tirto.id - Teknik leg wave atau leg dangle di MotoGP dipopulerkan oleh Valentino Rossi. Sejak aksi sang pembalap asal Italia di MotoGP 2005, "Doctor Dangle" menjadi semacam aksi yang diikuti banyak pembalap yang lebih muda. Apa fungsi gerakan ini?
Dalam seri pertama MotoGP 2005, Grand Prix Jerez, Valentino Rossi berduel dengan rekan setimnya di Movistar Yamaha, Sete Gibernau. Sampai lap terakhir, salip-menyalip terjadi. Rossi kemudian terlihat menurunkan kakinya melebar saat masuk tikungan.
Sete Gibernau yang berusaha menekan The Doctor justru hilang keseimbangan. Ia oleng, dan akhirnya merelakan Rossi menjadi juara seri. Ujung musim tersebut, Valentino Rossi menjadi juara dunia dengan total 367 angka, sedangkan Gibernau finis di urutan ketujuh.
Dalam gerakan lambat, untuk melakukan leg wave atau leg dangle, Valentino Rossi membuka lalu menurunkan kaki ketika mengerem sebelum menikung. Rossi sendiri mengakui, gerakannya tersebut alamiah, layaknya refleks. Gerakan Rossi ini seperti gerakan para pembalap motocross saat mengerem.
Satu yang pasti, gerakan The Doctor tersebut ditiru banyak pembalap, mulai dari generasi Marco Melandri, generasi Casey Stoner dan Dani Pedrosa, sampai generasi terbaru MotoGP.
Dengan mengacu pada pernyataan Rossi yang menyebut leg wave-nya alamiah, Chris Martin dalam "The History of the MotoGP Leg Dangle" menilai leg wave memberikan efek psikologis untuk pembalap yang melakukannya.
"Pembalap mapan yang berusaha mengalahkan Rossi tidak akan memberinya keuntungan dan menganggap lebih aman untuk mengikuti jejaknya atau mengambil risiko melakukan (leg wave) tersebut. Sementara itu, pembalap yang lebih muda hanya ingin menjadi Rossi. Entah itu (karena faktor) fisika, voodoo, atau imitasi sederhana, dangle tersebut berbicara terkait efektifitas (fisik atau psikologisnya)," tulis Martin.
Sementara itu, Cal Crutchlow yang menggunakan leg wave juga, sepakat bahwa gerakan itu alamiah saja. Menurutnya, gerakan ini tidak berkaitan dengan upaya pembalap lebih mudah mengerem atau membelokkan motor dalam tikungan,
"Ketika Anda masih anak-anak dan Anda menggunakan sepeda BMX, lantas mengira tidak akan berhenti, hal pertama yang Anda lakukan adalah mengeluarkan kaki.Pada dasarnya kami selalu ada di batas di zona pengereman, kami selalu berpikir kami tidak akan berhenti.Teori saya adalah mereka semua (pembalap MotoGP) adalah anak kecil yang berpikir bahwa mereka tidak akan berhenti," kata Crutchlow dikutip GQ.
Mark McVeigh dalam "Why Do Racers Dangle Their Leg?" menyebut, menikung adalah seni menjaga keseimbangan. Saat mengebut di tikungan dengan kecepatan tinggi, seseorang akan berusaha untuk menyeimbangkan aksi menikung dengan kekuatan gravitasi. Leg wave adalah evolusi untuk upaya ini.
Namun, McVeigh juga menyatakan, keuntungan sebenarnya dari leg wave belum diketahui. Menurutnya, seperti yang dibahas oleh Chris Martin, semua pembalap akan mengadopsi hal-hal yang dianggap menguntungkan atau membuat pembalap lain sukses. Alasannya, dengan fisik sama-sama prima, hal yang membedakan seorang pembalap dari yang lain adalah motor dan pikiran.
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Fitra Firdaus