Menuju konten utama

Liverpool vs Chelsea: Asa Kecil Frank Lampard via Mason Mount

Sepanjang di bawah asuhan Frank Lampard, gawang Chelsea sudah kebobolan 13 kali hanya dalam 7 pertandingan.

Liverpool vs Chelsea: Asa Kecil Frank Lampard via Mason Mount
Frank Lampard. Foto/Ben Queenborough/Rex Features

tirto.id - “Kami harus tampil lebih baik dan tidak boleh melakukan banyak kesalahan yang mengakibatkan lawan bisa melakukan serangan balik,” kata Frank Lampard, pelatih Chelsea. “Karena tim-tim bagus akan bikin kesulitan jika kami melakukan kesalahan seperti itu lagi.”

Lampard berkata seperti itu sebelum Chelsea bertanding melawan Liverpool dalam Piala Super Eropa yang akan dilangsungkan di Istanbul, Turki, beberapa jam lagi. Penyebabnya, saat Chelsea kalah 4-0 dari tuan rumah Manchester United akhir pekan lalu, hampir semua gol United terjadi karena kesalahan-kesalahan pemain Chelsea, salah satunya berawal dari serangan balik Setan Merah.

Kesalahan pemain-pemain Chelsea pada pertandingan itu bahkan bikin Jose Mourinho, mantan pelatih The Blues, melontarkan kritik tajam. Pelatih asal Setubal itu menyebut “Chelsea tidak mempunyai prinsip dasar permainan” dan menilai terlalu ringkih dalam meladeni permainan agresif Setan Merah.

“Mereka tidak kompak dalam bertahan, terlalu banyak memberikan ruang, dan kurang agresif terhadap bola,” kata Mou.

Mourinho menjelaskan pendapatnya bahwa saat anak asuh Lampard bertahan, ruang kosong di daerah pertahanan Chelsea bahkan tak cuma tercipta di satu sisi, melainkan ada di mana-mana: di sela-sela garis pertahanan, di depan garis pertahanan, hingga di antara pemain tengah dan pemain depan.

Akibat dari Build-Up Serangan Chelsea

Jauh hari sebelum Mourinho berkata sengak, JJ Bull, analis taktik dari The Telegraph, sudah menduga pertahanan Chelsea akan berlubang di sana-sini. Dasar masalah itu, menurut hitung-hitungan Bull, dari gaya direct yang diinginkan Lampard.

Seperti Sarri, pelatih Chelsea sebelumnya, Lampard senang melakukan buid-up serangan dari lini belakang, memainkan bola pendek dari kaki ke kaki hingga ke lini depan. Namun, saat Sarri ingin timnya bisa bermain lebih sabar, Lampard ingin bola sesegera mungkin mengarah ke lini depan.

Dengan pendekatan itu, kecepatan permainan Chelsea berubah. Dan saat pemain-pemain Chelsea lebih sering melakukan umpan penetratif daripada sebelumnya, risiko bikin kesalahan jadi semakin besar.

Di sisi lain, skema Chelsea menyusun build-up serangan dari lini belakang menjadi faktor pendukung dari terciptanya lubang di daerah pertahanan Chelsea.

Masih menurut Bull, dalam fase itu, formasi Chelsea berubah dari 4-2-3-1 menjadi 3-4-3: dua full-back Chelsea naik jauh ke depan, satu pivot turun, pivot satunya berdiri sejajar dengan dua full-back yang naik ke depan dan pemain nomor sepuluh, serta tiga pemain terdepan Chelsea berdiri sejajar garis pertahanan lawan.

Skema itu tentu menciptakan gap cukup besar di depan garis Chelsea.

Kemudian, saat Chelsea menerapkan skema itu untuk bermain cepat di mana risiko bikin kesalahan amat besar, apa yang akan terjadi?

Saat Chelsea kehilangan bola, enam sampai tujuh pemain terdepan barangkali akan melakukan counter-pressing. Namun, karena ada ruang terbuka di depan garis pertahanan, lawan memiliki banyak cara untuk mengakali pressing.

