tirto.id - Banjir masih menggenangi beberapa wilayah di Jakarta. Banjir yang terjadi dapat dapat membawa dampak pada kesehatan termasuk serangan penyakit leptospirosis.
Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang menyerang kulit manusia atau hewan karena bersentuhan dengan air atau tanah yang mengandung urin hewan.
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Bakteri ini hidup di ginjal hewan dan dikeluarkan saat hewan tersebut buang air kecil yang kemudian menginfeksi tanah atau persediaan air. Bakteri dapat bertahan di tanah atau air selama berbulan-bulan.
Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, mata, atau selaput lendir. Hewan yang menularkan infeksi ini ke manusia ialah tikus, sigung, rubah, dan rakun.
Leptospirosis lebih umum terjadi di daerah tropis. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa kondisi ini memengaruhi 10 atau lebih dari 100.000 orang setiap tahun.
Banjir Tingkatkan Wabah Bakteri
Leptospirosis lebih umum di iklim tropis, tetapi juga dapat terjadi di bagian-bagian yang lebih miskin dari kota-kota besar di negara-negara berkembang yang tidak berada di daerah tropis.
Dalam catatan WHO risikonya lebih tinggi pada saat curah hujan berlebihan dan banjir. Bakteri tumbuh subur di lingkungan yang panas dan lembab.
Banjir menjadi salah satu media penyebaran penyakit leptospirosis sebab air genangan banjir bisa membawa kencing tikus atau hewan lainnya dan menginfeksi luka terbuka pada masyarakat.
Gejala Leptospirosis
Tanda dan gejala leptospirosis biasanya muncul tiba-tiba, sekitar 5 hingga 14 hari setelah infeksi. Namun, masa inkubasi dapat berkisar 2 hingga 30 hari. Dilansir Medical News Today, ada beberapa gejala yang bisa dikenali seperti:
- Demam dan menggigil
- Batuk
- Diare dan muntah
- Sakit kepala
- Nyeri otot, terutama punggung bagian bawah dan betis
- Ruam
- Mata merah dan teriritasi
- Penyakit kuning
Ada dua jenis utama leptospirosis, yaitu Leptospirosis ringan dan berat. Leptospirosis ringan merupakan kasus yang kerap ditemukan dan merupakan jenis yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Sementara leptospirosis berat merupakan jenis yang ditandai dengan gejala tak sembuh-sembuh dan infeksi menyerang organ vital. Gejalanya bisa berupa pendarahan akut yang menyebabkan gagal ginjal atau hati, gangguan pernapasan, dan meningitis.
Pengobatan Leptospirosis
Untuk kasus-kasus ringan, dokter mungkin meresepkan antibiotik seperti doksisiklin atau penisilin. Sementara pasien dengan leptospirosis berat perlu menghabiskan waktu di rumah sakit. Mereka akan menerima antibiotik secara intravena.
Bergantung pada organ mana yang mempengaruhi leptospirosis, individu tersebut mungkin memerlukan ventilator untuk membantu mereka bernafas. Jika mempengaruhi ginjal, dialisis mungkin diperlukan.
Selama kehamilan, leptospirosis dapat memengaruhi janin. Siapa pun yang memiliki infeksi selama kehamilan akan perlu menghabiskan waktu di rumah sakit untuk pemantauan
Pencegahan Leptospirosis
Sejumlah tindakan dapat membantu mengurangi risiko terkena leptospirosis, hal ini berguna untuk orang yang beraktivitas di air. Berikut beberapa tips pencegahan:
1. Memastikan bahwa setiap luka ditutupi dengan pembalut anti air. Mereka yang bekerja dengan hewan atau air atau tanah yang berpotensi terkontaminasi harus mengenakan pakaian pelindung dan mematuhi peraturan dan ketentuan setempat atau nasional. Mereka mungkin perlu memakai sarung tangan, topeng, sepatu bot, dan kacamata.
2. Hindari berenang di air tawar.
3. Minumlah air yang direbus atau dari botol tertutup.
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menangani hewan dan produk hewani
5. Menghindari menyentuh binatang mati dengan tangan kosong
6. Membersihkan semua luka sesegera mungkin dan menutupinya dengan perban tahan air.
Penulis: Febriansyah
Editor: Yantina Debora