Menuju konten utama

Masyarakat Diminta Tidak Skeptis pada COVID-19 dan Selalu Patuhi 3M

Masyarakat diiminta tidak skeptis pada COVID-19 dan selalu mematuhi 3M dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat Diminta Tidak Skeptis pada COVID-19 dan Selalu Patuhi 3M
Ilustrasi Corona di Ruang Publik. foto/Istockphoto

tirto.id - Penyintas COVID-19 Erlang Purbaya meminta masyarakat Indonesia untuk tidak skeptis atau ragu-ragu terhadap COVID-19.

Hal itu karena penyakit yang disebabkan oleh virus Corona ini benar-benar menular dengan gejala yang sangat minim, sehingga tanpa sadar seseorang menjadi positif terjangkit COVID-19.

Erlang pun menyampaikan kecurigaan awalnya saat ia terjangkit COVID-19, yakni merasakan indra penciumannya tidak berfungsi.

“Gejala yang saya rasakan cuma kehilangan penciuman saja. Waktu itu juga saya daftar tes swab, hasilnya positif," terang Erlang dikutip situs resmi Satgas Penanganan COVID-19.

Senada dengan Erlang, rekan kerjanya Erra Anggoro juga merasakan hal serupa. Namun selain kehilangan penciuman, ia juga merasakan sesak nafas hingga perlu diisolasi di Rumah Sakit Khusus Rujukan COVID-19 di Wisma Atlit, Jakarta Pusat.

Erra lalu berpesan agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan 3M dengan tetap menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker agar terhindar dari COVID-19 yang berbahaya ini.

“Untuk warga lainnya, belajar dari pengalaman saya dan Erra, tetaplah mematuhi protokol Kesehatan 3M. Kalau tidak perlu untuk ke luar dan hanya untuk nongkrong, lebih baik diam di rumah saja," kata Erlang.

Sementara itu dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, Pakar Imunisasi juga mengimbau masyarakat untuk mencari tahu tentang segala hal yang berhubungan dengan vaksin, salah satunya terkait kualitas vaksin.

Ia mengatakan bahwa vaksin merupakan produk biologis yang memiliki kerentanan pada perubahan suhu. Oleh karena itu umumnya vaksin perlu tersimpan pada suhu 2-8 derajat celcius, dan suhu ini harus terjaga dari pabrik sampai ke puskesmas.

Elizabeth lalu menjelaskan soal proses menjaga suhu vaksin di kondisi ideal dari awal sampai akhir yang disebut dengan cold chain (rantai dingin).

Dengan begitu masyarakat menjadi tahu bahwa vaksin terjaga kualitasnya sejak awal sampai ke pemberian vaksinasi.

“Dari manapun asal vaksinnya itu nanti, akan melalui pabrik vaksin kita di PT Bio Farma. Mereka sudah mempunyai armada untuk menerima dan mendistribusikan vaksin. Jadi kita sudah punya depo-depo vaksin. Kemudian Provinsi sudah memiliki cold room, atau lemari penyimpanan khusus," tutur Elizabeth.

Menurutnya, Indonesia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam melaksanakan program vaksinasi. Proses distribusi vaksin di Indonesia bisa dilakukan dari Aceh sampai Papua dan sudah menggunakan sistem cold chain yang baik, hingga ke pelosok negeri.

Lemari penyimpan berpendingin khusus yang ada di Provinsi, bisa menyimpan vaksin untuk jangka waktu 3-6 bulan dengan suhu terjaga di angka 2-8 derajat celcius. Pengiriman ini kemudian dilakukan secara bertahap ke level Kabupaten/Kota hingga ke rumah sakit dan puskesmas.

Saat keluar dari cold room, vaksin pun harus cepat dimasukkan ke kotak sementara yang dirancang khusus untuk menjaga temperaturnya dalam perjalanan.

“Idealnya pemberian vaksin itu harus terjadwal, pada tanggal berapa, jam berapa, dan di mana lokasinya. Baik petugas yang memberi pelayanan maupun masyarakat harus tahu, sehingga pada waktunya nanti pemberi pelayanan dan yang dilayani bertemu dengan teratur. Dengan menyusun jadwal jauh-jauh hari sebelumnya, diharapkan proses pelayanan berlangsung dengan lebih cepat. Maksimum satu orang hanya memerlukan 10 menit untuk dilayani dari pendaftaran hingga vaksinasi," tukas dr. Elizabeth.

Dalam rangka menekan penyebaran virus COVID-19, selain tetap mematuhi 3M, cara lain yang dapat ditambahkan adalah dengan penerapan 3T, yaitu testing secara berkala, tracing (telusuri dan lacak kontak fisik), serta treatment (terapkan perawatan dan isolasi mandiri dalam ruangan).

--------------------------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH