tirto.id - Beberapa waktu terakhir mainan tradisional lato-lato mendadak digandrungi oleh sebagian besar anak kecil hingga dewasa. Hal ini menyebabkan para pedagang mainan dibanjiri keuntungan dari penjualan mainan lato-lato.
Salah satunya, Malik (45) pedagang mainan di Kawasan Srengseng, Jakarta Barat. Ia mengaku, dagangannya dibanjiri para pembeli lato-lato khususnya anak kecil.
Malik menyebutkan, bahwa lato-lato yang ia dapat berasal dari salah satu pusat toko mainan anak-anak yang berada di Jakarta Pusat.
“Banyak sekali pembeli seperti contohnya anak-anak, apalagi kan anak-anak itu gampang ikutin tren ya jadinya pembeli lato-lato paling banyak anak kecil. Dan lato-lato ini saya dapatkan dari pusat mainan yang ada di Jakarta Pusat,” tutur Malik, Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Lato-lato yang dijual mempunyai beragam ukuran dan warna. Untuk harganya sendiri berada di kisaran Rp 10.000 sampai Rp 12.000.
Kemudian, Malik mengatakan, bisa menghabiskan dua sampai tiga lusin mainan lato-lato. Hal ini sangat menguntungkan ditengah viralnya mainan tersebut. Untuk pendapatan yang ia dapat bisa di kisaran Rp400 ribu per harinya pada saat ramai, lalu jika sepi bisa hanya mencapai Rp200 ribu per hari.
“Karena lagi ramai mainan ini, saya kalau akhir pekan bisa ngabisin stok 2 sampai 3 lusin mas. Untuk pendapatan saya sendiri berjualan mainan karena adanya lato-lato ini bisa sampai 400 ribu, tapi kalau sepi biasanya Cuma Rp200 ribu,” pungkas Malik.
Apa Itu Lato-lato?
Lato-lato bukan mainan asli Indonesia. Permainan ini banyak dikenal di negara-negara lain dengan nama berbeda. Di Indonesia, mainan ini disebut juga nok-nok karena mengeluarkan bunyi 'nok nok nok' ketika dimainkan.
Lato-lato atau nok-nok sempat populer di Indonesia pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Kini, mainan itu kembali digemari masyarakat, tidak hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa.
Sementara itu, cara memainkannya cukup mudah, tinggal ayunkan ke atas dan ke bawah, saling membentur dengan sangat kuat, sehingga menimbulkan suara "klak" yang keras.
Lato-lato mirip dengan bolas, senjata Argentina, terbentuk dari dua bola polimer padat, masing-masing berdiameter sekitar 2 inci (5 cm), melekat pada tali yang kokoh dengan pegangan di tengahnya.
Pemain memegang bagian tengah tali penghubung bola dan melalui gerakan tangan naik-turun membuat kedua bola berayun terpisah dan kembali bersama, membuat suara klak yang memberi nama pada mainan itu.
Dengan latihan yang cukup, seseorang dapat membuat bola berayun sehingga saling bertabrakan baik di atas maupun di bawah tangan.
Dalam laporan New York Times pada Agustus 1971, di Italia pernah diadakan kejuaraan dunia clackers, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia. Dalam kejuaraan ini, berbagai peserta dari Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada datang untuk menguji kemampuan mengayunkan clackers.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang