tirto.id - Dewasa ini peran perangkat penyimpanan data terus berkembang sejak kali pertama ditemukan hingga kini jadi perkakas wajib di pelbagai perangkat komputer, baik untuk jenis Personal Computer (PC) Desktop maupun lebih ringkas seperti jenis komputer jinjing.
Dengan kemampuan utama, yakni baca-tulis data, pengguna perangkat komputer memungkinkan untuk menyimpan beragam file digital dalam bentuk dokumen, film, musik, video, aplikasi pemrograman hingga sistem operasi sendiri ke dalam perangkat penyimpanan data.
Ada beragam jenis perangkat keras penyimpan data, dari Hard Disk Drive (HDD), Floppy Disk (FDD)—yang familiar pada era 90-an sebagai media penyimpanan portabel sebelum diganti Flashdisk—hingga Solid State Drive (SSD) yang lumrah bagi pemakai komputer.
Fungsi utama pelbagai jenis perangkat media penyimpanan data tersebut sama: kemampuan baca-tulis data digital.
Hard disk, misalnya, sebagai perangkat penyimpanan yang vital dengan komponen utama piringan cakram, saat pertama kali diluncurkan oleh IBM pada 1956 hanya memiliki kapasitas 3,75 MB, atau setara dengan satu file lagu berformat mp3. Ukuran fisik Hard disk juga fantastis: 1,9 meter persegi dengan bobot 910 kilogram.
Dengan ukuran dua kali lemari es berukuran sedang, Hard disk keluaran IBM ini dinamai 350 RAMAC, memiliki 50 tumpukan piringan cakram. Raksasa IBM, yang juga pelopor komputer, terus melakukan pengembangan dan efisiensi sebagai salah satu ciri kemajuan teknologi. Pada 1962, unit penyimpanan bernama IBM 1301 pun diluncurkan.
IBM 1301 secara fisik masih cukup besar, bahkan lebih besar dari pendahulunya dengan ukuran hampir tiga lemari es rumahan yang disusun berdampingan. Pemutakhiran teknologi terdapat di kepala pembaca dan tulis data di tiap piringan cakram. Jika IBM 350 RAMAC dengan 50 piringan hanya menggunakan dua kepala baca-tulis dan digerakkan secara pneumatik, IBM 1301 menerapkan satu piringan satu kepala baca-tulis yang semuanya bergerak bersama sebagai satu kesatuan.
Hingga pada 1980-an, HDD masih menjadi fitur tambahan yang langka dan mahal pada sebuah perangkat komputer. Saat itu lumrah bila kita membeli sebuah perangkat komputer, tidak termasuk perangkat media penyimpanan data HDD. Barulah pada akhir 1980-an harganya makin terjangkau dan mencapai titik standar perangkat penyimpanan data di komputer.
Seiring waktu, HDD terus dimutakhirkan, terutama dari segi ukuran yang makin ramping dan menyesuaikan perangkat komputer, termasuk kapasitas penyimpanan yang makin besar. Adapun piringan cakram dan kepala baca-tulis sebagai komponen utama masih sama dan tetap dipertahankan hingga saat ini.
Piringan cakram ini diputar lewat motor penggerak dengan kecepatan tinggi. Dan untuk saat ini yang tertinggi mampu dicapai dengan 7200 RPM (rotasi per menit) seperti dilansir dari situs resmi Seagate.
Dengan susunan komponen seperti itu, sampai sekarang HDD masih rentan goncangan fisik akibat terjatuh atau bahkan dekat dengan medan magnet yang kuat. Risikonya sangat besar bila HDD rusak dan data-data yang tersimpan di dalamnya pun turut hilang.
Hadirnya Solid State Drive (SSD) menjadi penanda baru era perangkat penyimpanan data yang telah didominasi oleh jenis HDD selama puluhan tahun. Meski fungsinya sama, yaitu penyimpan data digital, tetapi SSD memiliki keunggulan yang dapat menutupi kelemahan dan kekurangan HDD.
Perangkat SSD tidak menggunakan komponen mekanik yang bergerak. Tidak ada motor penggerak, piringan cakram maupun kepala baca-tulis konvensional. Thus, ia lebih tahan guncangan fisik maupun dari medan magnet.
Dilansir dariStorage Review, lantaran tiadanya komponen mekanik yang bergerak layaknya HDD, SSD memilki banyak sekali keunggulan. Daya listrik yang dipakai relatif lebih rendah dibanding jenis HDD. Tidak ada getaran, tidak ada suara yang ditimbulkan seperti pada HDD. Tingkat panas juga mampu direduksi.
Kinerja kecepatan baca-tulis data meningkat jauh lebih baik. Lazimnya mampu di atas 200 MB/detik dan sampai 550 MB/detik untuk jenis drive yang tercanggih; sebaliknya, kinerja HDD cuma dalam rentang 50–120MB/detik.
Waktu booting, yang dihitung sejak dari tombol komputer ditekan hingga sistem operasi siap digunakan, turut meningkat. Jika sistem operasi yang dipasang di HDD membutuhkan waktu booting rata-rata 30-40 detik bahkan lebih tergantung kondisi HDD, maka SSD hanya memerlukan sekitar 10-13 detik hingga komputer siap dipakai untuk beraktivitas.
Dilansir dari Solid State Storage Initiative, komponen inti dari SSD berbasis flash dan DRAM (Dynamic Random Access Memory). Sejak 2015, rata-rata SSD yang beredar saat ini memakai jenis flash memori non-volatile yang masih mampu menyimpan data meski tidak dialiri daya listrik. Model ini mirip penyimpanan data portabel USB Flashdisk.
Melihat sederet perbandingan dan kinerja tersebut, jelas SSD lebih diunggulkan dibanding HDD. Alhasil, penyimpanan data jenis SSD sangat direkomendasikan bagi para pengguna komputer yang menginginkan efisiensi waktu dan kecepatan baca-tulis data digital.
Data lansiran dari Statista terkait pengiriman SSD dan HDD menunjukkan grafik meningkat sejak 2015 hingga medio 2017. Tercatat, dari 105 juta unit pada 2015, angkanya naik menjadi 190 juta unit pada medio 2017. Sebaliknya, HDD turun dari 470 juta unit pada 2015 menjadi 395 juta unit pada medio 2017. Prediksi Statista, penggunaan SSD terus naik hingga 2021 saat ia mampu menandingi pengiriman HDD.
Meski begitu, saat ini harga SSD di pasaran masih tergolong mahal, berkisar dua hingga tiga kali lipat dari harga HDD. Ukuran kapasitas terbesarnya juga masih terbatas dibanding jenis HDD. Sejauh ini kapasitas maksimal SDD yang beredar di pasaran masih berkisar 2 terabyte (TB). Sementara kapasitas HDD bisa mencapai 4TB.
Lazimnya, pengguna komputer yang kadung memakai HDD dan ingin merasakan fitur SSD memadukan keduanya untuk saling berbagi peran. SSD dipakai sebagai tempat sistem operasi dan pelbagai aplikasi program penting, sedangkan HDD masih sebagai penyimpanan pelbagai data digital lain.
Penulis: Tony Firman
Editor: Fahri Salam