tirto.id - Salah satu materi yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 8 adalah materi tentang teks laporan hasil observasi.
Observasi sendiri merupakan tindakan mengamati berbagai peristiwa, keadaan, dan benda-benda di sekitar.
Menurut buku Bahasa Indonesia SMP Kelas VIII, laporan hasil observasi merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan hasil pengamatan atau tulisan yang mengemukakan fakta-fakta yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi.
Dalam Modul Bahasa Indonesia Kemdikbud disebutkan laporan hasil observasi adalah untuk memberikan informasi secara objektif dan faktual yang ada di lapangan sesuai hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis.
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk memberi informasi terbaru, mengatasi sebuah persoalan, untuk mengambil keputusan yang efektif, melakukan pengawasan atau perbaikan, dan untuk mengetahui perkembangan suatu permasalahan.
Ciri-ciri teks laporan hasil observasi antara lain:
- Mengandung fakta;
- Bersifat objektif, artinya tidak ada keberpihakan penulis terhadap hal yang dilaporkan dan tidak ada yang ditutup-tutupi untuk kepentingan tertentu;
- Ditulis lengkap, detail, dan menyeluruh;
- Bersifat kekinian atau terbaru;
- Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca.
- Menggunakan frasa nomina yang diikuti pendeskripsi;
- Menggunakan verba relasional (ialah, merupakan, adalah, yaitu, dan lain sebagainya);
- Menggunakan verba aktif alam untuk menjelaskan perilaku;
- Menggunakan kata penghubung atau konjungsi;
- Menggunakan paragraf dengan kalimat utama untuk menyusun informasi utama lalu diikuti rincian aspek yang hendak dilaporkan;
- Menggunakan kata-kata keilmuwan atau teknis.
Struktur Teks Laporan Hasil Observasi
Secara umum, teks laporan hasil observasi memiliki tiga struktur utama, yaitu pernyataan/definisi umum, deskripsi bagian, deskripsi manfaat, dan kesimpulan.
Masing-masing struktur ini dapat ditulis dalam beberapa bagian lagi sesuai dengan kebutuhan dan fakta di lapangan, namun urutannya tetap berlaku.
Salah satu cara untuk mengidentifikasi teks laporan hasil observasi adalah dengan menyusun ringkasan. Ringkasan teks laporan hasil observasi bisa ditulis dengan menemukan gagasan-gagasan pokok pada tiap paragraf terlebih dahulu.
Kemudian, gagasan-gagasan pokok ini dapat disusun dalam sebuah paragraf dengan menggunakan kata penghubung atau konjungsi.
Contoh Teks Laporan Hasil Observasi
Berikut ini adalah contoh teks laporan hasil observasi tentang pembelajaran pada masa COVID-19:
Pembelajaran pada Masa COVID-19
Saat ini dunia pendidikan tengah menghadapi masalah yang cukup sulit, di antaranya kurikulum 2013 belum dipahami sepenuhnya.
Tambahan lagi, konsep Menteri Pendidikan yang baru, Nadiem Makarim, tentang Indonesia merdeka belajar. Kemudian, muncul lagi kurikulum penyederhanaan dalam kondisi darurat.
Hal ini juga membuat para guru makin gamang tentang pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi para guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Kini, tantangan para guru bertambah lagi dengan wabah COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) yang tak kunjung usai.
COVID-19 merupakan bencana nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena penyebaran virusnya sangat cepat dan menyebabkan kematian.
Pemerintah berusaha menghambat penyebaran COVID-19 ini dengan mengimbau masyarakat untuk melakukan physical distancing serta bekerja/ belajar/ beribadah dari rumah.
Situasi ini merupakan hal baru bagi masyarakat, terutama para guru, orang tua, dan peserta didik. Di sini para guru dituntut untuk tetap dapat memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan melalui online.
Padahal, para guru tersebut terbagi atas tiga golongan, yaitu golongan guru literat IT, golongan guru aliterat IT, dan golongan guru iliterat IT.
Pertama, guru literat IT adalah guru yang mampu mengetahui berbagai bentuk media dan etika dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran. Kemampuan memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet.
Guru-guru ini tentunya sudah terbiasa dalam membelajarkan peserta didiknya dengan menggunakan media internet. Pembelajaran secara online bagi mereka bukan hal yang luar biasa.
Kedua, guru aliterat IT adalah guru yang tahu IT dan paham IT, tetapi jarang atau tidak memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran kepada peserta didik.
Guru-guru ini hanya terpaku dalam pembelajaran di dalam kelas. Penggunaan internet pun hampir jarang dilakukan.
Ketiga, guru iliterat IT adalah guru yang buta IT. Guru tersebut tidak mampu memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
Guru-guru ini masih menggunakan metode dan media model lama. Mereka sama sekali tidak pernah menggunakan teknologi. Hal ini kemungkinan fasilitas sarana dan prasarananya yang tidak ada.
Ketiga golongan guru inilah kenyataan yang berada di lapangan. Para guru ini yang akan menghadapi para peserta didik. Dengan kondisi ini, dampak dunia pendidikan sangat terasa. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
Dunia pendidikan, organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan PBB Unesco menyebut hampir 300 juta siswa di seluruh dunia terganggu sekolahnya dan terancam hak-hak pendidikan mereka di masa depan.
Bahkan di Indonesia, Kemendikbud memutuskan untuk membatalkan Ujian Nasional 2020. Pembelajaran pun dilakukan di rumah.
Para guru diminta untuk membuat rencana pembelajaran. Hal ini bukanlah hal mudah untuk mengubah kebiasaan mengajar di depan kelas dengan mengajar virtual tidak gampang.
Bukan hanya guru yang harus beradaptasi dengan kondisi ini, melainkan orang tua dan peserta didik juga harus beradaptasi. Orang tua harus siap mendampingi anaknya belajar di rumah.
Awalnya menyenangkan bagi siswa tertentu, tetapi akan membosankan jika terlalu lama. Orang tua mulai kerepotan mendampingi anaknya karena mereka juga memiliki aktivitas lain yang berbarengan dengan kegiatan itu.
Pembelajaran tidak lagi menyenangkan bagi peserta didik, tetapi sebaliknya, mereka jenuh dan bosan. Mereka rindu ke sekolah.
Akan tetapi, pandemi ini dapat diambil manfaatnya, yaitu kesiapan guru dalam kondisi apapun dan kreativitas guru dalam pembelajarannya kepada peserta didik.
Guru-guru diharapkan tidak hanya memberikan tugas dan tugas kepada peserta didik sehingga membuat mereka stres. Guru juga harus dapat mengubah kebiasaannya dalam mengajar.
Sebelumnya, guru terbiasa mulai mengajar dari konten kemudian proses. Karena kondisi ini, pembelajaran pun harus disesuaikan. Guru harus terbiasa mulai mengajar dari proses baru kemudian kontennya.
Hal ini membutuhkan pelatihan untuk para guru. Selain itu, guru harus siap membuka dirinya terhadap kemajuan teknologi demi kepentingan dan kemajuan peserta didik serta pendidikan di Indonesia.
Penulis: Muhammad Iqbal Iskandar
Editor: Dhita Koesno