Menuju konten utama

Kondisi Terkini Palestina Usai Serangan Israel dan Jumlah Korban

Bagaimana kondisi terkini Palestina setelah serangan Israel dan berapa jumlah korban?

Kondisi Terkini Palestina Usai Serangan Israel dan Jumlah Korban
Personel darurat dan warga Palestina memeriksa kerusakan pasca serangan Israel, menyusul serangan mendadak Hamas, di kamp pengungsi Beach, di Kota Gaza, 9 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Salem

tirto.id - Kondisi Palestina masih mancekam. Lebih dari satu juta orang telah meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza yang terkepung dalam seminggu terakhir karena persediaan air berkurang.

Menurut laporan AP News pada Senin (16/10/2023), rumah sakit di Jalur Gaza menyebutkan, mereka berada di ambang kehancuran.

Pasukan Israel, yang didukung oleh semakin banyaknya pengerahan kapal perang AS di wilayah tersebut dan pemanggilan sekitar 360.000 tentara cadangan, menempatkan diri mereka di sepanjang perbatasan Gaza.

Israel mengatakan pihaknya telah menyerang puluhan sasaran militer, termasuk pusat komando dan peluncur roket, dan juga membunuh komandan Hamas.

Namun demikian, serangan udara selama seminggu telah menghancurkan seluruh lingkungan di Jalur Gaza namun gagal membendung serangan roket Hamas ke Israel yang terjadi pada 14 Oktober malam waktu setempat.

Berapa Jumlah Korban di Jalur Gaza Palestina?

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 2.670 warga Palestina telah tewas dan 9.600 orang terluka sejak pertempuran meletus.

Jumlah korban ini lebih banyak dibandingkan serangan Israel di Gaza tahun 2014, yang berlangsung selama enam minggu. Hal ini menjadikan serangan kali ini yang paling mematikan dari lima serangan di Gaza.

Menurut Israel, lebih dari 1.400 warga Israel tewas, sebagian besar warga sipil tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.

Setidaknya 155 orang lainnya, termasuk anak-anak, ditangkap oleh Hamas dan dibawa ke Gaza, menurut Israel. Ini juga merupakan perang paling mematikan bagi Israel sejak konflik tahun 1973 dengan Mesir dan Suriah.

Sekitar 500.000 orang, hampir seperempat populasi Gaza, mengungsi di sekolah-sekolah PBB dan fasilitas lainnya di seluruh wilayah tersebut, di mana persediaan air semakin menipis, kata Juliette Touma, juru bicara badan pengungsi Palestina di PBB.

“Gaza mulai kering,” katanya. Badan tersebut mengatakan sekitar 1 juta orang telah mengungsi di Gaza dalam satu minggu.

Rumah sakit di Gaza diperkirakan akan kehabisan bahan bakar generator dalam waktu dua hari, sehingga membahayakan nyawa ribuan pasien.

Israel menutup seluruh saluran BBM sepanjang 40 kilometer (25 mil) yang menjadi sumber satu-satunya pembangkit listrik di Gaza.

Di Rumah Sakit Nasser, di kota selatan Khan Younis, ruang perawatan intensif dipenuhi pasien yang terluka, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak di bawah usia 3 tahun.

Ratusan orang yang menderita luka parah akibat ledakan telah datang ke rumah sakit, tempat bahan bakar diperkirakan akan habis.

Serangan Israel Meluas ke Negara Tetangga

Pertempuran di sepanjang perbatasan Israel dengan Lebanon, semakin intensif pada hari Minggu ketika militan Hizbullah (Lebanon) menembakkan roket dan rudal anti-tank, dan Israel membalasnya dengan serangan udara dan penembakan.

Sebuah pesawat tak berawak Israel menembakkan dua rudal pada Minggu malam di sebuah bukit di sebelah barat kota Kfar Kila di Lebanon selatan, lapor Kantor Berita Nasional yang dikelola pemerintah. Tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dalam serangan yang terjadi di dekat pusat militer Lebanon.

Hizbullah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menembakkan roket ke posisi militer Israel di kota perbatasan utara Shtula sebagai pembalasan atas penembakan Israel yang menewaskan videografer Reuters Issam Abdallah pada hari Jumat dan dua warga sipil Lebanon pada hari Sabtu.

Juru bicara Hizbullah mengatakan peningkatan serangan tersebut merupakan sebuah “peringatan” dan tidak berarti Hizbullah memutuskan untuk ikut berperang.

Baca juga artikel terkait ISRAEL HAMAS atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Politik
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya