tirto.id -
Kapasitas kapal pengangkut garam masih sangat sedikit dibandingkan dengan hasil garam yang diproduksi petani di Kabupaten Sabu Raijua.
Marthen Dira Tome selaku Bupati Sabu Raijua, menjelaskan, dengan luas lahan mencapai 180 hektare, dalam satu bulan setiap kali panen petani garam di Sabu Raijua dapat menghasilkan 8.000 ton garam. Sementara itu, kapasitas kapal yang mengangkut garam selama ini hanya mampu membawa sekitar 200 ton garam dari Kabupaten Sabu Raijua.
Pada Jumat (11/3/2016) berkata, sebanyak 198 ton garam baru saja diangkut kapal Caraka Niaga III-22 dari Pelabuhan Biu, Kecamatan Sabu Timur, Kabupaten Sabu Raijua, menuju pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
"Kami hanya diberikan 11 peti kemas kosong agar garam-garam itu bisa dimasukkan ke dalamnya dan diangkut. Setiap peti kemas berisi 18 ton garam," kata Marthen, kepada Antara di Kupang, Jumat (11/3/2016).
Dengan demikian, Marthen mengharapkan agar ada kapal pengangkut berkapasitas sebanyak 1.000 ton.
"Kami berharap agar kapal yang menjadi tol laut itu bisa mengangkut 1.000 ton garam dari pulau ini, mengingat permintaan garam dari para pengusaha di Surabaya sangat besar," kata Marthen.
Terkait dengan cara pengangkutan garam dari lokasi selama ini, Marthen menginformasikan, pengangkutan dilakukan dengan memakai “dum truck” dibantu oleh dua buah truk tronton milik Cakara Niaga.
"Pihak kapal Cakara Niaga yang menjadi kapal pengakut komoditas menyiapkan sarana transportasi bagi daerah yang kesulitan sarana angkut seperti halnya Sabu Raijua," imbuh Marthen.
Selain kapal untuk mengangkut garam, Marthen berujar, seharusnya tersedia juga kapal untuk mengirim 10 ton rumput laut ke Surabaya. Selama ini, karena kapasitas kapal yang disiapkan hanya untuk garam, maka pengiriman 10 ton rumput laut menjadi terhambat.
Source:
https://member.antaranews.com/data/index.php?idnews=8629&kata_kunci=garam