tirto.id - Vaksin Pfizer dengan merek COMIRNATY sudah tiba di Indonesia pada Sabtu (21/8/2021) lalu. Vaksin ini akan diperuntukan secara gratis, bagi masyarakat umum yang belum pernah menerima vaksin Covid-19.
Dilansir laman resmi Kemenkes RI, pada tahap awal ini, vaksin buatan Pfizer tersebut akan didistribusikan ke wilayah seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Tanggerang Selatan dan Bekasi.
Vaksin Pfizer kini menjadi satu dari beberapa jenis vaksin lain, seperti CoronaVac (buatan Sinovac), AstraZeneca (produksi SK Bio), serta Sinopharm, yang diizinkan penggunaannya di Indonesia untuk program vaksinasi nasional.
Hingga kini, per 22 Agustus 2021, melansir data yang dirilis Kemenkes RI, tercatat sudah lebih dari 57 juta warga Indonesia menerima dosis pertama vaksin. Sementara lebih dari 31 juta dari total 208.265.720 target sasaran vaksinasi nasional telah mendapat dosis kedua.
Vaksin Covid-19 sendiri bermanfaat untuk memberi perlindungan agar tidak tertular atau sakit berat akibat Covid-19, dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin.
Dengan demikian, melalui program vaksinasi nasional diharapkan mampu menekan angka kasus positif dan kematian akibat virus corona.
Bagaimana Vaksin Pfizer Diproduksi dan Bekerja?
Jenis vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dinamakan BNT162b2, dan berbasis teknologi messenger RNA (mRNA). Vaksin ini menggunakan gen sintetis yang lebih mudah diciptakan, sehingga bisa diproduksi lebih cepat dibanding teknologi biasa.
Perusahaan bioteknologi asal Jerman, BioNTech, yang bekerja sama dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer, pada pertengahan tahun lalu telah menyepakati produksi vaksin BNT162b2.
Dilansir laman resmi Pfizer, dengan memakai teknologi mRNA, tubuh seseorang akan disuntikkan kode genetik dari virus corona jenis baru. Melalui penyuntikkan ini, imun seseorang akan diajari untuk memberikan respons perlawanan.
Sederhananya, dalam vaksin tradisional, peneliti memasukkan vaksin yang dilemahkan atau tidak aktif untuk memicu respons kekebalan atau antibodi.
Namun hal ini tidak dilakukan oleh vaksin dengan teknologi mRNA. Sebaliknya, mRNA mengajari sel kita cara membuat protein — atau bahkan hanya sepotong protein — yang memicu respons imun di dalam tubuh kita.
Respons imun ini yang menghasilkan antibodi yang melindungi kita dari infeksi jika virus yang sebenarnya masuk ke tubuh kita.
Secara umum, cara kerja vaksin Pfizer dengan teknologi mRNA adalah sebagai berikut:
- Pertama, mRNA Covid-19 diberikan di otot lengan atas. Setelah instruksi (mRNA) berada di dalam sel kekebalan, sel menggunakannya untuk membuat potongan protein. Setelah potongan protein dibuat, sel memecah instruksi dan membuangnya.
- Selanjutnya, sel menampilkan potongan protein di permukaannya. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali bahwa protein tidak seharusnya ada di sana dan mulai membangun respons kekebalan dan membuat antibodi, seperti yang terjadi pada infeksi alami terhadap Covid-19.
- Pada akhir proses, tubuh kita telah belajar bagaimana melindungi dari infeksi di masa depan. Manfaat mRNA, seperti semua vaksin, adalah mereka yang divaksinasi mendapatkan perlindungan ini tanpa harus mengambil risiko konsekuensi serius dari sakit Covid-19.
Tahun lalu, Pfizer telah memproduksi setidaknya 50 juta dosis untuk melindungi 25 juta. Pada tahun ini, Pfizer mengatakan akan memproduksi hingga 1,3 miliar dosis vaksin.
Tingkat Efikasi Tinggi, Ampuh Untuk Varian Baru
Melansir laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), vaksin Pfizer memiliki tingkat kemanjuran atau efikasi sebesar 95 persen terhadap infeksi SARS-CoV-2 yang bergejala. Dengan tingkat efikasi yang tinggi, WHO merekomendasikan penggunaan vaksin Pfizer di suatu negara, bahkan jika varian baru mewabah di negara tersebut.
Rekomendasi WHO bukan tanpa dasar. Selain punya tingkat efikasi 95 persen, banyak studi juga telah menunjukkan bahwa vaksin Pfizer sangat ampuh melawan varian virus.
Sebuah analisis yang dikeluarkan oleh Public Health England, misalnya, menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer 90 persen efektif terhadap pasien rawat inap yang disebabkan oleh Varian Delta—varian yang punya tingkat persebaran sangat cepat.
Hal itu pula yang menyebabkan tingkat kematian begitu rendah di Inggris, kendati angka penularan varian Delta menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Selain itu, mengutip laman Nature, vaksin Pfizer juga ampuh untuk menghadapi varian Beta asal Afrika Selatan.
Dalam jurnal yang dipublikasi oleh The New England Journal of Medicine (2021), orang-orang di Qatar yang menerima dua dosis vaksin Pfizer memiliki kemungkinan 75 persen lebih kecil untuk tertular Covid-19 yang disebabkan oleh B.1.351 atau varian Beta, dibandingkan orang yang tidak divaksinasi. Selain itu, vaksin ini juga memiliki perlindungan hampir total dari penyakit parah yang disebabkan oleh jenis varian tersebut.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani