tirto.id -
Menurut Airlangga, masalah sampah plastik saat ini lebih disebabkan kurangnya industri daur ulang. Akibatnya, limbah plastik yang jumlahnya cukup besar menjadi masalah bagi kelestarian lingkungan hidup. Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) menunjukkan, rata-rata jumlah sampah plastik di Indonesia mencapai 2,3 juta ton per tahun.
Dengan tingkat daur ulang (recycle) plastik yang saat ini baru mencapai 14 persen, sampah plastik yang telah diproses baru mencapai 322.000 ton per tahun.
"Jadi bukan karena penggunaan material yang lebih murah. Jadi bagaimana kita mengelola sampah dan mendorong sirkulasi ekonomi itu nanti kita push bahwa penggunaan recycle plastik itu 25 persen," tuturnya di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Selasa (12/3/2019).
Rencana pengurangan volume plastik yang digodok Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman itu, menurut Airlangga, juga harus melihat kondisi industri plastik saat ini.
"Plastic is a new material for steal. Kemudian ada fiber. Kayu. Its a new plastic. Jadi kita melihat plastik, steal, kertas, itu adalah bahan baku yang bisa didaur ulang. Yang jadi persoalan adalah kertas kresek. Tentu kertas kresek adalah persoalan waste management. Jadi soal itu kita harus menangani dari waste management," tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan memang mengatakan bahwa pemerintah bakal memangkas penggunaan plastik hingga 70 persen di tahun 2025.
Ia mengatakan, pemerintah tak akan lagi membuat kebijakan yang akan berakibat buruk pada generasi mendatang. Selain mengurangi volume plastik, target lain pemerintah adalah mengurangi limbah padat hingga 30 persen serta mengelola 70 persennya.
"Kami tidak mau membuat policy yang berakibat buruk. Kami tidak mau main-main. Bukan yoyo," ucapnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Agung DH