tirto.id - Empat belas tahun silam Christopher Nolan memulai perjalanan barunya dengan menyutradarai film superhero berjudul Batman Begins. Film ini, kata Nolan, berusaha menggali sisi lain dari seorang Bruce Wayne, sosok yang menjadi pahlawan kesayangan Gotham City, Batman [diperankan oleh Christian Bale], yang rapuh dan emosional.
Mulanya, Nolan hanya ingin membuat satu film dan tak berencana bikin sekuel. Namun, Batman Begins ternyata laris di pasaran. Sutradara kelahiran 30 Juli 1970 tersebut dianggap mampu menggambarkan cerita tentang superhero dengan gaya noir, sesuatu yang mungkin belum banyak dilakukan oleh film-film produksi DC maupun Marvel lainnya.
“Ya, itu [cerita Batman] adalah soal superhero. Tapi, ini lebih tentang bagaimana karakter tersebut punya rasa bersalah, ketakutan, serta impuls yang kuat,” kata Nolan, sebagaimana dilaporkan Variety. “Bruce Wayne tidak memiliki kekuatan super selain kekayaannya yang luar biasa. Tapi, sungguh, ia hanya seseorang yang melakukan banyak push-up. Dalam hal itu, ia sangat manusiawi. Saya pikir itu sebabnya saya condong ke sana.”
Alhasil, Batman Begins membuka semesta Batman lainnya—tentu versi Nolan—yang kemudian diberi nama “The Dark Knight Trilogy.” Dua film setelahnya yakni The Dark Knight (2008) serta The Dark Knight Rises (2012) juga sama-sama mendapat respon positif.
Salah satu hal yang menjadikan trilogi Batman begitu istimewa adalah kemampuan Nolan dalam menempatkan karakter penjahat sebagai sumbu cerita. “Bagi saya, setiap film [Batman] adalah genre yang berbeda,” ujar Nolan. “Film-film Batman cenderung dibentuk oleh penjahat.”
Salah satu penjahat itu ialah Joker. Dan dalam konteks Joker versi Nolan, tidak bisa tidak, nama pertama yang diingat tiap membicarakan itu sudah pasti Heath Ledger.
Mengingat Heath Ledger
Dalam semesta Batman versi Nolan, karakter Joker muncul dalam The Dark Knight. Pemerannya, Heath Ledger, aktor brilian yang sebelumnya pernah bermain di film Brokeback Mountain (2005) garapan Ang Lee.
Ledger merupakan aktor kelahiran Perth, Australia, pada 4 April 1979. Keluarganya berasal dari golongan kelas menengah. Ayahnya bekerja sebagai insinyur pertambangan, sementara ibunya seorang guru.
Sejak kecil, catat Guardian, Ledger sudah tertarik dengan seni peran. Di usia 10 tahun, misalnya, ia memperoleh peran dalam produksi teater Peter Pan. Selain itu, Ledger kecil juga bermain di beberapa program televisi anak-anak dan film Clowning Around (1992).
Kesempatan Ledger di dunia akting kian terbuka lebar kala ia remaja. Tercatat, ia membintangi serial Sweat (1996), Paws (1997), sampai Roar (1997-2000). Berbekal pencapaian tersebut, maka di usia yang baru 18 tahun, Ledger sudah terbang ke Los Angeles untuk peluang yang lebih besar di Hollywood.
“Ruangan itu dipenuhi orang-orang dengan jas,” tutur Ledger, masih mengutip laporan Guardian, tentang pengalaman pertamanya ikut casting di sebuah studio film di Hollywood. “Setelah aku beraksi, mereka berkumpul dan berbisik. Itu jelas bukan penampilan terbaikku. Tapi, aku pikir, segalanya berjalan dengan benar.”
Nasib baik kemudian secara perlahan mendatangi Ledger. Darimulai memerankan karakter Patrick Verona, remaja berambut gondrong yang cerewet di film drama coming-of-age berjudul 10 Things I Hate About You (1999), Ledger lantas melebarkan sayapnya ke film-film "serius" seperti The Patriot (2000)—di mana ia bermain bersama aktor kawakan Mel Gibson—dan Monster’s Ball (2001), yang berkisah tentang rasisme.
Momentum emas Ledger datang manakala ia bermain di Brokeback Mountain, sebuah film yang mengisahkan asmara dua peternak domba di kaki pegunungan Wyoming. Ledger berperan sebagai Ennis Del Mar yang terlibat relasi romantis dengan Jack Twist (Jake Gyllenhaal). Berkat Brokeback Mountain, nama Ledger melambung: masuk nominasi Aktor Terbaik di ajang Academy Awards 2006.
Puncak kegemilangan Ledger sebagai aktor kelas wahid hadir ketika ia memerankan karakter Joker.
Mengenang Totalitas Berujung Nahas
Berdasarkan laporan Uproxx, sebelumnya Ledger diajak Nolan justru untuk memerankan tokoh Batman dalam Batman Begins. Ajakan tersebut ditolak Ledger karena ia merasa tidak cocok. Nolan memahaminya. Barulah ketika ia hendak menggarap The DarkKnight, Nolan kembali mengajak Ledger. Namun kali ini untuk tokoh Joker.
Dalam sebuah sesi tanya jawab di Film Society of Lincoln Center, New York pada 2012, Nolan menyatakan bahwa rasa lapar Ledger akan seni peran membuatnya pantas memerankan sosok Joker. Kehadiran Ledger, tambah Nolan, akan melahirkan duet yang dahsyat bersama Christian Bale yang memerankan Batman.
