Menuju konten utama

Lalin Jogja Dekati Titik Jenuh, Ruas Jalan Perlu Ditambah

Rerata tingkat kepadatan lalu lintas dibanding kapasitas jalan di Kota Yogyakarta hampir mendekati titik jenuh, yaitu 0,8 dari nilai maksimal 1.

Lalin Jogja Dekati Titik Jenuh, Ruas Jalan Perlu Ditambah
Pembangunan hotel di Kota Yogyakarta. FOTO/Istimewa

tirto.id - Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Golkari Made Yulianto menyatakan wilayahnya perlu penambahan ruas jalan baru. Pasalnya rerata tingkat kepadatan lalu lintas dibanding kapasitas jalan atau volume capacity ratio hampir mendekati titik jenuh, yaitu 0,8 dari nilai maksimal 1.

"Rata-rata, perbandingan volume kendaraan dengan kapasitas jalan sudah mencapai 0,8. Bahkan ada beberapa ruas jalan yang nilainya mencapai 0,9 seperti di Jalan Sutomo dan AM Sangaji," katanya kepada Antara, Sabtu (30/9/2017).

Nilai perbandingan volume kendaraan dengan kapasitas jalan tersebut, lanjut dia, terjadi pada jam sibuk khususnya pagi hari dan sore hari saat pergi dan pulang sekolah atau pulang bekerja. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ruas jalan berpotensi mengalami kemacetan hanya dengan gangguan kecil, seperti kendaraan berbalik arah atau berhenti di tepi jalan.

Meskipun demikian, Golkari menambahkan, jika tidak dilakukan tindakan atau upaya apapun untuk mengantisipasi semakin meningkatnya volume kendaraan, maka kemacetan lalu lintas sangat berpotensi terjadi. Salah satunya penambahan ruas jalan.

"Namun, di Kota Yogyakarta sudah sulit untuk menambah ruas jalan baru karena keterbatasan lahan sehingga perlu dilakukan cara lain untuk mengantisipasinya, seperti rekayasa dan manajemen lalu lintas dengan memperbanyak jalan satu arah dan mengontrol durasi lampu lalu lintas sesuai volume kendaraan yang melintas," katanya.

Selain itu juga bisa dilakukan normalisasi simpang sehingga memudahkan kendaraan yang akan berbelok ke kiri tanpa terhambat kendaraan yang sedang berhenti menunggu lampu lalu lintas. "Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi juga perlu dilakukan dengan meningkatkan penggunaan kendaraan umum," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Wirawan Hario Yudho mengatakan upaya untuk mengantisipasi kemacetan yang cukup ampuh adalah dengan memperbanyak penggunaan kendaraan umum.

"Terutama oleh anak sekolah dan karyawan. Akan lebih baik jika mereka menggunakan kendaraan umum untuk berangkat ke sekolah atau tempat kerja sehingga tidak menambah volume kendaraan," katanya.

Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, lanjut dia, akan terus mendorong penambahan jumlah armada Transjogja sehingga akan semakin banyak masyarakat yang tertarik menggunakan moda transportasi umum dibanding kendaraan pribadi.

Kerugian Akibat Macet di Yogyakarta Capai Rp50 Juta/Hari

Semakin padatnya arus lalu lintas di Yogyakarta ternyata membawa dampak kerugian yang cukup masif. Tahun lalu, berdasarkan hitungan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, potensi kerugian akibat tingginya tingkat kemacetan di Kota Yogyakarta diperkirakan mencapai Rp50 juta per hari.

"Hitungan kami, kerugian akibat kemacetan di Kota Yogyakarta dalam lima tahun mencapai Rp90 miliar," kata Ketua DPD PDI-P Daerah Istimewa Yogyakarta, Bambang Praswanto di Yogyakarta, Selasa (11/10/2016), seperti dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, angka Rp 90 miliar itu didapat dari hitungan potensi kerugian Rp50 juta per hari dikalikan dengan total kerugian sebulan mencapai Rp1,5 miliar, lalu dijumlah selama setahun menjadi Rp18 miliar, kemudian dikalikan lima.

Perkiraan kerugian tersebut, lanjutnya, berasal dari kerugian yang dialami masyarakat karena harus mengalami kemacetan, sehingga beberapa diantaranya harus kehilangan kesempatan mendapatkan pendapatan akibat tidak bisa tiba tepat waktu.

Potensi kerugian karena kemacetan itu, kata Bambang, mempunyai dampak multi, sebab karena kemacetan yang terjadi di jalanan mengakibatkan seseorang yang harusnya dapat suatu proyek akhirnya harus merugi karena proyeknya hilang.

"Sebab kesempatan yang ada pada sektor perekonomian, selalu membutuhkan waktu yang sangat fleksibel. Dan kemacetan lalu lintas acapkali menjadi musuhnya perekonomian," papar Bambang.

Lebih jauh, ujar dia, pembangunan hotel yang terjadi di luar dugaan pemerintah Kota Yogyakarta, ikut menambah keruwetan lalu lintas hingga berakibat pada meningkatnya kemacetan di Yogyakarta.

"Sebab, banyak hotel dan penginapan di Yogyakarta tidak menyediakan fasilitas parkir memadai. Akibatnya, badan jalan sering digunakan untuk hal-hal yang bukan peruntukkannya. Maka jadilah kemacetan semakin tinggi," jelas dia.

Baca juga artikel terkait KEMACETAN atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan