tirto.id - Allianz Arena, 19 Mei 2012, tendangan keras Didier Drogba dari titik putih menghujam ke sisi kanan gawang kiper Bayern Munchen, Manuel Neuer. Para penggawa Chelsea yang sebelumnya berjejer rapi di tengah lapangan menyambutnya dengan selebrasi meriah, seisi stadion begemuruh. Setelah bertungkus lumus 120 menit tanpa henti, The Blues menang adu penalti 4-3 dalam final Liga Champions 2011/2012. Mereka menjadi juara Eropa.
Drogba sekali lagi jadi sosok yang mengunci momen kemenangan Chelsea. Beberapa puluh menit sebelumnya dia juga melakukan hal serupa, saat sundulan terukurnya menyamakan skor jadi 1-1 di waktu normal. Namun, atas segala pujian individual yang disematkan padanya, Drogba menolaknya mentah-mentah. Menurut bomber kelahiran Pantai Gading tersebut, pemain yang paling layak diapresiasi atas kemenangan Chelsea bukan dirinya, melainkan kiper The Blues, Petr Cech.
"Saya memikirkan banyak hal saat bersiap-siap mengambil penalti itu, sebagian adalah momen sulit. Tapi, saya tidak berbohong, saya sangat memikirkan betapa kerasnya perjuangan Petr Cech waktu itu, dan saya tahu kalau saya tak boleh membuang momentum yang ada," tuturnya dalam sebuah wawancara dengan The Guardian.
Malam itu Cech memang jadi penyelamat Chelsea. Dia meredam sepakan dua pemain Bayern [Ivica Olic dan Bastian Schweinsteiger] saat drama adu penalti, juga satu tendangan penalti Arjen Robben pada babak perpanjangan waktu.
Dan bukan tanpa persiapan, Cech telah 'merancang' penampilan apiknya jauh-jauh hari. Sebelum pertandingan, pemain asal Republik Ceko itu mengaku 'dicekoki' kompilasi rekaman video tendangan penalti para pemain Bayern sejak 2007-2012. Video itu berdurasi hampir tiga jam, dan Cech menontonnya tiga kali nonstop.
"Pertandingannya tahun 2012, tapi kami punya rekaman tendangan penalti seluruh pemain Bayern sejak 2007. Saat itu, akhirnya saya menebak dengan baik, tentu juga karena mempersiapkan diri untuk bereaksi dengan tak kalah baik," tutur Cech.
Tujuh tahun berlalu sejak momen bersejarah itu. Kamis (30/5/2019) dini hari mendatang, di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Cech dan para pemain Chelsea akan kembali satu lapangan dalam final kompetisi Eropa. Bedanya, kali ini nama panggungnya bukan Liga Champions, tapi Liga Eropa. Satu lagi, Cech dan para penggawa The Blues sudah tak lagi jadi kawan.
Cech telah memperkuat klub yang bakal jadi lawan Chelsea besok, Arsenal. Dan ironisnya, laga mendatang dicanangkan jadi pertandingan profesional terakhir kiper 37 tahun itu.
"Saya tak tahu apakah ini skenario yang saya dambakan. Bayangkan, Anda akan menjalani pertandingan terakhir dalam karier Anda, sebuah final kompetisi Eropa dan pada akhirnya Anda punya sebuah ikatan emosional dengan tim lawan, barangkali ini sedikit keterlaluan," ungkap Cech kepada The Times baru-baru ini.
Ikatan emosional Cech dengan Chelsea memang begitu kuat. 11 musim dia membela klub asal London Barat tersebut, termasuk saat berhasil memecahkan rekor cleansheet per musim EPL pada 2004/2005. Saking emosionalnya, Cech bahkan selalu menahan diri untuk tidak mengenang aksi heroiknya ketika bersua Bayern tujuh tahun silam. Menurutnya, mengulas memori tersebut bisa menurunkan profesionalitasnya yang sudah berstatus pemain klub rival sejak 2015 lalu.
Calon Direktur Olahraga Chelsea
Di Liga Eropa musim ini, pelatih Arsenal, Unai Emery memberikan kepercayaan begitu besar kepada Cech. Total dia sudah main 10 kali, melebihi kiper utama Arsenal di EPL, Bernd Leno yang baru tiga kali tampil.
Namun, menjelang final Liga Eropa, pro-kontra justru bermunculan terhadap posisi Cech. Alih-alih dirinya, sebagian suporter Arsenal ingin agar saat final nanti pos penjaga gawang ditempati Bernd Leno. Penyebabnya, diam-diam Cech diketahui sedang dalam negosiasi untuk menjabat sebagai direktur olahraga Chelsea.
Negosiasi itu pertama terendus oleh Telegraph pada penghujung April. Kedekatan Cech dengan bos Chelsea, Roman Abramovic jadi pemicunya. Bahkan, sebagian media Inggris mulai berkesimpulan alasan sebenarnya di balik keputusan pensiun Cech adalah hasratnya untuk bekerja sebagai direktur olahraga Chelsea musim depan.
