Menuju konten utama

Maruarar: Kemenangan PDIP di Pilkada 2018 Adalah Kemenangan Rakyat

"Keberanian PDIP mengusung kadernya di hampir semua wilayah menunjukkan bahwa PDI Perjuangan telah menjalankan fungsi kepartaian dengan baik."

Maruarar: Kemenangan PDIP di Pilkada 2018 Adalah Kemenangan Rakyat
Politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Ketua Umum Taruna Merah Putih (TMP) Maruarar Sirait mengapresiasi keberhasilan PDI Perjuangan dalam Pilkada 2018.

Ia menyampaikan terkait dengan kemenangan sejumlah pasangan calon kepala daerah yang diusung PDIP. Menurutnya, kemenangan tersebut adalah wujud kemenangan rakyat dan kemenangan PDIP yang dikenal sebagai partai kader.

"Keberanian PDIP mengusung kadernya di hampir semua wilayah menunjukkan bahwa PDI Perjuangan telah menjalankan fungsi kepartaian dengan baik," kata Maruarar dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (1/7/2018).

Menurutnya, kaderisasi di PDI Perjuangan tidak pernah instan karena seseorang selalu melewati proses panjang sebelum dicalonkan menjadi kepala daerah.

Maruarar mencontohkan bagaimana PDIP sebelum mengusung Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah, lebih dulu menjadi anggota DPR 2 periode.

Djarot Saiful Hidayat yang diusung jadi Cagub Sumut sebelumnya adalah Wali Kota Blitar, anggota DPR, Wakil Gubernur DKI. Bahkan Presiden Joko Widodo sebelumnya juga berproses dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI dan kemudian menjadi Presiden.

Maruarar yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI itu menilai partai politik yang berhasil adalah partai yang sukses memproses dan menciptakan para pemimpin bukan hanya membaca situasi, melihat figur yang berpeluang untuk kemudian didukung tanpa memperhatikan aspek ideologis, loyalitas dan pendidikan politik di partai.

Ia mengatakan, dirinya sebagai kader PDI Perjuangan bangga dengan keputusan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk mengusung kadernya bertarung di Pilkada serentak 2018.

Ketua DPP PDIP periode 2004-2014 itu menilai klaim sejumlah partai di beberapa pilkada jika ditilik dari pragmatisme politik sah saja, tapi jika dilihat dari aspek kualitas klaim itu menjadi tidak tepat.

"Sebab kemenangan mereka bukan kemenangan yang mendatangkan nilai lebih bagi partai yang seharusnya berfungsi sebagai tempat artikulasi kepentingan rakyat, tempat pendidikan politik dan kaderisasi," katanya.

Dia mencontohkan perolehan suara Djarot-Sihar di Pilkada Sumatera Utara, dilihat dari hitung cepat memang kalah, tapi harus objektif melihatnya.

Dia menjelaskan, suara PDIP dan PPP di Sumut tidak lebih dari 21 persen, tapi jika dilihat perolehan suara pasangan tersebut lebih dari 40 persen. Hal tersebut, menurutnya, dapat diartikan mesin partai berjalan dan figur yang diusung juga diterima masyarakat.

Baca juga artikel terkait PILKADA SERENTAK 2018

tirto.id - Politik
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani