Menuju konten utama

Mengenal Zoom: Didirikan Eric Yuan dan Populer Saat Work From Home

Mengenal Zoom, aplikasi yang banyak digunakan saat Work From Home.

Mengenal Zoom: Didirikan Eric Yuan dan Populer Saat Work From Home
CEO Zoom Eric Yuan di Nasdaq Kamis, 18 April 2019, di New York. Mark Lennihan/AP

tirto.id - Zoom menjadi salah satu aplikasi yang banyak digunakan orang-orang saat physical distancing karena pandemi virus corona COVID-19. Biasanya Zoom digunakan di antara kalangan para pekerja untuk melakukan meeting secara online.

Dikutip dari situs web-nya Zoom menyatakan diri sebagai perusahaan modern yang berbasis communication video, dengan platform cloud yang mudah dan cukup handal untuk obrolan secara video yang dapat digunakan di seluruh perangkat seluler, desktop, telepon, maupun room systems.

Zoom didirikan oleh Eric Yuan, salah satu jutawan yang masuk dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes. Eric Yuan termasuk dalam 178 pendatang baru orang terkaya yang berasal dari 20 negara, menurut catatan Forbes.

Dikutip dari Business Insider Singapore, Eric Yuan merupakan pendiri dan CEO Zoom Technologies, Inc. Ia membangun kerajaan konferensi video senilai $35 miliar dalam sembilan tahun lamanya.

Kekayaan miliarder berusia 49 tahun itu melonjak 112% menjadi $7,57 miliar dalam tiga bulan terakhir, ketika seluruh dunia sedang menghadapi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona.

Eric Yuan lahir di provinsi Shandong, Cina. Dia mendapatkan gelar sebagai sarjana matematika terapan dan gelar master dalam bidang teknik.

Sebelumnya Yuan menghabiskan empat tahun bekerja di Jepang setelah lulus berkuliah hingga pada akhirnya dia pindah ke California’s Silicon Valley untuk bekerja untuk startup internet setelah mendengarkan Bill Gates memberikan pidato tentang dot-com.

Yuan juga bercerita bagaimana ia memulai startup konferensi video karena pada saat dulu masih menduduki bangku perkuliahan dan masih berada di Cina, ia dan pacarnya yang saat ini sudah menjadi istrinya memang berkuliah di dua perguruan tinggi yang berbeda dan dipisahkan dengan 10 jam perjalanan menggunakan kereta api.

"Saya hanya bisa melihatnya dua kali setahun dan butuh lebih dari 10 jam untuk sampai ke sana dengan kereta api, saya masih muda saat itu 18 atau 19 tahun, dan saya pikir itu akan sangat fantastis jika di masa depan ada perangkat di mana saya bisa mengklik tombol dan melihatnya dan berbicara dengannya," ujar Yuan.

Kepada The Quint, Yuan juga bercerita tentang bagaimana perusahaan akan belajar dari sebuah kejadian luar biasa saat ini dan dapat berpikir tentang bekerja secara jarak jauh.

Dia mengatakan perusahaan dapat memperbaiki kebijakan mereka untuk memungkinkan bekerja dari rumah setidaknya sekali dalam seminggu. Dengan sebelumnya perusahaan-perusahaan tidak terbuka terhadap gagasan bekerja dari rumah.

Yuan juga menambahkan, Zoom digunakan untuk lebih dari sekedar bisnis. Dia mengatakan, krisis yang terjadi karena pandemi virus corona COVID-19 saat ini memotivasi timnya untuk memberikan pelayanan maksimal via Zoom.

“Saya hanya memberitahu tim saya dan mengingatkan diri sendiri bahwa ini adalah waktu yang sangat kritis karena kita berada dalam krisis. Jadi kami fokus pada dua hal: untuk melayani pelanggan kami yang sudah ada dan memastikan layanan kami selalu berkualitas tinggi dan selalu naik. Hal kedua adalah bagaimana kami dapat membantu masyarakat setempat, seperti sekolah, menangani krisis ini," ujarnya.

Kontroversi Privasi Aplikasi Zoom

Zoom sempat diterpa isu keamaan dan privasi pengguna setelah menjadi target iseng atau Zoombombing yang memungkinkan orang tanpa diundang masuk dalam rapat.

Perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat itu kemudian bertekad untuk menyelesaikan masalah keamanan, dengan mengumumkan pada Kamis (2/4/2020), penghentian pembaruan fitur selama 90 hari untuk fokus pada privasi dan keamanan.

Kekhawatiran keamanan pada Zoom telah membuat sejumlah sekolah di AS, termasuk di kota New York, untuk melarang penggunaan platform konferensi video itu dalam kelas online.

Departemen Pendidikan kota New York kepada para guru mengatakan bahwa mereka tidak boleh menggunakan Zoom, dan menggelar kelas online menggunakan layanan pesaingnya, Microsoft Teams.

"Kami masih dalam proses bekerja sama dengan mereka," kata Yuan mengacu pada pihak sekolah di New York.

"Kami ingin Zoom menjadi perusahaan yang mengutamakan privasi dan keamanan," dia menambahkan.

Sebelumnya, Jaksa Agung New York, Letitia James, mengirim surat kepada Zoom pada Senin, 30 Maret dan mempertanyakan langkah perusahaan dalam memastikan privasi dan keamanan pengguna.

Pada hari yang sama, FBI memperingatkan bahwa aktivitas meeting di Zoom berpotensi untuk diserang peretas. FBI meminta pengguna yang 'diserang' untuk melaporkan hal itu.

Pada Selasa, 31 Maret lalu, The Intercept dalam sebuah laporannya mempublikasikan bahwa Zoom tak sepenuhnya aman lantaran tidak didukung enkripsi ujung-ke-ujung.

Terkini, SpaceX, perusahaan teknologi AS yang dinahkodai oleh Elon Musk, meminta karyawannya untuk tak menggunakan Zoom terkait masalah itu, sebagaimana diwartakan CNET.

"Silakan gunakan email, teks, atau telepon sebagai alat komunikasi alternatif," imbauan SpaceX kepada karyawannya melalui email.

Baca juga artikel terkait ZOOM atau tulisan lainnya dari Dewi Sekar Pambayun

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Dewi Sekar Pambayun
Penulis: Dewi Sekar Pambayun
Editor: Dipna Videlia Putsanra