Pressing Chelsea mudah ditembus. Lawan melakukan serangan balik. Hasilnya, Chelsea tak hanya kebobolan 4 gol saat melawan Setan Merah. Dalam 6 laga pra-musim, Chelsea kebobolan 9 kali dengan cara nyaris sama.

Bull juga melontarkan kritik terhadap Lampard bersama Derby County musim lalu.

“Musim lalu, berdasarkan expected goal yang mengarah ke gawang, Derby seharusnya finis di peringkat ke-13 bukan di peringkat keenam... Mungkin Derby saat itu selalu dinaungi keberuntungan (sehingga tidak kebobolan lebih banyak),” tulis Bull.

Mengandalkan Mason Mount

Persoalan Chelsea dalam bertahan jelas menjadi sasaran empuk Liverpool pada Piala Super Eropa 2019. Terlebih Liverpool mempunyai kemampuan jauh lebih komplet dari lawan-lawan Chelsea sebelumnya. Selain ciamik bertahan, anak asuh Jurgen Klopp memiliki daya gedor mematikan.

Jika Marcus Rashford, Martial, Jesse Lingard, dan Daniel James saja bisa bikin pertahanan Chelsea compang-camping, bagaimana Chelsea menghadang gempuran Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Roberto Firmino yang musim lalu mencetak 56 gol untuk Liverpool di Liga?

Dari sana, seberapa besar pun keinginan Lampard memperbaiki kinerja pertahanan timnya dalam pertandingan nanti, Chelsea tetap rentan kebobolan. Meski begitu, Chelsea bukan tak mempunyai kesempatan untuk membunuh Liverpool. Caranya, melalui Mason Mount, Chelsea bisa mengincar full-back Liverpool untuk dijadikan sasaran tembak.

Bukan rahasia umum apabila Trent Alexander-Arnlod dan Andrew Robertson, duet full-back Liverpool, adalah salah satu senjata rahasia di balik setiap serangan Liverpool. Mereka rajin maju sehingga mampu menghasilkan 23 assist di Liga Primer musim 2018-2019. Namun, mengapa tim-tim lawan hampir selalu gagal melakukan serangan dari sektor tersebut?

Lawan-lawan Liverpool terbiasa menggunakan pemain sayap untuk mengeksploitasi kemampuan menyerang dua full-back Liverpool tersebut. Masalahnya, duet full-back Liverpool ternyata tak harus selalu maju jauh untuk membantu serangan timnya. Maka, saat pemain sayap lawan tetap di depan ketika duet full-back itu menyerang, Arnold dan Robertson masih sempat melakukan track-back.

Sementara itu, Mount barangkali dapat memberikan dampak berbeda. Sebagai pemain nomor 10, Mount terbiasa bergerak ke sisi lapangan untuk menciptakan overload di daerah tersebut. Namun, berbeda dari pemain nomor 10 kebanyakan, ia bergerak ke sisi lapangan bukan untuk jadi pusat permainan, melainkan untuk membuka atau menciptakan ruang.

Mula-mula Mount menjemput bola ke belakang untuk memberikan tambahan opsi umpan bagi pemain tengah maupun pemain belakang Chelsea. Setelah itu, ia mengirimkan umpan ke sayap dengan cepat dan memaksa full-back lawan untuk melakukan tekanan terhadap pemain sayap tersebut. Dan, ia akan langsung bergerak ke arah ruang kosong yang ditinggalkan oleh full-back tersebut.

Menurut Michael Cox, saat Chelsea bertanding melawan Manchester United, kemampuan Mount untuk melakukan pergerakan seperti itu sukses mengeksploitasi sisi kiri pertahanan United yang dikawal Luke Shaw. Alhasil, selain mencatatkan empat umpan kunci, Mount hampir selalu terlibat dalam proses 18 kali percobaan tembakan pemain-pemain Chelsea ke arah gawang MU.

Untuk semua itu, meski organisasi pertahanan Liverpool lebih apik dari United, Mount setidaknya bisa memberi asa kecil bagi Chelsea dalam pertandingan nanti.

Baca juga artikel terkait PIALA SUPER UEFA 2019 atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Fahri Salam