Yang bersangkutan tidak menampik kabar tersebut, meski dia menegaskan bakal tetap profesional dalam pertandingan terakhirnya.
"Terlepas dari berita hari ini, seperti yang saya katakan sebelumnya, saya baru akan memutuskan pilihan terkait masa depan saya [tawaran di Chelsea] setelah pertandingan terakhir. Saat ini fokus saya hanya untuk memenangkan Liga Eropa bersama Arsenal," ungkap Cech.
Tetapi, keraguan tetap saja muncul, termasuk dari mantan kiper legendaris Arsenal, David Seaman. Secara terbuka Seaman merekomendasikan agar Emery tidak memainkan Cech. Dia juga menyayangkan bocornya berita negosiasi Cech karena hal seperti ini jelas bakal mengganggu sentimen di antara kedua kubu suporter.
"Saya terkejut saat mendengar kabar itu [Cech akan bekerja di Chelsea]. Semua murni keterkejutan akibat waktu yang tidak pas. Saya hanya berpikir, apakah Chelsea yang membocorkan hal seperti ini, atau orang dari Arsenal?" tutur Seaman kepada SkySports.
Tetapi, Seaman tidak mendiskreditkan pemakai kostum nomor 33 itu secara subjektif. Menurut Seaman, Cech tetap layak mendapat apresiasi di laga perpisahannya, dan jika apresiasinya adalah kesempatan main selama 90 menit penuh, Seaman bakal memaklumi hal tersebut.
"Belum ada yang dikonfirmasi, jadi seandainya Petr [Cech] yang dimainkan, saya pun tidak akan terkejut," lanjutnya.
Arsenal Butuh Skuat Terbaik
Bukan cuma dari sebagian suporter dan legendanya, tekanan agar Emery menepikan Petr Cech juga muncul dari kolumnis sepakbola The Times, Tony Cascarino. Dasar dari argumen Cascarino bukan semata negosiasi jabatan antara Cech dan Chelsea, namun juga pentingnya pertandingan final bagi Meriam London.
Berbeda dengan Chelsea, posisi Arsenal lebih mendesak. Bukan cuma demi trofi, mereka butuh kemenangan untuk lolos ke Liga Champions musim depan dan meningkatkan daya tawar tim pada bursa transfer.
"Saya sudah cukup berpengalaman untuk berkata, jika pelatih memainkan kiper kedua, itu adalah sebuah kecerobohan. Itu adalah kesalahan. [...] Akan jadi hal yang berlebihan jika Anda punya kiper tangguh seharga 19 juta paun, tapi mengandalkan pemain 37 tahun di pertandingan terpenting musim ini," imbuhnya.
Masih menurut Cascarino, Arsenal seharusnya tidak ragu memainkan Leno karena sejauh ini pemain asal Jerman itu mampu menunjukkan performa lebih baik. Bahkan dalam paruh kedua EPL musim ini, Leno beberapa kali terpilih sebagai man of the match. Sepanjang dua kali main sebagai starter di Liga Eropa, pemain 27 tahun tersebut juga belum sekali pun kebobolan.
"Tidak ada argumen lagi yang patut dijadikan alasan, musim ini menunjukkan betapa Leno sudah jadi kiper utama dan terbaik Arsenal," lanjut Cascarino.
Senada dengan Cascarino, saat dimintai tanggapan mengenai siapa yang musim ini tampil lebih baik, David Seaman tidak ragu menunjuk Bernd Leno. Bukan hanya karena menit bermain dan jumlah cleansheet lebih banyak, tapi juga karena faktor kelengkapan atribut. Leno, menurutnya punya sesuatu yang tak dimiliki Cech sebagai penjaga gawang modern: skill olah bola dan membangun serangan dari belakang.
"Jika Anda menanyakan hal itu berbulan-bulan lalu, saya akan bilang Leno kiper biasa. Tapi, dia terus tampil lebih baik, dia mengalirkan bola dengan bagus dan membuat banyak penyelamatan," ungkapnya.
Dalam wawancara terbaru dengan Metro, Leno sendiri menegaskan kesiapannya andai diberi kepercayaan tampil pada laga kontra Chelsea. Namun, sejauh ini Unai Emery belum memberi sinyal atau jawaban pasti mengenai sosok yang bakal dia andalkan pada laga terakhirnya musim ini.
"Di setiap pertandingan, saya perlu berbicara dulu dengan setiap pemain untuk memutuskan apakah mereka layak tampil sejak awal. Cech tampil bagus musim ini dan saya bisa memainkan dia maupun Leno. Di atas semua itu, saya cuma ingin penonton menikmati permainan kami dan waktu bersama beberapa pemain penting," ucap Emery.
Editor: Abdul Aziz & Abdul Aziz