Hanya saja kendati pun telah menerima tawaran Nolan, Ledger tetap dirundung ketakutan bilamana ia gagal memenuhi ekspektasi penonton, terutama dari kalangan penggemar Batman yang militan.
“Aku benar-benar takut,” ujarnya dalam wawancara dengan Empire. “Meskipun, hal yang bikin aku takut itu juga bisa bikin bersemangat di saat yang sama. Aku tidak tahu apakah rasa takut ada atau tidak. Tapi, yang jelas, aku harus berani dan percaya bahwa akan ada sesuatu yang berbeda.”
Demi memuluskan perannya, Ledger bekerja keras memahami sosok Joker. Ia menyelami lebih dalam karakter Joker, mengulitinya sampai habis. Ia membaca A Clockwork Orange (1962) karya Anthony Burgess hingga mempelajari lukisan-lukisan figuratif Francis Bacon demi memperkuat persona Joker dalam dirinya.
Upaya Ledger tak berhenti sampai situ. Masih mengutip laporan Empire, berbulan-bulan sebelum proses syuting dilangsungkan, Ledger mengisolasi dirinya di sebuah kamar di salah satu hotel di London. Di ruangan tersebut ia membikin gambar, tulisan, maupun corat-coret yang lainnya semata demi satu hal: menjadi Joker secara paripurna.
“[…] Aku akhirnya bisa mendarat di ranah yang lebih psikopat, seseorang yang sangat sedikit atau tidak ada sama sekali hati nurani,” jelasnya.
“Ia [Joker] hanya sosiopat, badut berdarah dingin, pembunuh massal, dan Chris [Nolan] memberiku kendali bebas. Yang menyenangkan, tidak ada batasan nyata untuk apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan atau dilakukan Joker. Tak ada yang mengintimidasinya. Semua adalah lelucon besar.”
Buku harian Ledger menggambarkan dengan baik keruwetan yang dialami Ledger dalam mempersiapkan karakter Joker. Seperti yang diungkapkan film dokumenter berjudul Too Young to Die (2012) bikinan sutradara asal Jerman, Dag Freyer, tertempel foto-foto hyena, badut, potongan komik, sampai sosok Alex DeLarge, tokoh anarkis yang dimainkan Malcolm McDowell dalam film A Clockwork Orange (1971) besutan Stanley Kubrick.
Ketika produksi dimulai, Ledger masih meneruskan proses tersebut. Beberapa kali ia kerap keluar dari naskah dan melakukan improvisasi akting. Dialog-dialognya bikin Michael Caine—yang memerankan tokoh Alfred Pennyworth—terkejut sehingga lupa bagiannya. Sementara berbagai aksi Ledger yang lain juga sampai membuat Bale gelagapan.
“Ia membanting dirinya sendiri, melempar tubuhnya ke ubin sehingga retak dan penyok,” kenang Bale kepada Independent. “Komitmennya [sungguh] total.”
Akan tetapi, usahanya untuk menyerap karakter Joker mendatangkan konsekuensi yang tak main-main. Ia susah tidur, diserang panik, kegelisahan, pikirannya penuh, dan tubuhnya kelelahan. Pendek kata, Ledger stres berat.
The Dark Knight, sebagaimana diketahui, sukses besar.Secara finansial, film tersebut meraup pendapatan lebih dari 1 miliar dolar. Dan di saat yang bersamaan pula, bagaimana akting Ledger dalam memerankan Joker membuat para kritikus terkagum-kagum.
David Denby, dalam catatannya berjudul “Past Shock” yang terbit di New Yorker (2008), menyebut penampilan Ledger di The Dark Knight sangat menakutkan. Bahkan, ia sampai berspekulasi bahwa untuk mengeluarkan performa sebaik itu, Ledger harus rela “mengacaukan dirinya.”
Joker ala Ledger memang berhasil menghidupkan atmosfer gelap di The Dark Knight. Maka tak heran jika kemudian ia diganjar Oscar untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik pada 2009, sekaligus menjadikan Joker sebagai satu-satunya karakter dalam sejarah film superhero yang pernah meraih penghargaan tersebut.
Nahas, puja-puji itu tak sempat dinikmati Ledger. Pada 22 Januari 2008, tepat hari ini 12 tahun lalu, Ledger tewas di apartemennya akibat overdosis. Rumor dengan cepat berkembang: caranya memforsir diri demi peran Joker berandil dalam kejadian ironis tersebut.
“Ia baik-baik saja meski mengunci diri di kamar hotel selama berminggu-minggu,” terang ayah Ledger, Kim, dalam Too Young to Die. “Ia menggembleng karakter yang akan dimainkan. Itu ciri khasnya. Ia akan melakukan itu dan ia suka menyelaminya. Tapi, kali ini, proses itu benar-benar menyeretnya lebih jauh.”
Kematian Ledger sudah pasti meninggalkan lubang besar bagi hampir semua pelaku film di Hollywood. Terutama Nolan: orang yang begitu percaya bahwa Ledger amat layak memainkan Joker.
“Saya sangat bangga terlibat dalam cara apa pun dengan aktor yang hebat ini. Ledger adalah orang dan aktor yang luar biasa. Ia berkontribusi dalam banyak cara yang berbeda untuk film. Saya sangat bangga menjadi bagian darinya,” ujar Nolan.
=========
Artikel ini pertama kali ditayangkan pada 12 September 2019 dengan judul "Mengingat Joker, Mengenang Heath Ledger". Kami melakukan penyuntingan ulang dan menerbitkannya kembali untuk rubrik Mozaik.
Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.
Editor: Eddward S Kennedy & Ivan Aulia Ahsan