tirto.id - Tak sampai satu jam setelah menang 4-0 dan lolos ke 16 besar Liga Champions, Rabu (11/12/2019) dini hari, Aurelio De Laurentiis mengambil keputusan besar terhadap klub miliknya, Napoli. Konglomerat yang juga produser film itu mendepak Carlo Ancelotti dari jabatan kepala pelatih yang sudah diemban selama 16 bulan terakhir.
“Terima kasih untuk Ancelotti. Meski klub harus berpisah, secara pribadi kami tetap berteman,” ujar Laurentiis.
Keputusan Laurentiis memecat Ancelotti bikin banyak orang heran, sebab di tangan allenatore kelahiran Reggiolo itu pencapaian Napoli tak buruk-buruk amat. Klub berjuluk I Ciucciarelli tersebut musim lalu finis sebagai runner-up liga dan tahun ini, kendati masih terpaku di urutan tujuh, Napoli tampil lebih baik di pentas Eropa.
Namun, bagi jurnalis senior ESPN Gabriele Marcotti, pemecatan Ancelotti bukanlah kejutan. Ada dua alasan yang bikin Marcotti memahami keberangan Laurentiis terhadap eks pelatih Real Madrid tersebut, yakni finansial dan emosional.
Secara finansial, Ancelotti dianggap tak becus membantu klub. Kegagalannya membuat pemain merasa betah bikin banyak pemain penting tak kunjung menandatangani perpanjangan kontrak.
Dries Mertens dan José Callejón kontraknya bakal habis akhir musim ini. Nama-nama seperti Arkadiusz Milik, Nikola Maksimović, dan Piotr Zielinski juga punya sisa kontrak 1,5 tahun saja. Alhasil, musim panas nanti Napoli terancam mengorek kocek lebih untuk merombak tim inti.
Sedangkan secara emosional, Ancelotti diketahui cekcok dengan seluruh pemain karena sang manajer tak bisa melindungi pemain dari titah ritiro--pemusatan latihan yang kental dengan gaya militer-- Laurentiis setelah klub kalah dari Salzburg 5 November lalu.
Laurentiis lantas menunjuk eks juru taktik AC Milan, Gennaro Gattuso sebagai kepala pelatih baru, Rabu (11/12/2019) malam.
Tak ada pengumuman resmi berapa durasi kontrak Gattuso, tapi isu yang beredar menyebutkan Rino, demikian dia biasa disapa, dikontrak untuk durasi enam bulan saja.
Gattuso mengomentari rumor durasi pendek itu dengan enteng belaka. “Sekalipun Laurentiis hanya menawariku enam bulan kontrak, aku menerimanya, sebab bagaimanapun ini adalah peluang,” tutur Gattuso dalam konferensi pers perdananya.
Mengapa Gattuso?
Sebagai pembenah kekacauan di ruang ganti, Gattuso adalah opsi menjanjikan. Potensi tersebut mudah dibaca hanya dengan merunut testimoni pemain-pemain yang pernah berada di bawah asuhannya.
Sejak melatih Sion, Palermo, Pisa, hingga AC Milan, Gattuso terkenal mampu menjaga hubungan baik dengan para pemain.
Paulo Dybala, striker Juventus yang pernah memperkuat Palermo era Gattuso, pernah berkelakar dirinya tak mungkin jadi pemain sehebat sekarang jika tanpa andil Gattuso.
“Gattuso membantuku menjadi seorang pemain hebat, karena asal Anda tahu, cuma dia orang yang akan menendangku sekeras-kerasnya jika aku malas berlatih,” kata Dybala seperti dilansir El Paris. “Dia selalu memberi nasihat tentang bagaimana caranya mempertahankan diri ketika berhadapan dengan lawan.”
Lain di Palermo, lain pula di AC Milan. Bagi para penggawa Rossoneri, Gattuso bukan lagi figur pemimpin, tapi juga seorang pelindung. Sebagian pemain menyebut Gattuso sudah seperti ayah sendiri. Fakta bahwa Gattuso pernah berseragam dan menjadi legenda AC Milan bikin para pemain tak pernah kehilangan kepercayaan terhadapnya.
