Menuju konten utama

Kubu Ahok-Djarot Bantah Politisasi Masjid Hasyim Asy'ari

Kubu Ahok-Djarot membantah adanya politisasi peresmian masjid Hasyim Asy'ari. Mereka mengaku pembangunan masjid itu merupakan niat tulus untuk mewujudkan Masjid Agung Jakarta.

Kubu Ahok-Djarot Bantah Politisasi Masjid Hasyim Asy'ari
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (kanan), Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi (kedua kanan), cucu KH Hasyim Asy'ari, KH Salahuddin Wahid (kedua kiri) dan Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono (kiri) meninjau Masjid Raya usai peresmian di Jakarta, Sabtu (15/4). Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari dibangun di atas lahan seluas 2,4 ha dengan luas bangunan 1,7 ha berkapasitas sekitar 16.000 jemaah. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id -

Ketua Tim Pemenangan pasangan calon nomor urut 2, sekaligus Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, membantah melakukan politisasi peresmian masjid KH. Hasyim Asy'ari.

Sebagaimana diketahui, peresmian Masjid Agung DKI Jakarta ini dipercepat satu hari dari tanggal yang dijadwalkan. Seharusnya ia diresmikan pada Minggu, 15 April lalu. Tetapi, mengikuti jadwal Presiden Joko Widodo, peresmian ini dilakukan pada Sabtu, 14 April.

Menurut Prasetyo Edi, saat Joko Widodo menjabat sebagai gubernur DKI pada 2013, ia menanyakan lokasi Masjid Agung DKI Jakarta karena Masjid Istiqlal merupakan masjid nasional. Baru kemudian tercetus untuk mengeksekusi Masjid Agung di Jalan Daan Mogot Jakarta.

"Kita sebagai warga muslim seharusnya berterimakasih. Janganlah Pilkada dibumbui politisasi," ungkap Prasetyo di Media Center Ahok-Djarot, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/4).

Sekretaris Tim Pemenangan Ahok-Djarot, TB. Ace Hasan Syadzily juga membantah adanya politisasi masjid lantaran peresmiannya dipercepat sehari.

"Saya kira tidak ada sedikit pun buat Jokowi atau Ahok mempercepat pembangunan masjid sebagai upaya politisasi masjid. Kalau pembangunan masjid lebih cepat tiga bulan sebelumnya kan lebih baik," ujar Ace di lokasi yang sama.

Lebih lanjut Ace mengatakan kalau presiden mau melakukan politisasi masjid, seharusnya ia bersikukuh untuk meresmikan pada 15 April ketika Ahok-Djarot kembali aktif menjadi gubernur dan wakil gubernur.

Hal itu menurut Ace karena Jokowi enggan peresmian Masjid Agung KH. Hasyim Asy'ari ditunggangi kepentingan Pilkada.

"Saya percaya apa yang dilakukan Jokowi dan Ahok sebagai niat tulus karena DKI Jakarta belum punya masjid resmi sebagai masjid pemerintah DKI Jakarta," ujarnya.

Ia menegaskan, peresmian masjid ini tidak ada unsur politisasi.

Ihwal surat edaran pengerahan massa untuk mengikuti peresmian masjid yang mengatasnamakan Basuki Tjahaja Purnama pada 15 April, Ace membantahnya. Menurut Ace, surat itu tidak dikeluarkan oleh Ahok.

"Dari segi kopnya, tidak mungkin. Pak Ahok jadi gubernur aktif pada 16 (April), Kop tanggal 15 (April). Jadi enggak mungkin Pak Ahok waktu itu menandatangani karena waktu itu belum menjadi gubernur aktif," tambahnya, seraya mengatakan warga DKI Jakarta untuk tidak mempercayai isu-isu hoax.

Sebelumnya, di media sosial, beredar imbauan bagi warga yang datang ke peresmian Masjid Agung KH Hasyim Asy'ari akan mendapatkan imbalan Rp25 ribu/ orang.

Djarot Saiful Hidayat sebelumnya sempat membantah bahwa surat itu berasal dari dari pihaknya. Menurutnya, surat edaran ini ialah kampanye hitam untuk memfitnahnya.

"Tadi saya dapat kiriman seperti itu, itu fitnah, black campaign yang luar biasa," ujarnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (16/4).

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Politik
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Agung DH