Menuju konten utama

Korea Selatan Catat Kasus Tertinggi COVID-19 Sejak Maret

Setidaknya ada 297 kasus baru COVID-19 yang menjadi angka tertinggi sejak Maret 2020. 

Korea Selatan Catat Kasus Tertinggi COVID-19 Sejak Maret
Ilustrasi covid-19 dan bendera korea. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kota Seoul, Korea Selatan melaporkan adanya peningkatan kasus harian tertinggi COVID-19 pada Rabu (19/8/2020), sejak wabah tersebut merebak pada awal Maret lalu. Hal ini mendorong peringatan gelombang infeksi nasional.

Laman Channel News Asia melaporkan, ada sebanyak 297 kasus baru COVID-19 menandai hari keenam peningkatan kasus tiga digit berturut-turut di Korea Selatan yang sebelumnya telah berhasil menaklukkan beberapa wabah.

Dengan adanya peningkatan tersebut, maka total kasus Korea Selatan menjadi 16.058 infeksi dengan 306 kematian, kata pejabat kesehatan, sebagaimana dilansir Antara.

Kasus baru COVID-19 tersebut muncul di kota Seoul dan sekitarnya. Hal ini menambahkan kepanikan akan wabah global yang meluas di kawasan metropolitan yang memiliki penduduk lebih dari 25 juta orang.

Selain itu, kawasan tersebut juga sebelumnya hanya mengalami infeksi COVID-19 pada klaster-klaster kecil.

Menurut laporan BBC News, peningkatan kasus COVID-19 telah mencapai level tertinggi pada bulan kelima.

Sebagian dari kasus baru yang terjadi, diduga karena seorang pendeta di Gereja Sarang Jeil, pernah menjadi kritikus vokal Presiden Moon Jae-in atau pemimpin demonstrasi anti-pemerintah.

Menurut laporan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) selain gereja tersebut, terdapat pula kasus yang berbeda di Gereja Yesus Shincheonji, yang pada awal tahun pernah diidentifikasi cluster virus terbesar di Korea Selatan.

Hingga saat ini, total anggota Gereja Sarang Jeil yang telah terinfeksi sebanyak 623 anggota.

Sepuluh dari anggota tersebut, adalah mereka yang dipastikan ikut menghadiri demostrasi anti-pemerintah pada dua akhir pekan terakhir di Seoul.

Dugaan selanjutnya terhadap penyebab meningkatnya angka COVID-19 antara lain, wabah tersebut terjadi di kawasan padat penduduk. Selain itu, terdapat beberapa klaster yang terjadi karena adanya pertemuan ibadah secara rahasia.

Apalagi, anggota Gereja Sarang Jeil pernah berkumpul di pusat kota Seoul pada akhir pekan, serta mengabaikan protokol kesehatan yang berlaku.

Aksi tersebut tampaknya disebabkan karena mereka percaya bahwa COVID-19 adalah bagian dari konspirasi buatan pemerintah untuk menutup gereja sayap kanan atau gereja yang kritis terhadap kebijakan pemerintah.

Adanya peningkatan kasus COVID-19 membuat pemerintah Korea Selatan terdorong untuk mengambil langkah tegas berupa menutup klub malam, serta bar karaoke. Kemudian, penutupan pun dilakukan juga pada restoran, dan warnet.

Tidak hanya itu, pemerintah juga akan melarang pertemuan ibadah secara langsung, serta membatasi pertemuan di luar ruangan tidak lebih dari 50 sampi 100 orang.

Sama halnya dengan museum pun telah ditutup dengan jumlah pertemuan di dalam ruangan maksimal 50 orang, serta di luar ruangan maksimal 100 orang.

Apabila terjadi penambahan jumlah kasus, pemerintah Korea Selatan akan melakukan sejumlah langkah termasuk, jaga jarak sosial yang lebih ketat, sekolah ditutup, dan bisnis dari rumah, seperti yang dilansir dari Channel News Asia .

Baca juga artikel terkait WABAH CORONA atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yandri Daniel Damaledo