tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani merespons kritik capres Prabowo Subianto dengan membuat sebuah puisi berjudul “Kala Kamu Menuduh Aku Menteri Pencetak Utang”. Hal itu terjadi karena Prabowo menyebut dia sebagai “menteri pencetak uang”.
“Kami menyelesaikan ribuan kilometer jalan raya, tol, jembatan untuk rakyat, untuk kesejahteraan,” demikian sepenggal kutipan puisi yang diunggah Menkeu dalam akun instagram-nya Jumat (1/2/2019) malam kemarin.
Namun, klaim utang untuk kesejahteraan seperti tertuang dalam puisi itu langsung dibantah oleh anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean.
Ia mencontohkan pembangunan ribuan kilometer jalan tol menggunakan utang. Menurutnya, bukan rakyat yang menikmati jalan tol itu, karena tarifnya mahal dan hanya bisa dinikmati segelintir orang.
“Kalau utang banyak, yang menikmatinya siapa? Belum tentu rakyat, belum tentu bangsa ini. Kita juga harus melihat risiko dari jalan tol itu siapa yang nanti akan menanggung,” kata dia saat dihubungi Tirto, Sabtu (2/2/2019).
Harusnya, kata dia, bila benar pemerintah memakai utang untuk kesejahteraan, bukan jalan tol yang dibangun melainkan jalan nasional yang bisa dilewati gratis.
“Karena rakyat nanti malas naik tol. Tugas negara menghubungkan daerah hanya menjadi kewajiban negara untuk membangun jalan bagi masyarakat. Pemerintah itu tidak memiliki kewajiban membangun jalan tol,” ujar Ferdinand.
Apa lagi, lanjut Ferdinand, saat ini pemerintah banyak mencabut subsidi dari mulai subsidi listrik hingga subsidi bahan bakar minyak (BBM). Kondisi tersebut bikin beban masyarakat meningkat dan membuat mereka tak sejahtera.
“Ini adalah pertanyaan besar saya tidak melihat utang ini digunakan untuk mensejahterakan rakyat. Karena subsidi pun dicabut, listrik kita tahu. BBM juga begitu. Semua begitu, jadi mereka menggunakan utang untuk kesejahteraan rakyat yang mana faktanya masyarakat kita di bawah kesusahan,” kata dia.
Berikut puisi Sri Mulyani yang diunggah di akun Instagramnya.
Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami menyelesaikan
Ribuan kilometer jalan raya, toll, jembatan Untuk rakyat, untuk kesejahteraan
Kami menyelesaikan
Puluhan embung dan air bersih,
bagi jutaan saudara kita yang kekeringan
Puluhan ribu rumah, untuk mereka yang memerlukan tempat berteduh
Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami bekerja menyediakan subsidi
Jutaan sambungan listrik untuk rakyat untuk menerangi kehidupan, hingga pelosok
Kami terus bekerja
Meringankan beban hidup 10 juta keluarga miskin
Menyediakan bantuan pangan 15 juta keluarga miskin
Menyekolahkan 20 Juta anak miskin untuk tetap dapat belajar menjadi pintar
Kala kamu menuduh aku Menteri Pencetak Utang,
Kami bekerja siang malam
Menyediakan jaminan, agar 96.8 Juta rakyat terlindungi dan tetap sehat.
Merawat Ratusan ribu sekolah dan madrasah,
agar mampu memberi bekal ilmu dan taqwa,
bagi puluhan juta anak-anak kita untuk membangun masa depannya
Kami tak pernah berhenti,
agar 472 000 mahasiswa menerima beasiswa untuk menjadi pemimpin masa depan
20.000 generasi muda dan dosen berkesempatan belajar di universitas terkemuka dunia untuk jadi pemimpin harapan bangsa.
Puluhan juta petani mendapat subsidi pupuk, benih dan alat pertanian,
170.400 hektar sawah beririgasi untuk petani
Jutaan usaha kecil mikro memiliki akses modal yang murah
Jutaan penumpang kereta dan kapal yang menikmati subsidi tiket
Jutaan keluarga menikmati bahan bakar murah
Jutaan pegawai negeri, guru, prajurit, polisi, dokter, bidan, dosen hingga peneliti mendapat gaji dan tunjangan untuk mengabdi negeri
Terus, Kami terus bekerja, agar 74.953 desa mampu membangun, membasmi kemiskinan. 8.212 kelurahan terbantu untuk melayani rakyat kebih baik
Triliunan rupiah tersedia membantu saudara kita yang terkena bencana membangun kembali kehidupannya
Dan masih banyak lagi yang aku mau ceritakan padamu Agar engkau TIDAK LUPA
Karena itu adalah cerita tentang kita MEMBANGUN INDONESIA
Aku tak ingin engkau lupa itu.
sama seperti aku tak ingin engkau lupa akan sejarah negeri kita.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Alexander Haryanto