tirto.id - Situasi Venezuela yang semakin krisis ditambah adanya unjuk rasa, membuat negara itu memutuskan keluar dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) hari ini, Kamis (27/4/2017). Dengan begitu, keputusan Venezuela ini memperdalam pengucilan diplomatik terhadap negara sosialis yang mengecualikan diri dari kecenderungan beralih cepatnya Amerika Latin ke pemerintahan kanan.
Para pengkritik yang menilai Presiden Nicolas Maduro menyatakan Venezuela bisa keluar dari OAS, menuduh pemerintahnya telah mengibiri demokrasi di negeri itu dengan cara menunda Pemilu dan menolak menghormati legislatif atau Kongres yang kini dikuasai oposisi.
Venezuela menyatakan keluar dari OAS adalah jawaban atas kampanye yang disetir Washington dalam melawan Partai Sosialis yang berarti merongrong kedaulatan Venezuela. Negeri ini adalah musuh idelogis utama AS di Amerika Latin.
"Besok, sebagaimana diperintahkan Presiden Nicolas Maduro, kita akan mengajukan surat pengunduran diri dari Organisasi Negara-negara Amerika, dan kita akan memulai sebuah prosedur yang akan memakan waktu 24 bulan," kata Menteri Luar Negeri Venezuela Delcy Rodriguez dalam pidato yang disiarkan televisi, sebagaimana dilansir Antara.
Pengumuman itu disampaikan setelah OAS setuju menggelar pertemuan para menteri luar negeri untuk membahas situasi di Venezuela. Maduro sudah memperingatkan OAS sehari sebelumnya bahwa Venezuela akan keluar dari blok kawasan itu jika pertemuan tersebut digelar.
Keputusan itu memperdalam krisis Venezuela ke arah krisis diplomasi internasional. Namun karena kecilnya pengaruh OAS maka keputusan Venezuela yang anggota OPEC itu tak akan berdampak besar pada perekonominya meski sudah diamuk inflasi tiga digit, kelangkaan produk dan mengarah resesi.
Sementara itu, 15 tahun ketegangan diplomatik Venezuela-AS tidak banyak merusak aliran minya dan bahan bakar Venezuela ke AS.
OAS yang dulu dikendalikan pemerintahan-pemerintahan kiri berpengaruh seperti Argentina dan Brasil, kini berbalik bentrok dengan Venezuela. Perubahan-perubahan yang terjadi di Argentina dan Brasil telah mengubah pemimpin di kedua negara menjadi memusuhi Maduro.
Ketua OAS Luis Almagro bahkan menyebut Venezuela mesti dikeluarkan sementara jika tidak secepatnya menggelar Pemilu.
Sebaliknya, Maduro menuduh OAS telah menjadi bidak AS. Dia menepis Almagro yang adalah mantan menteri luar negeri Uruguay yang pernah menjadi sahabat kubu sosialis Venezuela.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari