Menuju konten utama

Mensos Klaim Nilai Konsumsi Narkoba Capai Rp72 M

Menteri Sosial mengungkapkan data bahwa konsumsi narkoba di Indonesia telah sampai pada taraf yang mengkhawatirkan. Selain itu, menurutnya, para pengedar saat ini mulai mengincar santri dan anak-anak.

Mensos Klaim Nilai Konsumsi Narkoba Capai Rp72 M
Penyidik Badan Narkotika Nasional (BNN) menata sejumlah barang bukti berupa sabu dan ekstasi dengan tersangka ketika jumpa pers di Kantor BNN, Cawang, Jakarta, Kamis (25/8). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Data terbaru BNN menunjukkan angka konsumsi narkoba di Indonesia telah menyentuh angka Rp 72 M. Selain itu, Indonesia juga telah dimasuki narkoba jenis baru bernama “crocodile” yang dapat membuat daging penggunanya mengelupas.

Hal tersebut disampaikan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat deklarasi pemberantasan narkoba di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Desa Tangsil Wetan, Kecaatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Sabtu, (27/08/2016).

"Data di BNN pada Mei lalu disebutkan bahwa uang rakyat yang digunakan untuk mengonsumsi narkoba mencapai Rp63 triliun. Data terbaru, sekarang sudah mencapai Rp72 triliun," katanya

Deklarasi di pondok pesantren asuhan KH Salwa Arifin itu juga melibatkan Badan Ansor Anti-Narkoba dan ribuan santri di Bondowoso.

"uang Rp72 triliun kalau dibuat bangun madrasah bagus apa tidak?" katanya yang dijawab, "Bagus" oleh para santri.

Pada kesempatan itu Khofifah juga mengungkapkan adanya jenis narkoba yang membuat daging tubuh seorang pengguna akan mengelupas.

"Ada sabu-sabu jenis crocodile. Ini kalau dikonsumsi, daging kita akan mrotol (mengelupas sendiri). Biasanya tangan dulu sampai siku yang mrotol, kemudian tinggal tulang yang gosong. Setelah itu baru di kaki sampai lutut. Kalau sudah kena tangan dan kaki, baru ke wajah. Ini sudah ada korbannya di Jakarta dan Jawa Barat," katanya.

Ia juga mengingatkan agar para guru dan orang tua waspada karena pengedar narkoba mulai menyasar anak usia dini dan taman kanak-kanak yang dikemas dalam bentuk permen.

"Awalnya anak-anak itu dikasih cuma-cuma. Setelah ketagihan, mereka akan mengajari anak-anak itu untuk berbuat kriminal. Misalnya disuruh membawa barang-barang orang tuanya untuk ditukar dengan permen tersebut. Anak diajari, kalau ada jam bapaknya atau cincin ibunya suruh diambil," kata Khofifah.

Ia juga mengingatkan kalangan santri agar waspada karena semua lini saat ini diincar untuk dijadikan pasar narkoba.

"Kalau di dalam pesantren diajari akhlakul karimah (akhlak yang baik), di luar pesantren sudah banyak yang mengincar. Sekarang ada fenomena narkoba disimpan di masjid karena dianggap aman. Atau disimpan di universitas-universitas karena dianggap aman," ujarnya.

Baca juga artikel terkait NARKOBA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra