tirto.id - Sekretaris Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat, TB. Ace Hasan Syadzily menyatakan bahwa pihaknya tidak menggunakan politik uang dalam berkampanye. Ia percaya bahwa masyarakat Jakarta akan memilih secara objektif dalam melihat siapa calon gubernurnya dan tidak akan terpengaruh dengan pembagian sembako.
"Kami menyayangkan sekali kalau ada pihak-pihak yang mengatakan bahwa kami yang melakukan money politics. Ya kami sangat dirugikan sekali. Justru itu yang kami duga menjadi bagian dari upaya melakukan stigmatisasi politik terhadap kami," ungkap Ace usai konferensi pers di Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/4/2017).
Terkait adanya pembagian sembako yang dilakukan oleh baju kotak-kotak (ciri khas pasangan Ahok-Djarot), Ace menyebut hal tersebut sebagai upaya stigmatisasi politik.
"Kan kita tidak pernah tahu apakah kotak-kotak asli bagian dari kita atau cuma pakai baju kotak-kotak? Kamu percaya bahwa itu bagian dari, kalau video ya jelas Pak Anies yang membagikan kan itu jelas orangnya. Tapi kalau betul-betul baju kotak-kotak bawa sembako, kita kan gak pernah tahu apakah itu bagian dari tim kita atau bukan," tambah dia.
Ia mencurigai ada pihak lain yang sengaja memakai baju kotak-kotak agar dikira hal tersebut dilakukan oleh tim Ahok-Djarot.
Ace mengimbau ke publik untuk melihat secara lebih jernih dalam melihat persoalan dan jangan mencari-cari persoalan atau kambing hitam. "Harus dicek juga kalau jumlah sembako 125 itu untuk relawan. Masak untuk relawan gak boleh," ungkap dia.
Melengkapi pernyataan Ace, Tim Koordinator dan Kreatif Ahok-Djarot, Aria Bima, menegaskan bahwa tim pemenangan tidak pernah melakukan bagi-bagi sembako. Hal tersebut sudah dinyatakan pula oleh Ahok-Djarot.
"Bagi-bagi sembako tidak pernah ada. Pasar murah pun reaksi akibat karena dari paslon (pasangan calon) sebelah pada putaran pertama dan kedua, selalu mengadakan hal yang menyangkut pasar murah dengan berbagai alasan baik dari partai pendukung. Putaran pertama tidak ada pasar murah dari Badja (Basuki-Djarot)," ungkap dia di lokasi yang sama.
Ia mengaku bahwa pihaknya telah menanyakan ke Bawaslu dan KPU setempat. Kemudian, Bawaslu dan KPU menyatakan diperbolehkannya mengadakan pasar murah dengan ketentuan nilainya harus di bawah Rp25 ribu.
Ia menyebutkan, pasar murah yang diadakan oleh pihaknya hanyalah respons dari kegiatan yang diadakan Partai Perindo sebagai partai pendukung paslon nomor tiga. Partai tersebut, mengadakan kegiatan yang mengatasnamakan kegiatan keagamaan namun terdapat pasar murah.
Kemudian, lanjut dia, beberapa relawan menginisiasi secara pribadi untuk membuat agenda yang sama. Mereka khawatir bahwa pasar murah yang diadakan paslon sebelah mengganggu warga yang sebelumnya telah memberikan dukungannya ke paslon nomor dua.
"Ada sesuatu, seolah ini maling teriak-teriak maling. Seolah kita yang lakukan operasi bagi-bagi sembako. Kami mengedepankan lebih ke kompetensi," tambahnya.
Isu bagi-bagi sembako dan agenda pasar murah yang dituduh dilakukan oleh pihaknya, kata Aria sebagai upaya pengalihan isu terhadap hal yang lebih besar seperti C6.
Bagi-bagi Sembako Menurut Pengamat
Sementara itu, menurut pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Emrush Sihombing, bagi-bagi sembako memuat pesan politik untuk mendulang suara.
Namun, kata dia, tidak satupun yang tahu siapa yang memberikan itu kecuali ada penyidikan oleh aparat.
"Bisa saja pasangan A mengatakan itu dari B, atau sebaliknya pasangan B mengatakan itu dari A. Nah politik tidak bisa dilihat secara linear, misalnya saya disposisi A, saya bagi-bagi bisa saja orang lain bilang itu buka dari A," ujar dia saat dihubungi Tirto Senin malam(17/4).
Selanjutnya, ia menyarankan kepada dua paslon baik Ahok-Djarot maupun Anies-Sandiaga untuk menyatakan secara tegas ke publik bahwa pihaknya tidak melakukan politik uang dalam berkampanye.
"Saya meminta simpatisan saya atau yang memilih saya atau masyarakat yang memilih saya, saya menyatakan bahwa tidak melakukan money politics," ujar dia mencontohkan.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto