 50 persen pada kuartal IV-2016 menjadi 9,2 triliun won (y-o-y) dari 6,14 triliun won.

Proyeksi kinerja yang baik tersebut bukan berasal dari unit bisnis mobile mereka, tapi dari bisnis komponen seperti memory chips dan layar digital. Namun, analis memperkirakan kinerja bisnis mobile Samsung akan segera pulih, dan bisa menopang kinerja di 2017. Rencana peluncuran perangkat terbaru Samsung seri Galaxy Note 8 pada kuartal II-2017 akan menjadi warna baru bagi Samsung.

"Kerugian yang akibatkan oleh Note 7 tidak seburuk yang orang perkirakan, jika Anda melihat bagaimana penjualan Samsung versus Apple," kata Patrick Moorhead, Presiden dan Kepala Analis di Moor Insights and Strategy, seperti dikutip dari CNBC.

Samsung nyatanya tak patah semangat. Berdalih masalah lingkungan, Samsung "mengolah" Note 7 agar bisa dijual kembali kepada konsumen. Anda berminat?

Baca juga artikel terkait SAMSUNG GALAXY NOTE7 atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Teknologi
Reporter: Nurul Qomariyah Pramisti
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti