tirto.id - Google Doodle hari ini, Senin, (5/6/2017) memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni. Peringatan ini diambil dari pembukaan Konferensi Lingkungan Hidup Manusia yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-bangsa pada 5-16 Juni 1972 di Stockholm Swedia.
Peringatan ini dilakukan untuk menyerukan kesadaran kepada masyarakat global untuk mengambil tindakan positif terhadap perlindungan alam dan planet bumi.
Namun hingga kini krisis lingkungan hidup masih menjadi tantangan besar bagi dunia.
Direktur Eksekutif Nasional Walhi Nur Hidayati menyatakan, saat ini tantangan penegakan hukum lingkungan semakin berat di tengah dominasi kekuasaan ekonomi dan politik. Lantaran itu, kata dia, Indonesia perlu pengadilan khusus bagi para pelaku kejahatan lingkungan hidup.
"Pengadilan lingkungan hidup diharapkan mampu memutus rantai impunitas kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan oleh korporasi, yang sudah masuk kategori extraordinary crime," kata Nur Hidayati.
Ia mengemukakan bahwa kejahatan lingkungan hidup sudah dikategorikan sebagai kejahatan yang sangat luar biasa karena sudah mengancam hidup dan kehidupan manusia dan alam, baik pada generasi hari ini maupun masa yang akan datang.
Namun Guru Besar bidang Ekologi dan Manajemen Lanskap Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hadi Susilo Arifin punya solusi sederhana untuk melestarikan lingkungan hidup dan mencegah pemanasan global. Caranya, kata Hadi Susilo, dengan memanfaatkan pekarangan.
"Pekarangan adalah jasa lanskap terkecil dan terdekat yang ada sekitar kita bisa bermanfaat dalam mendekatkan hubungan manusia dengan alam," kata Hadi pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2017 di Bogor, Jawa Barat, Senin.
Menurut Hadi, dalam pekarangan yang sempit di perkotaan, warga bisa menata dengan tanaman dalam pot (tabulampot, container gardens, planter box garden), merancang dengan tanaman gantung, taman dinding, taman balkon, taman depan atau taman belakang jendela, taman atap yang dilakukan secara vertikal ke atas yang disebut dengan kebun vertikal baik dengan media tanah, atau media air (hydroponic) atau media udara (aeroponic).
Sementara itu pada lahan pekarangan yang lebih besar baik di perkotaan maupun di perdesaan, kreasi untuk menciptakan hubungan manusia dengan alam memiliki peluang besar.
"Kehidupan alam perkarangan bisa memberikan manfaat fungsional yang berguna, dan manfaat estetika yang indah bagi manusia dan makhluk hidup penghuni perkarangan lainnya," kata dia seperti dikutip Antara.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH