tirto.id - Krimonolog UI Kisnu Widagso menilai wacana Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tentang konsep pengamanan lewat pencegahan kriminal di ibu kota sudah tepat, meski mempertanyakan sejauh mana kandidat ini memahami persoalan keamanan ibukota.
“Dia harus tahu bahwa penyebab kejahatan di kota besar itu bukan sekadar masalah warga tidak tahu hukum, bukan sekadar tidak ada sosialisasi, bukan sekadar pasang CCTV,” tegas Kisnu kepada Tirto, Rabu (11/1/2017).
Sebelumnya kadidat nomor urut 1 ini memaparkan sejumlah langkah untuk menjaga keamanan Jakarta dengan pendekatan preventif. Langkah preventif ini ditempuh menggunakan sistem informasi dan teknologi, membentuk tim patrol bersama, maupun pelatihan hukum kepada masyarakat.
Kisnu sepakat dengan ide Agus menggunakan kelompok masyarakat untuk mengurangi tingkat kriminalitas di Jakarta. Meskipun setuju, Kisnu tetap mempertanyakan sejauh mana Agus memahami permasalahan kriminal dan keamanan ibu kota, karena persoalan ini tidak bisa digeneralisir.
Kisnu mencontohkan kisah perampokan Pulo Mas dan kericuhan di Manggarai beberapa waktu yang lalu. Dalam kasus perampokan di Pulo Mas, Ramlan cs tetap melakukan perampokan di tengah hari meskipun pihak rumah memasang CCTV.
Sementara itu, dalam kasus bentrokan di Manggarai, ia melihat tidak sedikit warga pasti mengetahui tentang konsekuensi hukum. Akan tetapi, bentrokan tetap terjadi di lingkungan yang dekat stasiun Manggarai itu.
Menurut Kisnu, Agus seharusnya mencontoh konsep pencegahan yang dilakukan oleh salah satu kapolsek di daerah Jakarta Barat pada tahun 2014-2015. Kapolres saat itu menerapkan metode pencegahan kriminal secara sistematis dengan langkah-langkah praktis. Selain itu, masyarakat juga dididik dan dibina oleh kepolisian, bahkan beebrapa hasil tenaga kepolisian menjadi satuan pengamanan (satpam) di beberapa perusahaan sekitar. Ibu-ibu di daerah tersebut pun dibina dengan baik lewat pembangunan PAUD.
Oleh karena itu, Kisnu menilai, Agus harus bisa mengetahui secara spesifik kejahatan di metropolitan seperti apa. Ia mengingatkan bahwa salah satu kuatnya kriminalitas di Jakarta merupakan melting pot atau titik pertemuan dari beragam masyarakat, baik etnis, adat, maupun suku. Pengajar Universitas Indonesia ini pun menekankan, kejahatan di tiap daerah Jakarta mempunyai keunikan sehingga perlu penanganan yang berbeda-beda.
"Jangan anggap remeh kejahatan yang terjadi di Jakarta. Di masing-masing tempat itu penyebabnya itu berbeda, pelakunya berbeda, otomatis penyebab terjadinya kejahatan juga berbeda, maka kemudian penanganan harus unik," tegas Kisnu.
Sebelumnya, calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan berkaca dari pengalamannya sewaktu menjadi tentara, ia akan lebih melakukan pendekatan preventif setelah mengetahui permasalahan utama kriminalitas di Jakarta.
“Yang paling penting, pertama-tama kita ingin meyakinkan bahwa akar permasalahan kriminalitas itu apa. Jadi,kita melakukan berbagai upaya preventif. Itu lebih murah, lebih mudah dibandingkan ketika kriminalitas itu sudah terjadi dan kita harus melakukan aksi penindakan,” tegas Agus saat berkampanye di Kebon Nanas, Jakarta Timur, Rabu (11/1/2017).
Agus mengatakan pencegahan akan dilakukan dengan menerapkan sistem informasi dan teknologi di Jakarta. Ia akan memasang sistem pemantauan di tempat-tempat publik dan tempat-tempat yang dianggap selama ini memiliki kerawanan terhadap kriminalitas yang cukup tinggi di Jakarta. Dengan penerapan teknologi dan pemantauan di tempat rawan, masyarakat dapat merasa lebih aman saat beraktivitas. Selain itu, suami Annisa Pohan ini juga akan memperkuat hubungan dengan para penegak hukum.
“Tentu tidak bisa bekerja sendirian. Tentu kita harus melakukan koordinasi dan sinergi yang baik dengan kepolisian, dengan aparat-aparat terkait. Ini adalah upaya pencegahan,” kata Agus.
Anak pertama dari Presiden SBY itu juga berencana mengedukasi masyarakat tentang hukum apabila memimpin Jakarta. Edukasi tersebut bisa diberikan ke kelompok masyarakat seperti majelis. Ia mencontohkan banyaknya majelis agama yang beredar di Kebon Nanas. Menurut Agus, mereka bisa digunakan untuk membantu mencegah tindak kriminal.
“ Kita melihat di sini banyak majelis-majelis yang bisa kita gunakan untuk menyebarkan hal-hal yang baik, membentuk moral yang baik sehingga mencegah masyarakat kita dari perbuatan yang dilarang, baik dari segi agama maupun hukum di Negara kita,” kata Agus.
Selain pencegahan, Agus juga akan mengaktifkan kembali patrol bersama. Ia tidak merinci unsur yang tergabung dalam patrol bersama. Akan tetapi, patroli bersama akan dilakukan di jam-jam tertentu yang memang kerentanan atau kerawanan.
Patroli ini nanti dilaksanakan pula di tempat-tempat tertentu yang dinilai rawan. Kemudian, ia akan membuat semacam mekanisme untuk deteksi dan cegah din. Sistem ini akan mudah diakses serta cepat sehingga masyarakat bisa merasa aman.
“Ini lah yang saya anggap sebagai totalitas dari upaya untuk melakukan aksi pencegahan upaya kriminalitas di Jakarta atau aksi kejahatan lainnya dan sekaligus kita lakukan penegakan hukum yang tegas, tidak pandang bulu, tidak tebang pilih,” tutur Agus.
“Kita inginkan bahwa pelaku-pelaku kriminalitas itu dapat segera ditangkap dan juga dapat dicegah utk terjadinya di kemudian hari. Ini yang dilakukan,” tegas Agus.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri