tirto.id - Mantan presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk tindakan pemerintah Amerika Serikat yang telah menjatuhkan bom GBU-43/B MOAB yang dijuluki "induk dari segala bom" karena ukurannya sebagai bom non-nuklir terbesar. Akibat bom tersebut, sekitar 36 terduga militan ISIS dilaporkan tewas.
"Ini bukan perang melawan teror, namun merupakan penyalahgunaan yang tidak manusiawi dan paling brutal, negara kami sebagai tempat uji coba senjata baru dan berbahaya," kata dia melalui pernyataannya di Twitter, seperti diberitakan Antara.
Di sebuah desa yang dilihat dari jarak 5 kilometer, daerah pegunungan di mana bom itu dijatuhkan, rumah-rumah dan toko-toko terlihat tidak terpengaruh oleh bom itu.
Warga desa mengaku melihat para militan naik turun gunung setiap hari dan biasa mengunjungi desa mereka.
"Mereka itu orang Arab, Pakistan, Cina dan pemberontak lokal yang datang untuk belanja di pasar," kata warga bernama Raz Mohammad.
Jumat ini desa itu dibanjiri tentara Afghanistan dan internasional, selain lalu lalang helikopter dan pesawat.
Serangan itu adalah bagian dari operasi militer bersama tentara Afghanistan-internasional, staf umum kantor Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. "Tentara Afghan dan asing berkoordinasi erat dalam operasi ini dan ekstra hati-hati guna menghindari jatuhnya korban sipil," kata dia.
Para pejabat AS mengatakan bom itu sudah direncanakan di Afghanistan sejak masa pemerintahan mantan presiden Barack Obama.
AS mengintensifkan operasi melawan ISIS dan Taliban di Afghanistan di mana Angkatan Udara AS menggelarkan hampir 500 senjata dalam tiga bulan pertama tahun ini, naik dari 300 pada periode sama tahun 2016.
Pada Kamis (13/4/2017) waktu setempat, Pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan bom non-nuklir terbesar GBU-43/B MOAB yang pernah digunakan militer AS di Afghanistan.
Bom yang disebut oleh sumber militer AS sebagai “induk dari semua bom” ini ditargetkan untuk menyerang jalur terowongan yang digunakan oleh pasukan ISIS di Afghanistan. Bom ini mampu menghancurkan target yang berada di bawah tanah dan memiliki kekuatan penghancur lebih dari 11 ton TNT.
Bom ini dipandu oleh GPS dan belum pernah digunakan dalam pertempuran sejak diujicoba pada 2003. Bom ini menimbulkan asap seperti cendawan yang bisa terlihat dari jarak 32 km.
Presiden AS Donald Trump membantah telah memerintahkan penggunaan bom terbesar yang pernah digunakan oleh militer AS dalam perang ini.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri