Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Mengenal Stupa Candi Borobudur: Sejarah, Struktur, dan Fungsinya

Apa itu stupa, bagaimana sejarah stupa di Candi Borobudur, struktur, juga apa saja fungsinya?

Mengenal Stupa Candi Borobudur: Sejarah, Struktur, dan Fungsinya
Candi Borobudur. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Candi Borobudur merupakan salah satu monumen agama Buddha terbesar di dunia. Candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, ini pada hakikatnya berbentuk stupa. Lantas, apa itu stupa, bagaimana sejarah stupa di Candi Borobudur, struktur, juga apa saja fungsinya?

Stupa adalah lambang Buddha yang berbentuk mangkuk terbalik pada bangunan candi. Bentuknya persegi empat dan atau segi delapan atau biasa disebut harmika. Terdapat serupa tongkat pendek di atasnya. Stupa di Candi Borobudur berbentuk lonceng atau sering juga disebut genta.

Terdiri dari tiga bagian, stupa bagian dasar yang berbentuk membulat disebut anda, bagian tengah yang disebut yasti, pagar yang mengelilinginya disebut harmika, serta bagian puncak yang berupa payung disebut chatra.

Dengan demikian, dalam bentuk aslinya, Candi Borobudur merupakan sebuah kubah (separuh bola) yang berdiri di atas alas dasar dan diberi payung di atasnya.

Stupa merupakan simbol untuk tempat penyimpanan abu jenazah Buddha Ghautama. Stupa yang terdapat di Candi Borobudur berupa stupa pada pagar langkan, stupa terawang belah ketupat, stupa terawang bujur sangkar, dan stupa induk.

Infografik SC Stupa Borobudur

Infografik SC Stupa Borobudur. tirto.id/Fuad

Sejarah dan Struktur Stupa Candi Borobudur

Candi Borobudur mempunyai 72 buah stupa pada tiga lantai teratas dengan stupa besar yang menjadi pusatnya. Semua stupa tersebut merupakan stupa berlubang yang mempunyai rongga di dalamnya dan berisikan arca Buddha.

Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Magelang, seorang arkeolog Belanda bernama Willem Frederik Stutterheim mengemukakan bahwa Candi Borobudur merupakan penggambaran dari alam semesta raya.

Menurut ajaran agama Buddha, alam semesta digambarkan menjadi 3 bagian besar, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Ketiga bagian besar inilah yang menyusun struktur Candi Borobudur.

Kamadhatu yang berada di bagian kaki Borobudur melambangkan dunia bawah yang masih dikuasai oleh kama atau nafsu (keinginan), meliputi manusia biasa. Ini bagian terendah dari susunan candi yang bertingkat-tingkat, yang menggambarkan semesta alam itu.

Setingkat di atas bagian kaki ada Rupadhatu. Ini melambangkan dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari ikatan nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Rupadhatu digambarkan sebagai dunia orang suci dan alam yang memisahkan “alam bawah” (Kamadhatu) dengan “alam atas” (Arupadhatu).

Terakhir, Arupadhatu, yaitu “alam atas” atau nirwana. Di sinilah tempat para Buddha bersemayam. Kemerdekaan diri yang mutlak telah tercapai, bebas dari nafsu dan bebas dari ikatan bentuk dan rupa. Maka itu, bagian Arupadhatu itu digambarkan polos dan tidak memiliki relief.

Di Rupadhatu (tengah), patung Buddha digambarkan terbuka, ditempatkan di lubang dinding seperti di jendela terbuka. Namun, di bagian Arupadhatu (atas), patung-patung Buddha ditempatkan dalam stupa berlubang-lubang seperti di dalam kurungan. Dari luar, samar-samar masih tampak patung Buddha.

Cara penempatan patung seperti tersebut rupanya dimaksudkan untuk melukiskan wujud samar-samar “antara ada dan tiada” sebagai suatu peralihan makna antara Rupadhatu dan Arupadhatu, antara yang berbentuk dan tidak berbentuk.

Arupa yang artinya tidak berupa atau tidak berwujud sepenuhnya baru tercapai dan ditempatkan pada puncak yang juga merupakan pusat daripada candi. Bagian ini berupa stupa terbesar dan tertinggi yang digambarkan polos tanpa lubang sehingga patung di dalamnya sama sekali tidak terlihat.

Stupa-stupa kurungan patung di bagian bawah Arupadhatu bergaris miring, sedangkan lubang-lubang di atasnya bergaris tegak.

Menurut Prof. Dr. Sucipta Wirjosaputro, seperti dilansir laman Pemerintah Kabupaten Magelang, lubang-lubang pada stupa tersebut adalah lambang tentang proses lenyapnya sisa-sisa nafsu yang terakhir.

Lubang-lubang yang bergaris miring (lebih rendah dari lainnya) menggambarkan bahwa di tingkat itu adalah tingkat peralihan, masih ada remah-remah sisa nafsu. Sedang, pada setingkat di atasnya, yang bergaris tegak, menggambarkan nafsu itu telah terkikis habis, dan kemurnian hati sudah purna.

Fungsi Stupa Candi Borobudur

Pada lantai 8, bentuk lubang pada stupa di Candi Borobudur adalah kotak, sedangkan pada lantai 9 dan 10 bentuk lubangnya adalah belah ketupat. Selain 72 stupa di lantai teratas, Candi Borobudur mempunyai stupa-stupa kecil pada kemuncak pagar langkan di lantai 3 sampai 7.

Seperti dikutip dari laman Kemendikbud, di dalam stupa induk ini terdapat rongga yang ketika ditemukan memang dalam keadaan kosong.

Ada yang berpendapat bahwa dulunya rongga tersebut merupakan ruangan yang difungsikan sebagai ruang penyimpanan arca atau relik, yakni peninggalan-peninggalan yang dianggap suci seperti benda-benda, pakaian, tulang belulang Buddha, serta arhat dari biksu terkemuka.

Pendapat lainnya menyebutkan bahwa rongga dalam stupa ini memang kosong sebab stupa pada tingkat Arupadhatu menyimbolkan sesuatu tak berwujud, tak terikat bentuk.

Stupa memiliki fungsi yang berbeda-beda. Di India, stupa difungsikan sebagai makam, bahkan dipercaya menjadi tempat menyimpan abu sang Buddha. Dalam perkembangannya, stupa menjadi lambang Buddhisme itu sendiri.

Baca juga artikel terkait CANDI BOROBUDUR atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Iswara N Raditya