tirto.id - Hypersomnia adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa sangat mengantuk di siang hari meskipun sudah tidur dengan cukup atau bahkan lebih dari cukup.
Penderita hypersomnia mungkin akan tertidur beberapa kali di siang hari. Pada tingkat tertentu hypersomnia dapat memengaruhi kemampuan untuk aktif di tempat kerja hingga bersosialisasi. Pada umumnya akan memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Cleveland Clinic melaporkan hypersomnia lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Kondisi ini diperkirakan memengaruhi sekitar 5% dari populasi. Biasanya didiagnosis pada masa remaja atau dewasa muda atau pada usia rata-rata 17 hingga 24 tahun.
Gejala Hypersomnia
Masih menurut Cleveland Clinic, penderita hypersomnia dapat mengembangkan sejumlah gejala seperti:
- Kantuk ekstrim yang konstan dan berulang di siang hari.
- Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) namun masih sangat mengantuk di siang hari dan kesulitan untuk tetap terjaga di siang hari.
- Kesulitan bangun di pagi hari atau setelah tidur siang, terkadang tampak bingung atau agresif.
- Tidur siang tidak meningkatkan kewaspadaan. Mereka tidak menyegarkan dan tidak memulihkan.
- Kecemasan, lekas marah.
- Energi berkurang.
- Kegelisahan.
- Lambat berpikir, bicara lambat, ketidakmampuan untuk fokus/berkonsentrasi, masalah memori.
- Sakit kepala.
- Kehilangan selera makan.
- Halusinasi.
Penyebab Hypersomnia
Dirangkum dari laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NIH) dan WebMD, ada sejumlah hal yang mungkin menjadi penyebab seseorang menderita hypersomnia, meliputi:
- Gangguan tidur lainnya (seperti insomnia atau sleep apnea);
- Kondisi medis lain (termasuk multiple sclerosis, depresi, ensefalitis, epilepsi, atau obesitas);
- Penyalahgunaan obat atau alkohol;
- Disfungsi bagian dari sistem saraf;
- Bisa juga akibat masalah fisik, seperti tumor, trauma kepala, atau cedera pada sistem saraf pusat;
- Kelebihan berat badan;
- Obat resep, seperti obat penenang atau antihistamin;
- Genetika (memiliki kerabat dengan hipersomnia);
- Depresi.
Cara Mengatasi Hypersomnia
Hypersomnia dapat diatasi dengan sejumlah perawatan tergantung pada gejala yang menyertai dan jenis hipersomnia.
Medical News Today menjelaskan bahwa rencana perawatan penderita hypersomnia dapat mencakup terapi perilaku, pengobatan, atau kombinasi keduanya.
1. Terapi perilaku
Dokter dapat merujuk penderita hypersomnia untuk terapi perilaku kognitif (CBT). Intervensi perilaku ini bertujuan untuk memperkuat isyarat untuk tidur dan memperlemah isyarat untuk terjaga.
Tujuan terapi adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur, serta mengurangi pikiran yang mengganggu pola tidur normal.
Dokter mungkin juga merekomendasikan perubahan gaya hidup, seperti menghindari kerja malam hari dan menahan diri untuk tidak bersosialisasi hingga larut malam.
Masih belum jelas apakah perawatan perilaku efektif mengobati hipersomnia.
2. Obat-obatan
Orang dengan hypersomnia primer sering menggunakan stimulan untuk mencegah rasa kantuk yang berlebihan.
Ini bisa termasuk amfetamin (Evekeo) atau methylphenidate (Ritalin). Pilihan lainnya adalah nonstimulan yang meningkatkan kewaspadaan, seperti modafinil (Provigil).
Dokter mungkin akan meresepkan pengobatan untuk kondisi lain, seperti antidepresan bagi penderita depresi. Sodium oxybate (Xyrem) adalah pilihan lain untuk mengurangi kantuk di siang hari pada penderita narkolepsi.
Jenis obat yang direkomendasikan dokter juga akan bergantung pada obat apa yang sudah dikonsumsi seseorang.
Editor: Dhita Koesno