tirto.id - “Apakah Spider-Man merupakan peran terbaik di sepanjang hidup Anda?”
“Apakah Anda bercanda? Ya, ya, 1.000 persen.”
Jawaban itu meluncur dari mulut Yuri Lowenthal, pemeran Spider-Man atau Peter Parker dalam gim Marvel’sSpider-Man yang dirilis ke pasaran pada 7 September 2018 lalu. Meski ia sebelumnya pernah memerankan protagonis utama dalam gim legendaris Prince of Persia (The Sands of The Times, The Forgetten Times, dan The Two Thrones), Yuri tak pernah ragu mengakui bahwa berperan sebagai Spider-Man memang lebih menyenangkan.
Game Informer kemudian melanjutkan pertanyaannya: “Apa menariknya menjadi Spider-Man bagi Anda?”
“Bekerja menjadi Spider-Manitu seolah aku tidak perlu bekerja hari ini karena pekerjaanku adalah menjadi Spider-Man.”
Hanya dirilis di konsol PlayStation 4, Marvel’s Spider-Man ternyata tidak hanya menyenangkan bagi Yuri. Gim hasil kolaborasi antara Insomniac Games dan Sony Interactive Entertainment tersebut itu juga digilai oleh para kritikus gim dan para pemain gim.
Gaming Agemenyebut “Marvel’s Spider-Man sangat spektakuler”. App Trigger tak kalah apik dalam memberikan pujian, “Marvel’s Spider-Man memberikan kesempatan terbaik bagi para pemainnya untuk melakukan apa saja yang Spider-Man bisa lakukan.” Sementara Forbes, meski mereka manganggap misi dalam Marvel’s Spider-Man membosankan, menyebut bahwa Marvel’s Spider-Man adalah sebuah gim aksidengan paket komplet: game-play dan jalan cerita dalam Marvel’s Spider-Man patut diacungi jempol.
Segera setelah dirilis Marvel’s Spider-Man langsung menjadi incaran para pemain gim. Hanya dalam waktu tiga hari, dilansir dari USA Today, gim tersebut sudah terjual 3,3 juta kopi. Hasil penjualan tersebut kemudian membuat Marvel’s Spider-Man menjadi gim dengan rekor penjualan tercepat yang di konsol gim PlayStation, melampaui rekor penjualan gim God of War yang mencapai 3,1 juta kopi dalam kurun waktu yang sama.
Dan yang lebih hebat lagi, keuntungan penjualan Marvel’s Spider-Man tersebut mencapai 198 juta dolar Amerika, mengalahkan keuntungan yang diperoleh film Spider-Man: Homecoming dalam minggu pertama pemutaran. Saat itu, Spider-Man: Homecoming hanya meraup keuntungan sebesar 117 juta dolar.
Promosi Besar-Besaran
Spider-Man dikenal sebagai pahlawan super yang gemar merayap di dinding, bergelantungan di Kota New York yang dipenuhi gedung pencakar langit, dan nongkrong di atas gedung sambil mengintai para penjahat. Namun pada 15 Agustus 2018 lalu, sebelum Marvel’s Spider-Man dirilis ke pasaran, ia ternyata menjadi bagian dari kereta bawah tanah yang menjadi “jantung kehidupan” para New Yorker.
Hari itu, kereta bawah tanah jurusan Time Square dan Grand Central Station dipenuhi pernak-pernik Marvel’s Spider-Man. Untuk keperluan promosi, Sony Interactive Entertainment dan Insomniac Games mendekor ulang kereta tersebut. Kereta dicat dengan warna merah, gambar Spider-Man yang cukup besar menghiasi dinding luar kereta, dan kursi-kursi kereta dihiasi dengan logo Spider-Man. Selain itu, di beberapa bagian kursi juga terdapat gambar harian Daily Bugle, media ikonik tempat kerja Peter Parker. Tak luput, slogan Daily Bugle, “We Always Give You More”, pun menempel di dalam dinding dalam kereta.
Sony dan Insomniac memang mempunyai harapan besar bahwa Marvel’s Spider-Man bisa menjadi “blockbuster” di dunia gim. Untuk itu, mereka kemudian rela berbuat apa saja agar gim tersebut menarik perhatian orang. Selain melakukan promosi melalui kereta bawah tanah spesial di New York, mereka juga memajang iklan Marvel’s Spider-Man saat pembukaan NFL musim ini pada 6 September 2018 lalu, satu hari sebelum Marvel’s Spider-Man dirilis ke pasaran.
“Aku tidak pernah ingat kapan terakhir kali kami [Sony] membeli spot untuk [iklan] 90 detik, dan ini adalah pembelian satu spot media paling mahal yang pernah kami lakukan,“ kata Eric Lempel, kepala pemasaran global Sony PlayStation mengenai iklannya itu, dilansir dari Fast Company.
