tirto.id - Korea Utara meluncurkan 2 senjata rudal jarak pendek pada Kamis (9/5/2019). Senjata tersebut meluncur sejauh masing-masing 420 km dan 270 km dengan lompatan puncak mencapai 45 hingga 50 km.
Peluncuran senjata rudal ini menjadi peringatan bagi AS untuk kembali membicarakan denuklirisasi di teluk Korea dan pengangkatan sanksi internasional terhadap Korut.
Associated Press menulis, AS dan Korea Selatan melakukan penyelidikan terhadap rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara tersebut pada Jumat (10/5/2019).
Kim Jong-un dilaporkan telah mengawal percobaan tes rudal tersebut dan mempelajari tentang bermacam-macam serangan jarak jauh, namun tidak disebutkan secara spesifik rudal jenis apa yang sedang diuji cobakan.
Sebuah foto yang dimuat di media lokal Korea Utara, Rodong Sinmun menunjukkan Kim Jong-un yang tersenyum sambil memegang teropong ketika mengamati rudal jangka pendek tersebut meluncur dari landasannya.
Sementara itu, Badan Intelijen Korea Selatan mengadakan pertemuan tertutup untuk membahas hal ini pada Jumat (10/5/2019). Mereka menemukan kemungkinan bahwa rudal tersebut merupakan jenis senjata baru yang dimiliki Korut.
Para ahli menduga rudal tersebut adalah rudal model Rusia, yaitu sistem rudal jangka pendek Russia’s Iskander yang dapat bermanuver selama penerbangan dan berpeluang menghindari sistem pertahanan anti-rudal.
Michael Elleman, seorang ahli pertahanan misil di International Institute for Strategic Studies juga menyampaikan hal yang sama, sebagaimana dikutip 38 North.
Senjata tersebut dikhawatirkan akan menggegerkan semenanjung Korea, meskipun mereka belum tahu sedekat apa uji coba tersebut dengan kawasan penduduk.
Analis juga berpendapat, rudal atau misil tersebut berpeluang memicu perang dan menargetkan semenanjung Korea.
Militer AS dan Korsel bekerja sama menganalisa uji coba tersebut untuk mendapatkan informasi detail. Apakah rudal yang diluncurkan pada Kamis lalu sama dengan rudal yang diluncurkan Sabtu minggu sebelumnya.
Uji coba rudal ini adalah persoalan krusial, mengingat AS memperingatkan Korut untuk tidak melakukan uji coba misil balistik.
Tes misil yang mencolok dapat membuat sanksi bertambah berat dan upaya Korut sejauh ini gagal untuk meringankan sanksi menjadi kebuntuan dalam hubungan diplomatik AS-Korut.
Berhentinya uji coba misil Korea Utara merupakan faktor penting negosiasi diplomasi antar tiga negara, yaitu AS, Korut, dan Korsel.
Sementara ini, Stephe Beigun, diplomat Amerika untuk Korea Utara, tiba di Seoul Kamis (9/5/2019)untuk mengadakan pertemuan dengan mitranya dari Korea Selatan.
Dimulainya kembali uji coba misil memaksa AS untuk kembali mengambil langkah. Trump mengindikasikan bahwa langkah Korut tersebut dapat mengganggu kerjasama diplomasi khususnya dengan AS.
“Saya tidak sedang terburu-buru. Saya tidak ingin mendesak siapapun, saya hanya tidak mau ada uji coba [misil]. Selama tidak ada uji coba, kita bahagia,” kata Trump, dikutip CNN.
Editor: Yulaika Ramadhani