tirto.id - Persija Jakarta berhasil mengantongi tiga poin perdananya di Piala AFC 2019 berkat kemenangan 1-3 atas tuan rumah Shan United di Stadion Thuwanna, Selasa (3/12/2019). Pada laga ini, Macan Kemayoran membuktikan perbedaan kelas mereka atas tuan rumah.
Persija unggul dalam segala aspek. Mulai dari penguasaan bola, jumlah serta akurasi umpan, sampai tembakan ke gawang yang perbandingannya menyentuh 5:17. Namun, bukan berarti skuat asuhan Ivan Kolev meraih kemenangan dengan mudah.
Jalan kemenangan Macan Kemayoran bahkan bisa dibilang terjal. Dominan sejak awal, Persija justru kecolongan lebih dulu. Pada menit 14, miskoordinasi pemain belakang di depan gawang sendiri membuat gelandang Shan United, Reo Nakamura mendapat bola muntah dan menyarangkan gol ke gawang Shahar Ginanjar dengan mudah.
Gol ini mengubah jalannya pertandingan. Persija yang secara materi pemain lebih menjanjikan malah tampil tergesa-gesa. Hingga babak pertama usai, kedudukan tetap 0-1.
Macan Kemayoran akhirnya baru bisa memastikan kemenangan lewat tiga gol balasan yang seluruhnya tercipta pada 30 menit terakhir pertandingan. Bruno Matos dan Steven Paulle menjadi pencetak gol-gol balasan itu.
Kendati demikian, selain dua pemain tersebut, ada satu sosok lain yang tidak bisa dikesampingkan dari kemenangan Persija. Dia adalah Sandi Sute.
Mengapa Sandi Sute?
Persija kelimpungan sepanjang 60 menit awal. Mereka memang mendominasi, namun tak satu pun peluang berujung gol.
Penulis Fox Sport Asia, Awaldh Rajan, dalam artikelnya bahkan menyebut kalau performa Persija selama 60 menit awal seperti "merepotkan diri sendiri."
"Fair rasanya menyebut Macan Kemayoran mempersulit diri sendiri. Mereka terlihat acak-acakan di depan gawang, menyerang bola untuk menyakiti lawan, namun akhirnya seperti membuat frustasi diri sendiri," tulisnya.
Penilaian itu ada dasarnya. Sejak awal laga, Persija lebih banyak menyerang lewat kedua sisi sayap, namun bola tak pernah tiba ke pemain yang tepat di dalam kotak penalti. Umpan-umpan silang yang dilepaskan para penggawa Macan Kemayoran seperti usaha sia-sia yang terus menerus diulang.
Titik balik Persija baru terjadi pada menit 63. Ivan Kolev mengubah formasi dari 4-1-4-1 jadi 4-2-3-1. Dan untuk memperkukuh formasi ini, dia memasukkan Sandi Sute sebagai pengganti Ramdani Lestaluhu.
Sandi diberi peran sebagai gelandang bertahan, mendampingi Rohit Chand yang selama 60 menit sebelumnya menjalankan peran itu seorang diri.
Namun pada praktiknya, Sandi berfungsi lebih dari itu. Daya jelajahnya yang luas membuat pemain-pemain tengah lain, bahkan termasuk Rohit Chand bisa fokus menyuplai bola ke depan.
Imbasnya bisa ditebak. Semakin banyaknya pemain yang menopang serangan, membuat Persija tampil lebih kreatif. Pada 30 menit terakhir, mereka tidak asal main crossing seperti pada babak pertama, namun juga berkali-kali menekan lewat umpan terobosan.
Perubahan ini langsung mendulang hasil pada menit 66. Berawal dari bola pemberian Sandi, Heri Susanto mengirim umpan terobosan yang langsung menemui kaki Bruno Matos. Bebas dari pengawalan lawan, tanpa ampun Bruno melepaskan sepakan melengkung yang menjadikan skor 2-1.
Gol itu memompa motivasi para penggawa Macan Kemayoran. Persija akhirnya mampu membalikkan skor jadi 2-1 lewat gol Steven Paulle dari skema sepak pojok.
Kemudian, pada menit 83, Persija memantapkan keunggulannya jadi 3-1 lewat gol kedua Bruno Matos. Lagi-lagi, Sandi Sute punya andil besar di balik gol yang tercipta dari skema serangan balik cepat ini. Bola kirimannya diselesaikan Rohit Chand dengan sebuah umpan terobosan yang kembali dikonversi Bruno Matos jadi gol. Skor akhir 3-1.
Menegaskan Peran
Apa yang dilakukan Sandi Sute dalam duel lawan Shan United sebenarnya cuma penegasan atas konsistensinya. Sudah sejak musim lalu, Sandi jadi sosok penting di balik keberhasilan Persija menjadi juara Liga 1.
Tak tanggung-tanggung, sepanjang Liga 1 2018, Sandi tampil dalam 26 dari 34 pertandingan Persija. Dia juga jadi pemain andalan Macan Kemayoran di Piala AFC musim lalu. Bahkan, Goalmenempatkan Sandi di peringkat tiga dalam daftar 25 pemain terbaik Liga 1.
Atas dasar itu juga, Gede Widiade, eks Direktur Utama Persija, sempat berang saat Sandi nyaris berbelok hijrah ke Kalteng Putra pada bursa transfer.
Pentingnya peran Sandi turut diakui langsung eks pelatih Persija, Stefano Cugurra Teco.
"Keberadaan Sandi Sute sangat penting, waktu empat pemain belakang pegang bola, dia juga harus bergerak untuk dapat bola. Saya pikir dia sudah memahami sistem ini," kata pria kelahiran Brasil itu.
Performa impresif Sandi Sute, sejauh ini memang tidak banyak disorot. Namun, dalam sebuah sesi wawancara, Sandi malah senang akan hal itu dan sama sekali tidak terganggu.
"Entah itu terlihat atau tidak, yang penting saya menjalankan instruksi pelatih dengan baik dan memberikan yang terbaik untuk tim. Saya diberikan kepercayaan oleh pelatih, saya akan memberikan yang maksimal untuk tim," tandasnya.
Editor: Mufti Sholih