Lempel kemudian menyebut alasan mengapa Marvel’s Spider-Man diperlakukan secara spesial. Menurutnya, gim Marvel’s Spider-Man akan berdiri sendiri, tidak terikat dengan cinematic universe, yang menghadirkan tantangan komunikatif bagi para pemainnya. “Kami ingin para penggemar tahu ini adalah kisah baru yang orisinal dan unik,” ujarnya. Dan saat Marvel’s Spider-Man mulai dapat dimainkan di rumah para gamer, ucapan Lempel ternyata terbukti. Ia ternyata tidak hanya pamer iklan dan pintar berjualan kecap.
Cerita Orisinal, Fitur Unik, dan Game-Play Menawan
Dalam Marvel’s Spider-Man, Peter Parker memang masih menjadi karakter utama. Namun, ia adalah Peter yang berbeda. Ia bukan lagi seorang anak SMA kutu buku, melainkan seorang laki-laki 23 tahun yang siap menantang problema kehidupan sebagai manusia dewasa.
“Ketika kami mulai berbicara dengan Marvel dan Sony, semua orang di ruangan itu berkata, ‘kami tidak ingin gim itu berdasarkan komik atau film atau gim tertentu,’” kata Jon Paquette penulis cerita Marvel’s Spider-Man. “Kami juga tidak ingin gim itu sesuai dengan cerita asli, karena kami merasa semua orang tahu bahwa Spider-Man digigit oleh laba-laba.”
Dari situ, ide membuat Peter Parker yang berbeda kemudian muncul. Masih menurut Paquette, ide Peter Parker berusia 23 tahun akhirnya dipilih karena pada usia tersebut seorang anak muda biasanya sedang berproses menjadi “laki-laki sesungguhnya”. “Kami pikir [usia 23 tahun] akan menjadi periode yang menarik dari kehidupan Peter untuk dimainkan,” tutur Paquette.
Selain menciptakan Peter yang “baru”, Marvel’s Spider-Man juga menciptakan Mary Jane yang berbeda. Dalam gim tersebut, kekasih Peter itu berperan sebagai seorang wartawan investigasi yang bekerja di Daily Buggle. Dan dalam beberapa kesempatan, untuk mendukung cerita, Mary bahkan menjadi karakter pendukung yang dapat dimainkan di dalam gim tersebut.
Perubahan latar belakang karakter utama dalam gim tersebut kemudian mempermudah Paquette, juga dua penulis cerita lainnya Ben Arfmann dan Christos Cage, untuk membuat drama baru dalam dunia Spider-Man. Pada akhirnya jalan cerita gim tersebut memang mendapatkan pujian. Namun tanpa dukungan game-play yang memadai, Marvel’s Spider-Man tentu saja tidak akan mendapatkan kesuksesan seperti sekarang.
Marvel’s Spider-Man adalah gim aksi open world, sebuah game-play non-linear yang karakter utamanya mempunyai kebebasan untuk melakukan apa saja seperti dalam gim Grand Theft Auto. Karena New York menjadi setting dalam gim Marve’s Spider-Man, para gamer pun dapat menjelajahi setiap sudut kota tersebut dengan bebas sekaligus berinteraksi dengan warganya. Dengan begitu, selain harus menyelesaikan misi yang berkaitan dengan alur cerita, para pemain juga bisa mendapatkan misi tambahan dari para New Yorker.
Saat melakukan pertarungan, Marvel’s Spider-Man memadukan direct confrontation dan stealth. Jika para gamer ingin membunuh lawan secara diam-diam tanpa membikin keributan, para gamer bisa mengendap-ngendap terlebih dahulu, layaknya Solid Snake dalam seri Metal Gear Solid. Namun jika para gamer ingin langsung dar-der-dor dengan lawan, mereka bisa melabraknya secara langsung.
Para gamer dapat menggunakan kombo, meluncurkan jaring, hingga memanfaatkan benda-benda di sekitar untuk menghajar musuh-musuh tersebut. Seiring meningkatnya level dalam gim tersebut, teknik stealth dan direct confrontationSpider-Man juga akan mengalami perkembangan signifikan.
Menariknya, terutama saat menghadapi bos, Marvel’s Spider-Man juga akan menggunakan QTE [Quick Time Event]. Itu artinya, selain bergantung kemampuan tarung para gamer, cepat atau lambatnya seorang bos dapat dikalahkan juga sangat bergantung dengan pilihan para gamer saat QTE muncul.
Selain itu, para gamer juga dapat menggunakan kostum-kostum khusus yang dapat mendukung jalannya pertarungan. Setiap kostum mempunyai kelebihan dan kekuatan yang berbeda. Semakin sulit kostum tersebut ditemukan, semakin besar pula kekuatannya.
Menyoal fitur, Sony dan Insomniac juga melakukan terobosan yang menarik. Marvel’s Spider-Man menyediakan photo mode. Hebatnya, tidak hanya dapat mengambil foto dalam setiap aksi yang dilakukan dalam gim tersebut, para gamer juga dapat mengedit foto tersebut, menjadikannya sebagai sampul komik, halaman depan Daily Bugle, hingga menempelkannya di papan iklan.
Untuk semua itu, pantas saja kalau gim yang satu ini laris manis di pasaran.
Editor: Nuran Wibisono