tirto.id - Anterior Cruciate Ligament (ACL) atau ligamen lutut adalah salah satu dari empat ligamen utama dalam sendi lutut yang menghubungkan tulang paha dengan tulang tibia.
Rekonstruksi ACL merupakan prosedur bedah untuk mengganti ACL yang sobek atau cedera dengan cangkok jaringan.
Cangkok jaringan bisa berasal dari tubuh pasien atau donor yang telah meninggal. Prosedur ini dilakukan oleh spesialis bedah ortopedi secara rawat jalan.
Dilansir dari laman RSUD DR. SARDJITO, selain ACL, tiga ligamen-ligamen yang ada pada lutut yaitu: Posterior Cruciate Ligament (PCL), Lateral Collateral Ligament (LCL), dan Medial Collateral Ligament (MCL).
Dari keempat ligamen tersebut, ACL adalah ligamen yang paling sering mengalami cidera. ACL berfungsi untuk mencegah pergeseran berlebih tulang kering ke depan tulang paha dan menjaga stabilitas rotasional lutut.
Cidera ligamen disebut juga sebagai “sprain”. Berdasarkan tingkat keparahannya, cidera ligamen dibagi menjadi 3 derajat:
1. Sprain derajat I
Ligamen hanya teregang dan mengalami robekan-robekan mikroskopis. Dalam hal ini, ligamen masih dapat berfungsi menjaga stabilitas sendi.
2. Sprain derajat II
Ligamen mengalami robekan parsial atau sebagian. Dengan demikian, stabilitas sendi akan berkurang.
3. Sprain derajat III
Ligamen mengalami robekan komplit. Dengan demikian, sendi akan menjadi tidak stabil.
Dikutip dari International Orthopaedic Clinic, atlet yang rentan mengalami cedera ACL adalah atlet yang ikut dalam olahraga keras.
Atlet dengan olahraga keras membutuhkan gerakan memutar seperti, bola kaki, sepak bola rugbi, dan bola basket.
Atlet-atlet yang pernah menderita cedera ligamen lutut antara lain Zlatan Ibrahimovich, Ruud Van Nistelrooy, Francesco Totti, Paul Gascoigne, Alan Shearer, Tom Brady, Tiger Woods, Jamal Crawford, dan Derrick Rose. Cedera ligamen lutut umumnya tidak bisa sembuh dengan sendirinya.
Hal tersebut disebabkan karena, daerah yang cedera tidak memiliki suplai darah yang baik. Ilustrasi cedera ligamen lutut itu seperti tali.
Apabila terjadi sobekan ligamen lutut atau ACL maka akan sulit untuk tersambung lagi, apalagi lutut bergerak dalam waktu yang cukup lama.
Kendati demikian, beberapa atlet dapat kembali melakukan aktivitasnya apabila mereka hanya mengalami cedera lutut parsial.
Dampak dari cedera lutut parsial yaitu, berolahraga tanpa melibatkan gerakan memutar mendadak, misalnya olahraga baseball.
Terapi untuk Sobekan ACL
Menurut laman Pinnacle Orthopaedic Groupumumnya gejala yang terjadi dari sobekan ACL meliputi, nyeri, bengkak, dan ketidakstabilan lutut. Untuk menanggulangi hal ini, biasanya terdapat dua pilihan terapi yaitu:
1. Terapi konservatif
Terapi ini dilakukan untuk pasien lanjut usia. Alat penyangga akan dipasang untuk menjaga kestabilan. Setelah beberapa minggu mengalami cedera, sepasang kruk atau tongkat bantu jalan biasanya diperlukan untuk menghilangkan beban terhadap sendi.
Ketika bengkak mulai hilang, beberapa jenis latihan fisik dapat membantu memperkuat otot-otot yang menyokong lutut.
2. Terapi Bedah
Untuk melakukan bedah, pihak medis membutuhkan waktu selama satu hari untuk menjalankan prosedur-prosedurnya. Dalam proses bedah, ACL yang sobek akan digantikan dengan cangkuk jaringan.
Cangkuk tersebut akan bertindak sebagai latar tempat tumbuhnya ligamen baru. Cangkuk jaringan umumnya berasal dari tubuh pasien dan sumber pengambilan cangkuk jaringan ini adalah paha belakang (hamstring) atau urat (tendon) lutut.
Prosedur Operasi ACL
Pengobatan ligamen lutut atau metode ACL adalah metode terbaru untuk beberapa jenis cedera.
Metode ini dilakukan dengan cara memanfaatkan ujung-ujung ligamen yang robek, kemudian disambungkan kembali ke tulang paha menggunakan perangkat yang disebut pengikat internal (internal brace).
Pada umumnya cedera ligamen lutut tidak cocok apabila ditangani langsung dengan operasi karena kebanyakan kasus akan diikuti operasi kedua (satu dari delapan pasien berdasarkan beberapa makalah).
Sementara itu, Operasi rekonstruksi ACL dilakukan dengan menggunakan arthroscope. Operasi ini tergolong lebih tidak invasif dengan irisan kulit yang kecil.
Teknik ini memiliki keuntungan berupa nyeri pascaoperasi yang lebih ringan dan waktu pemulihan yang lebih singkat.
Prosedur operasi rekonstruksi ACL diawali dengan pemberian obat anestesi. Saat pasien sudah rileks karena efek obat anestesi, dokter akan kembali melakukan pemeriksaan fisik pada lutut untuk memastikan bahwa memang ada robekan pada ACL dan untuk melihat kondisi ligamen lutut lain.
Apabila hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya robekan ACL, dokter akan mengambil donor jaringan yang sesuai dan menyiapkan donor jaringan tersebut agar ukurannya sesuai untuk pasien.
Bila donor jaringan sudah siap, dokter akan membuat sayatan kecil di kulit (1 cm) sebagai portal tempat masuknya arthroscope dan alat-alat lainnya.
Dengan arthroscope, dokter akan memeriksa kondisi dalam sendi lutut dan mengambil sisa ACL yang robek. Kemudian, donor jaringan dimasukkan ke dalam lutut melalui terowongan yang dibuat melalui tulang kering dan tulang paha.
Setelah donor jaringan berhasil menempati posisi yang sesuai, dilakukan fiksasi donor jaringan ke tulang.
Sebelum operasi selesai, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa lutut yang dioperasi memiliki rentang gerak sempurna dan stabil.
Setelah itu, sayatan kulit akan ditutup dan pasien biasanya dapat pulang di hari yang sama dengan hari operasi itu juga.
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yandri Daniel Damaledo