Menuju konten utama

Mengenal Microtia, Kelainan Bawaan Lahir pada Telinga Bayi

Microtia merupakan kelainan bawaan yang menyebabkan cacat telinga pada bayi.

Mengenal Microtia, Kelainan Bawaan Lahir pada Telinga Bayi
Ilustrasi Bayi Menangis. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Terdapat beberapa kemungkinan kelainan bawaan yang didapatkan oleh janin atau bayi semenjak dilahirkan, salah satunya adalah microtia.

Microtia merupakan kelainan bawaan yang menyebabkan cacat telinga pada bayi. Kelainan ini terjadi pada telinga luar yang tidak sepenuhnya berkembang selama trimester pertama kehamilan.

Stanford Children's Health menyebutkan bahwa kasus microtia terjadi sekitar 1 dari 5.000 kelahiran dan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki.

Para penderita microtia biasanya memiliki telinga luar yang abnormal, baik dari segi ukuran maupun bentuk. Hal ini disebabkan oleh jaringan luar pada telinga bayi belum benar-benar terbentuk secara sempurna.

Penyebab Microtia

Microtia pada bayi disebabkan oleh berbagai faktor. Dilansir dari Healthline, konsumsi alkohol dan narkoba, faktor lingkungan, dan kurangnya konsumsi karbohidrat dan asam folat berkaitan dengan kondisi microtia. Penggunaan obat jerawat yang mengandung isotretinoin selama hamil juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan microtia.

Para ahli tidak menyebutkan faktor genetik sebagai penyebab utama microtia. Hal ini karena dari kebanyakan kasus microtia, penderita tidak memiliki keluarga dengan kondisi yang serupa. Namun, pada ibu yang melahirkan anak dengan microtia, 5 persen lebih berisiko melahirkan anak lainnya dengan kondisi serupa.

Faktor lain yang meningkatkan risiko microtia adalah kondisi diabetes pada ibu. Ibu dengan diabetes berisiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan microtia daripada wanita hamil lainnya.

Perbedaannya dengan Anotia

Meskipun keduanya merupakan cacat telinga pada bayi, microtia dan anotia merupakan kondisi yang berbeda. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa microtia terjadi ketika bagian telinga luar kecil dan tidak terbentuk dengan baik. Sedangkan pada kasus anotia, bagian telinga luar hilang sepenuhnya.

Kedua kondisi ini sama-sama dipengaruhi oleh terhambatnya perkembangan di trisemester pertama. Baik microtia dan anotia hanya memengaruhi telinga bagian luar, sementara saluran telinga bagian dalam tetap normal. Meskipun, terdapat pula kasus langka dimana penderita memiliki saluran telinga dalam yang lebih sempit.

Penanganan

Penanganan untuk kasus microtia akan disesuaikan dengan tingkat keparahannya. Menurut CDC, meskipun sebagian besar kasus microtia hanya terjadi pada telinga luar, dokter maupun audiolog biasanya akan tetap melakukan tes untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran atau tidak.

Jika terbukti terdapat gangguan pendengaran, penderita biasanya akan disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pendengaran anak dan untuk membantu perkembangan bicara.

Sementara itu, pembedahan dapat dilakukan untuk merekonstruksi ulang bagian telinga luar. Pembedahan dapat dilakukan dengan menyesuaikan kondisi penderita. Tindakan ini biasanya dilakukan antara usia 4 dan 10 tahun.

Permasalahan bagi penderita microtia bukan hanya pendengaran, tetapi juga penampilan. Anak dengan kondisi ini biasanya kurang percaya diri dengan penampilannya yang dinilai berbeda dari anak-anak lainnya. Sehingga, selain dukungan keluarga dan lingkungan sosial, anak bisa didampingi oleh konselor atau tenaga profesional lainnya jika diperlukan.

Baca juga artikel terkait BAYI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani