tirto.id - Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengajak masyarakat mengubah paradigma membiarkan lahan tidur. Menurutnya, masyarakat harus mulai memberdayakan lahan agar bisa menghasilkan uang dan meningkatkan produktivitas.
"Dulu ada istilah lahan tidur, yakni sebidang tanah yang tidak ditanami dan dibiarkan terbengkalai. Sehingga lahan itu tidak produktif atau tidak menghasilkan apa-apa. Sekarang, saya mengistilahkan banyaknya aset tidur. Yakni, kepemilikan atas tanah maupun bangunan yang dihuni, tetapi tidak mampu kita kapitalisasi, sebagai aset ekonomi, untuk menghasilkan uang dan meningkatkan produktivitas," kata AHY dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian ATR/BPN di Hotel Shangri La, Jakarta Pusat, Kamis (7/3/2024).
Dirinya menyampaikan bahwa di negara-negara maju, tak ditemukan lagi lahan maupun aset tidur. Menurutnya, aset-aset tersebut dipaksa untuk 'bekerja' dan menghasilkan komoditas bagi si pemiliknya.
"Saya pernah mendengar, Menteri Keuangan kita, Ibu Sri Mulyani, mengatakan bahwa di negara-negara maju, yang bekerja keras bukan hanya manusianya, tetapi juga aset yang dimilikinya," kata dia.
Menurutnya, langkah pertama untuk mengentaskan masalah lahan tidur adalah dengan sertifikasi lahan. Proses sertifikasi tersebut dapat dilaksanakan harus dengan kesadaran masyarakat dan tak boleh dipaksakan.
"Tentu saja, syarat yang harus dipenuhi adalah kesadaran masyarakat untuk secara sukarela mendaftarkan tanah atau aset yang dimilikinya kepada kantor-kantor pertanahan setempat. Memang ini tidak mudah," kata AHY.
Dia juga menjanjikan untuk melawan mafia tanah agar masyarakat bisa memanfaatkan asetnya dengan baik.
"Kita semua harus punya komitmen, untuk memberantas mafia tanah. Kita harus mulai dari rumah kita sendiri. Kita harus mulai dari Kementerian ATR/BPN ini," kata dia menerangkan.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Anggun P Situmorang