tirto.id - Sebagai makhluk sosial, menjalin hubungan dengan orang lain menjadi kebutuhan dasar bagi manusia.
Sigmun Freud, seorang psikoanalisis bahkan pernah menyebut, bahwa manusia perlu menjalin hubungan serta menjadi bagian dari suatu kelompok sosial.
Dari pemikiran ini lah, kemudian berkembang Need to Belong Theory atau sebuah teori tentang "kebutuhan untuk dimiliki".
Mengutip laman Psychology, John Bowlby tercatat menjadi psikolog pertama yang mengembangkan gagasan Freud tentang kebutuhan untuk dimiliki dan melakukan tes eksperimental atas gagasan itu.
Ia sampai pada kesimpulan bahwa tanggapan seseorang terhadap orang lain cenderung berbeda berdasarkan kedekatan atau keintiman hubungan mereka.
Sementara lebih jauh, Roy Baumeister dan Mark R. Leary punya teori bahwa hubungan merupakan kebutuhan terpenting yang harus dipenuhi manusia.
Mereka mengatakan, “memuaskan 'perasaan memiliki' membutuhkan dua aspek hubungan yang harus terpenuhi”.
Bagian pertama adalah orang perlu memiliki interaksi yang positif dan menyenangkan, bukan negatif dengan orang lain.
Bagian kedua menjelaskan bahwa interaksi ini tidak boleh acak, tetapi harus terjadi sebagai bagian dari hubungan yang stabil dan langgeng di mana orang-orang saling peduli tentang kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang.
Meskipun teori-teori awal tentang kebutuhan untuk dimiliki menekankan hubungan “satu-ke-satu”, penelitian yang lebih baru telah menjelaskan bahwa kelompok yang lebih besar juga dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Beberapa orang (dan mungkin pria lebih dari wanita) dapat merasa terhubung dengan kelompok besar, seperti tim atau perusahaan atau universitas, dan ikatan ini dapat menggantikan hubungan intim sampai batas tertentu.
Mengapa manusia ingin dimiliki dan memiliki?
Dilansir dari VeryWellMind, kebutuhan untuk dimiliki sejatinya dapat mendorong kita untuk mencari hubungan yang stabil dan tahan lama dengan orang lain.
Hal itu juga memotivasi kita untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial seperti klub, tim olahraga, kelompok keagamaan, organisasi masyarakat, dan lain-lain.
Dalam hierarki kebutuhan yang dipaparkan Abraham Maslow juga dijelaskan, bahwa rasa memiliki adalah bagian dari salah satu kebutuhan, utamanya yang memotivasi perilaku manusia.
Hierarki kebutuhan Maslow digambarkan sebagai piramida, dengan kebutuhan yang lebih mendasar berada di bawah dan kebutuhan yang lebih kompleks lebih ke puncak.
Kebutuhan akan cinta dan kepemilikan terletak di tengah piramida sebagai bagian dari kebutuhan sosial.
Merujuk artikel yang dipublikasi Florida State University berjudul “The Need to Belong (NTB): Belongingness dan Human Performance”, ada tiga alasan yang mendasari pertanyaan mengenai penyebab manusia memiliki kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki ini. Ketiga alasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sense of Identity
Sense of identity atau perasaan mengenai identitasmenjadi penting, karena hal inilah yang memungkinkan kita untuk membedakan diri dengan orang lain.
Semisal, tatkala seorang selebritas mempromosikan produk tertentu yang kemudian produk tersebut memiliki persentase penjualan yang tinggi.
Secara tidak langsung, produk ini akan diasosiasikan dengan artis tersebut dan keberhasilan ini akan menjadi sense of identity yang membuatnya menjadi semakin berkembang.
Itulah kenapa perasaan mengenai identitas ini penting karena "selain untuk identifikasi, juga membuat seseorang terus maju dan bergerak lebih baik".
2. Sense of Security
Sense of security atau perasaan aman sebenarnya sama dengan penjelasan Maslow dalam hierarki kebutuhan-nya di tangga yang kedua.
Jelasnya, seorang individu memerlukan perasaan aman untuk bisa menjalani hari-harinya dengan baik, kendati pasti ada pula hari-hari yang buruk dan melelahkan.
Untuk dapat mengembalikan perasaan ketidakberdayaan dan kekhawatiran ini, maka kita perlu ditemani oleh orang lain.
Perasaan bahwa kita tetap aman, dimiliki, dan diterima akan menggantikan perasaan-perasaan ketidakberdayaan tersebut. Itulah kenapa rasa aman ini menjadi penting dan membentuk belongingness.
3. Sense of Orderliness
Sense of Orderliness ini bermakna bahwa manusia tidak menyukai suatu hal yang bersifat kompleks.
Dengan sense atau perasaan ini, kita akan cenderung untuk lekat pada orang lain untuk membantu kita menyederhanakan permasalahan yang dilalui. Ini membuat perasaan ini menjadi penting untuk membantu dan menjalin keterhubungan sosial.
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yandri Daniel Damaledo