“Semua orang tahu, kami punya hubungan baik layaknya ayah dan anak,” ujar gelandang Tiémoué Bakayoko dalam sebuah wawancara dengan Milan TV. “Kami sering membicarakan banyak hal, soal sepakbola maupun yang lain.”
Kemampuan menjaga hubungan juga dimiliki Gattuso dalam hal interaksinya dengan elemen-elemen lain, tak terkecuali agen pemain. Akibat kemampuan ini pula Gatttuso kerap bisa memagari pemain-pemainnya dari potensi dipinang klub lain.
Contoh kasus yang paling kentara adalah ketika bek sayap AC Milan, Ricardo Rodriguez dikejar habis-habisan oleh PSG dan Arsenal musim panas lalu. Pada akhirnya Rodrigo bertahan di San Siro karena selain faktor kenyamanan, Gattuso juga punya hubungan baik dengan agen Rodriguez, Gianluca Di Comencio.
Kemampuan serupa pula yang barangkali diimpikan Laurentiis dan Napoli dari sosok Gattuso. Kehadirannya diharapkan bisa membuat para pemain bintang dengan sisa kontrak pendek tidak memilih berlabuh ke tim lain.
Kembali ke Pakem 4-3-3
Jam terbangnya barangkali tak setinggi Ancelotti, tapi perihal kemampuan meramu skuat, bukan berarti Gattuso bisa dipandang sebelah mata.
Saat melatih AC Milan musim lalu Gattuso memang gagal membawa Rossoneri masuk empat besar, tapi di empat laga terakhir dia sempat menorehkan empat kemenangan beruntun.
Skema 4-3-3 adalah jurus andalan Rino saat mengepalai AC Milan. Formasi ini pula yang kemungkinan akan kembali dia pakai saat melakoni debut melawan Parma di Stadion San Paolo, Sabtu (15/12/2019) malam.
Napoli bakal meninggalkan 4-4-2, skema yang jadi pakem Carlo Ancelotti sejak musim lalu. Dan artinya pula, akan ada sejumlah rotasi dan pergeseran pemain yang akan dilakukan Gattuso.
“Di kepalaku yang terlintas adalah formasi 4-3-3. Aku rasa Napoli punya pemain yang cocok untuk formasi ini,” ujar Gattuso.
Pengamat sepakbola Italia, Livio Caferoglu, meyakini Gattuso akan lebih bisa mengimplementasikan penampilan yang lebih baik di Napoli ketimbang AC Milan.
Caferoglu menilai saat di AC Milan kelemahan Gattuso adalah tidak adanya sosok winger kiri ideal yang bisa mengimbangi sayap kanan, serta bek yang bisa melakukan build-up dari belakang.
Dua kelemahan itu bisa saja ditutup, sebab di posisi bek misal, Napoli punya sosok jenius yang punya kemampuan umpan di atas rata-rata: Kalidou Koulibaly. Sedangkan di sayap kiri, Napoli punya sosok Lorenzo Insigne yang jelas bukan pemain kaleng-kaleng.
Gattuso sendiri sudah mengindikasikan Insigne akan jadi kepingan penting dalam racikan barunya di Napoli. Begini katanya: “Insigne adalah pemain kunci, seperti kepada yang lain, aku percaya padanya. Dia adalah kapten, lahir di kota ini, dan simbol klub.”
Pembuktian Gattuso tentu patut dinanti, sebab dia dibebani target tak main-main: finis di zona Liga Champions, sesuatu yang gagal dia raih saat menakhodai AC Milan. Saat ini Napoli terpaut delapan poin dari klub yang menghuni peringkat empat Liga Italia, Cagliari.
“Seperti orang tahu, aku tak pernah takut dengan apa pun. Aku akan menghadapi segalanya,” Gattuso berkata mantap.
Editor: Rio Apinino