Menuju konten utama

Memutus Rantai Perdagangan Wanita dan Anak

Wanita dan anak-anak merupakan kelompok yang rentan terhadap perdagangan. Angka perdagangan kelompok ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Harus ada solusi untuk memutus rantai kejahatan ini.

Memutus Rantai Perdagangan Wanita dan Anak
Ilustrasi perdagangan manusia [foto/shutterstock]

tirto.id - Pernah mendengar nama Shandra Woworuntu? Ia adalah wanita karier Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia di Amerika . Shandra dijadikan sebagai wanita penghibur dan dipaksa terjun ke dunia prostitusi sesaat setelah tiba di Amerika pada tahun 1998. Padahal, Shandra pergi ke Amerika setelah lulus seleksi yang dilakukan oleh industri perhotelan besar yang memiliki cabang di Amerika, Jepang, Singapore dan Hong Kong. Shandra memilih Amerika sebagai tempat bekerja. Mimpi indah Shandra kandas, berganti menjadi sebuah mimpi buruk setelah tiba di Amerika.

Shandra akhirnya bebas dari cengkraman mafia perdagangan manusia. Wanita yang pernah menjadi pegawai di sebuah bank internasional di Indonesia itu akhirnya mendirikan Mentari Human Trafficking Survivor Empowertment Programe pada tahun 2014. Organisasi yang berkantor pusat di New York ini merupakan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelatihan (mentor) serta memberdayakan korban perdagangan manusia, khususnya mereka yang diperdagangkan untuk bekerja di dunia prostitusi. Tujuannya adalah agar para korban perdagangan manusia dapat berbaur dengan masyarakat, memiliki ketrampilan (skill), serta menghubungkan korban ke lapangan kerja.

Sebelumnya mendirikan Mentari, Shandra Woworuntu di tahun 2011 juga memimpin “Voice Of Hope”, salah satu lembaga “Safe Horison”, yang berupaya memberdayakan, mendidik, serta menjangkau korban perdagangan manusia, tulis voaindonesia.com.

Selain Shandra, ada pula sosok wanita Indonesia lainnya yang juga menjadi korban perdagangan manusia di Amerika. Dia adalah Ima Matul Maisaroh. Kisah Ima tak kalah tragis karena menjadi korban perdagangan manusia di usianya yang masih belia yakni 17 tahun.

Ima yang dijanjikan menjadi pengasuh anak berakhir menjadi pembantu rumah tangga. Parahnya, ia mendapatkan majikan yang kejam. Siksaan demi siksaan setiap hari diterimanya. Ima akhirnya bebas dari cengkeraman majikannya yang jahat. Ia kemudian bangkit membantu sesama korban perdagangan manusia. Pada bulan Desember 2015 Ima diangkat menjadi anggota Dewan Penasehat Perdagangan Manusia Presiden Barack Obama.

Perempuan asal Indonesia ini juga diundang oleh Partai Demokrat salah satu partai terbesar di Amerika Serikat untuk berpidato mengenai masalah perbudakan manusia, saat Konvensi Nasional Partai Demorasi Indonesia, pada Selasa (26/6/2016).

Kasus Perdagangan Anak

Shandra dan Ima hanyalah bagian kecil dari sekian banyak wanita Indonesia yang menjadi korban perdagangan manusia. Menurut catatan Shandra, sebagaimana dilansir dari BBC, setiap tahun sekitar 17.000 sampai 19.000 orang dibawa ke Amerika Serikat untuk diperdagangkan.

Tidak hanya wanita, anak-anak merupakan korban yang rentan dalam perdagangan manusia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sejak 2011 hingga Juli 2016, telah ada 860 laporan mengenai perdagangan anak.

Secara rinci pada tahun 2011 tercatat sebanyak 160 kasus, tahun 2012 sebanyak 173 kasus, 2013 sebanyak 184 kasus, 2014 ada 263 kasus, 2015 sebanyak 345 kasus dan tahun 2016 hingga bulan Juli telah ada 33 kasus.

Menurut KPAI dalam situsnya, ada dua faktor penting yang mendorong terjadinya perdagangan manusia, khususnya terhadap anak.

Pertama, faktor internal. Dalam faktor internal, kondisi geografis Indonesia yang adalah kepulauan memberikan peluang bagi terjadinya perdagangan melalui laut. Selain itu pula, negara Indonesia terletak begitu dekat dengan negara pengguna jasa TKI. Tidak hanya itu, kemiskinan, lapangan kerja terbatas, pertambahan pengangguran sebagai akibat dari lemahnya ekonomi juga berpengaruh.

Ditambah lagi, lemahnya keamanan dalam bentuk pengawasan terhadap penyedia jasa TKI, keterbatasan aparat keamanan, serta lemahnya koordinasi instansi terkait juga memengaruhi. Selain itu, pendidikan yang rendah juga memengaruhi terjadinya perdagangan manusia.

Kedua, faktor eksternal. Semakin berkembangnya teknologi, informasi dan tranportasi memperlancar aktivitas perdagangan manusia. Oleh karenanya, masyarakat harus selalu berhati-hati dalam berselancar di dunia maya.

Solusi

Prof. Irwanto selaku ketua ECPAT (End Child Prostitution in Asian Tourism) Affiliate Grub of Indonesia memberikan beberapa rekomendasi penting yang dianggap dapat meminimalisir terjadinya perdagangan manusia.

Solusi pertama yakni dengan pemberian pengetahuan kepada masyarakat melalui sosialisasi dan penyuluhan. Sosialisasi tersebut harus dilakukan tidak hanya kepada masyarakat menengah ke atas tetapi juga kepada masyarakat bawah. Mengapa? Karena perdagangan manusia umumnya terjadi pada masyaarakat dengan kelas pendidikan yang cukup rendah. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada masyarakat yang pendidikannya cukup. Demikian pendapat Prof. Irwanto seperti dilansir dari Kompas.com.

Adanya sosialisasi saja, dianggap kurang signifikan dalam mengatasinya karena sosialisasi hanya dapat dilakukan oleh pemerintah ataupun organisasi-organisasi yang anti perdagangan manusia. Sehingga Prof. Irwanto seperti dilansir dari ecpatindonesia.org menambahkan masyarakat harus saling mengingatkan akan masalah perdagangan manusia. Dengan kata lain, peran masyarakat diperlukan juga dalam menangani kasus perdagangan manusia. Ini menjadi solusi kedua dalam mengurangi kasus perdagangan manusia.

Setelah mengetahui dan menginformasikan kepada orang lain, masyarakat diharapkan untuk turut aktif dalam menyelesaikan akan masalah tersebut. Aktif di sini, bukan berarti kita harus menangkap dan menghukum para pelaku tetapi dengan cara melaporkan kasus tersebut kepada pihak yang berwajib ataupun melakukan sosialisasi mengenai perdagangan manusia melalui media sosial, kita telah membantu mengurangi terjadi perdagangan manusia.

Meningkatnya perdagangan wanita dan anak harus menjadi perhatian semua kalangan. Perdagangan wanita dan anak jika dibiarkan akan merusak satu generasi bangsa. Dari wanita terlahir para pemimpin bangsa, dan dari anak berkembanglah jutaan pioner yang dapat membawa suatu bangsa ke masa depan yang lebih baik.

Baca juga artikel terkait PERDAGANGAN WANITA atau tulisan lainnya dari Sammy Mantolas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Sammy Mantolas
Penulis: Sammy Mantolas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti