Menuju konten utama

Korut Tunda Serangan Rudal Guam atas Permintaan Kim Jong-un

Pesan damai yang jarang dikeluarkan Kim Jong-un menyusul adanya peringatan dari Menteri Pertahanan AS bahwa pengiriman rudal ke wilayah AS “dapat meningkat jadi perang dengan sangat cepat.”

Korut Tunda Serangan Rudal Guam atas Permintaan Kim Jong-un
Kendaraan militer membawa rudal dengan huruf karakter bertuliskan 'Pukkuksong' dalam parade militer memperingati 105 tahun pendiri Korea Utara, Kim Il Sung di Pyongyang, Sabtu (15/4). ANTARA FOTO/REUTERS/Damir Sagolj/cfo/17

tirto.id - Kim Jong-un muncul pada hari ini, Selasa (15/8/2017), untuk memberi sinyal jeda dalam perang kata-kata yang makin meningkat beberapa hari lalu dengan Donald Trump. Pemimpin Korea Utara itu menyebutkan, ia bersiap untuk melihat tindakan AS di wilayahnya dulu "sedikit lebih lama" sebelum mulai mengeluarkan perintah peluncuran rudal Korea Utara yang ditujukan ke wilayah AS di Guam.

Pernyataan Kim Jong-un tersebut dikutip oleh badan pers pemerintah KCNA setelah melakukan tur komando rudal negara tersebut. Namun, dia memperingatkan, masih bisa memerintahkan peluncuran rudal yang ditujukan ke laut sekitar Guam jika AS melakukan provokasi lebih lanjut.

"Amerika Serikat, merupakan yang pertama membawa banyak peralatan nuklir strategis di dekat kita, pertama-tama harus membuat keputusan yang tepat dan menunjukkan melalui tindakan jika mereka ingin mengurangi ketegangan di semenanjung Korea dan mencegah bentrokan militer yang berbahaya," kata Kim, menurut laporan KCNA yang dikutip The Guardian.

James Mattis, Menteri Pertahanan AS, memperingatkan bahwa serangan rudal Korea Utara yang ditujukan ke wilayah AS "dapat meningkatkan perang dengan sangat cepat". Dia mengatakan pasukan AS akan tahu "dalam beberapa saat" jika lintasan rudal Korea Utara menyerang ke Guam, yang merupakan basis militer dan 160.000 orang.

Jika sebuah rudal dinilai akan menyerang Guam, Mattis mengatakan, "Kami akan mengeluarkan-nya," sebuah referensi yang diduga mengacu pada sistem pertahanan rudal AS di sekitar pulau tersebut. Jika rudal Korea Utara menuju ke laut sekitar Guam, Menteri Pertahanan itu mengatakan akan menyerahkan kepada presiden untuk memutuskan bagaimana meresponsnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, militer Korea Utara mengancam akan menembakkan empat rudal jarak menengah ke perairan sekitar Guam sebagai peringatan serangan terhadap AS, jika bersikukuh menerbangkan pembom berat miliknya, yang berbasis di kepulauan Pasifik, melewati Korea Selatan. Serangan terakhir yang dilaporkan oleh pembom B-1B di semenanjung Korea terjadi pada 7 Agustus.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (14/8/2017), media pemerintah Korea Utara memperingatkan bahwa latihan gabungan oleh AS dan Korea Selatan, yang akan dimulai pada tanggal 21 Agustus, dapat memicu perang disengaja ketika ketegangan mulai tinggi.

"AS harus berpikir dua kali tentang konsekuensinya," kata pernyataan tersebut. "Kami mengawasi setiap gerakan Amerika Serikat."

Pejabat militer AS dikutip pada hari Senin mengatakan bahwa rudal jarak menengah rudal Korea Utara telah diamati telah dipindahkan baru-baru ini, namun tidak jelas apakah gerakan tersebut sedang dalam persiapan untuk peluncuran yang ditujukan ke Guam.

Pekan lalu Donald Trump memperingatkan Pyongyang bahwa AS akan menanggapi dengan "serangan dan kemarahan" jika ada ancaman lebih lanjut terkait serangan ke Guam. Presiden AS meningkatkan retorika sekali lagi dengan menyatakan bahwa penguasa Korea Utara, Kim Jong-un, akan "benar-benar menyesali" serangan apapun terhadap Guam atau wilayah AS atau sekutu lainnya.

Baca juga:

Pada hari Senin, James Mattis dan Rex Tillerson berusaha untuk mengklarifikasi posisi AS. Dalam sebuah komentar di Wall Street Journal yang tidak mengacu pada retorika Trump yang memanas, namun dia mengklaim bahwa pemerintahannya mengikuti kebijakan yang berbeda dari pendahulunya.

"Kami mengganti kebijakan 'kesabaran strategis' yang gagal, yang mempercepat ancaman Korut, dengan kebijakan pertanggungjawaban strategis baru," ungkap Mattis dan Tillerson.

Mereka berargumen bahwa kebijakan "baru" ini didasarkan pada kombinasi tekanan diplomatik dan ekonomi terhadap Pyongyang, ditambah dengan penempatan pertahanan rudal di wilayah tersebut sehingga menjadi penghalang bagi serangan Korea Utara. Mereka tidak menjelaskan bagaimana kebijakan tersebut berbeda dengan pendekatan pemerintahan Obama, yang terdiri dari unsur yang sama.

Baca juga artikel terkait NUKLIR KOREA UTARA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari