Menuju konten utama

Laba Garuda Indonesia Turun 11,6 Persen

Garuda Indonesia mengalami penurunan laba sebesar 11,6 persen. Kerugian ini di antaranya karena adanya biaya pengembalian pesawat dan ekspansi rute internasional.

Laba Garuda Indonesia Turun 11,6 Persen
Menteri BUMN Rini Soemarno (keempat kanan), Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo (ketiga kanan), dan Direktur Utama PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin (ketiga kiri). ANTARA FOTO/Lucky R.

tirto.id - Pada triwulan III 2016, PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) mencatat laba bersih sebesar 19,6 juta dolar AS. Namun, keuntungan yang dibukukan Garuda ini turun 11,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2015, yaitu 22,1 juta dolar AS.

Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (Persero), M Arif Wibowo, dalam konferensi pers, di Jakarta, Senin (31/10/2016), menjelaskan, terdapat sejumlah faktor penyebab perseroan menanggung kerugian itu, di antaranya biaya untuk pengembalian pesawat setelah masa sewa selesai (redelivery) serta ekspansi rute internasional. "Kerugian di sini karena kita banyak pemakaian biaya di-redelivery pesawat dan kami mulai ekspansi di internasional, melakukan berbagai pertumbuhan kapasitas, terutama di Cina, Eropa, dan Timur Tengah," katanya, demikian dilansir Antara.

Dia menyebutkan, untuk pembiayaan pengembalian sebanyak enam pesawat terbang itu mencapai 52,2 juta dolar Amerika Serikat, terdiri dari empat pesawat berbadan sempit dan dua pesawat berbadan lebar. "Di luar itu, kita juga tahun ini mendatangkan 17 pesawat terbang, tahun ini banyak negosiasi pesawat, salah satunya Airbus A330," katanya.

Dia menambahkan terkait ekspansi rute internasional, mulai Maret 2016, PT Garuda Indonesia memisahkan rute antara Heathwow di London, dan Schipol di Amsterdam. "Ini langkah terbaik karena satu Heathrow adalah bandara paling sibuk di dunia dan banyak sekali terhubung dengan aliansi Skyteam, kemudian kita juga memberikan satu posisi langsung, tidak melalui Amsterdam," katanya.

Namun, Wibowo mengaku langkah itu tidak mudah karena saat awal beroperasi, tingkat keterisian di Heathrow, London masih sekitar 30-40 persen karena pada saat musim sepi. "Tiga bulan pertama sangat berat 30-40 persen isian kita ke London, tapi sekarang sudah 70 persen, artinya waktu kami melakukan pengoperasian di kuartal II itu pilihan yang tepat," katanya.

Meskipun kedua hal yang menguras struktur biaya perseroan tersebut, yaitu pengembalian pesawat dan investasi di rute internasional, terjadi di triwulan II, namun Wibowo mengatakan, masih berdampak pada kuartal III karena dibutuhkan waktu enam hingga delapan bulan untuk mengupayakan pertumbuhan dalam investasi internasional.

Secara umum, pendapatan perusahaan (total revenues) meningkat, yaitu dari 2,845 miliar dolar AS pada 2015 (Januari-September) menjadi 2,865 miliar dolar AS pada periode yang sama 2016. Jumlah angkutan penumpang juga mengalami peningkatan sampai dengan Kuartal III 2016, yaitu sebanyak 26 juta penumpang naik 6,1 persen dibanding periode yang sama 2015 sebanyak 24 juta penumpang.

Sementara, anak perusahaan, Citilink Indonesia mengangkut sebanyak 8,23 juta penumpang, meningkat hampir 20 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 6,86 penumpang.

Selain itu, PT Garuda Indonesia juga memperkuat bisnis di pengangkutan kargo yang meningkat 14,7 persen dari 257.304 ton menjadi 295.217 ton dari Januari-September 2016.

Terkait tingkat ketepatan penerbangan, PT Garuda Indonesia meningkat menjadi 90,1 persen selama periode Januari - September dari 88,2 persen pada 2015. Untuk tingkat isian penumpang (seal load factor-SLF) pada periode Januari-September tercatat mencapai 73,4 persen dengan utilisasi pesawat sebesar 09:12 jam.

Baca juga artikel terkait GARUDA INDONESIA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari