tirto.id - Dalam peristiwa Nuzululquran, Nabi Muhammad saw. yang tengah menyepi di Gua Hira mendapatkan wahyu pertama, yaitu Al-Quran Surah al-Alaq ayat 1 hingga 5. Sejak saat itu sepanjang lebih dari 22 tahun, Al-Qur'an turun secara bertahap untuk menjadi pedoman umat manusia. Apa hikmah dari peristiwa ini?
Terdapat beberapa pendapat tentang proses turunnya Al-Qur'an ke dunia. Yang paling banyak dianut adalah pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, yaitu Al-Qur'an turun secara sekaligus ke Baitul ’Izzah. Selanjutnya, Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur.
Diriwayatkan Ibnu Abbas, "Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailatulkadar. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama 20 tahun”. Riwayat lain, "Al-Quran diturunkan pada lailatulkadar pada bulan Ramadan ke langit dunia sekaligus, lalu diturunkan secara berangsur-angsur.”
Turunnya Al-Qur'an ke dunia dimulai dari pewahyuan Surah al-Alaq ayat 1 hingga 5 kepada Nabi Muhammad saw., dan ditutup dengan Surah Al-Maidah ayat 3.
Terdapat beragam pendapat soal kapan turunnya wahyu pertama itu berlangsung. Pendapat bahwa Surah al-Alaq ayat 1 hingga 5 turun pada 17 Ramadan merujuk pada tafsir Surah al-Anfal 41 yang berbunyi “... jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan (Al-Qur'an) kepada hamba Kami (Muhammad) pada hari Furqaan, yaitu hari bertemunya dua pasukan."
Hari Furqan atau hari bertemunya 2 pasukan dalam ayat tersebut ditafsirkan sebagai hari Perang Badar. Peristiwa ini terjadi pada 17 Ramadhan 2H atau Selasa 13 Maret 624M.
Dalam perang tersebut, umat islam yang hanya berkekuatan 313 hingga 317 orang, mampu mengalahkan kaum kafir Quraisy Makkah yang berjumlah 950 hingga 1.000 orang.
Oleh karena hari Furqaan ditafsirkan sebagai 17 Ramadan, maka sebagian kalangan menyebut malam turunnya Al-Qur'an terjadi pada tanggal tersebut pada 610 Masehi, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun.
Al-Qur'an diturunkan secara bertahap, sebagai jawaban demi jawaban atas masalah yang dihadapi Nabi Muhammad saw. dan umat Islam selama hampir 23 tahun.
Allah berfirman dalam Surah al-Furqan:32, "Berkatalah orang-orang yang kafir, 'Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya (dalam) sekali turun saja?' Demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil."
Tafsir Perintah Iqra dalam Surah al-Alaq
Dalam wahyu yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad saw., ayat pertama Surah al-Alaq berbunyi "Iqra' bismi rabbikalladżī khalaq" atau diterjemahkan menjadi "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mencipta."
Dalam Tafsir Al-Misbah (Jilid 15) oleh Quraish Shihab, Nabi Muhammad saw. diperintahkan untuk membaca guna lebih memantapkan lagi hati beliau. Ayat pertama tersebut bagaikan menyatakan agar Muhammad membaca wahyu-wahyu Ilahi yang sebentar lagi akan diterimanya secara berangsur-angsur. Ia juga mesti membaca alam dan masyarakat di sekelilingnya.
Rasulullah saw. diperintahkan untuk "membaca segalanya" dengan syarat hal tersebut dilakukan dengan nama Tuhan Yang mencipta semua makhluk. Membaca dalam hal ini diartikan tidak hanya sebagai membaca, tetapi juga menelaah, menyampaikan segala hal yang dapat terjangkau.
Ditambahkan, "Dengan kalimat iqra’ bismi Rabbik, al-Qur’an tidak sekadar memerintahkan untuk membaca, tapi ‘membaca’ adalah lambang dari segala apa yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif."
Kalimat tersebut bagai menyiratkan agar segala aktivitas manusia bergerak dengan cara "melingkari Tuhannya'. Segala tindakan, mulai dari membaca, bergerak, atau apa pun, mesti didasarkan kepada Rabb. Ayat pertama ini dapat dimaknai "Jadikanlah seluruh kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, semuanya karena Allah.”
Editor: Iswara N Raditya