tirto.id - Komunitas Palestina di Indonesia (PCI) mengkritik kehadiran anggota Dewan Pertimbangan Presiden Yahya Cholil Staquf dalam acara pertemuan Komite Yahudi Amerika atau American Jewish Committee (AJC) di Yerusalem. Ketua PCI Murad Halayqa menyampaikan kunjungan itu mengecewakan sebagian besar rakyat Palestina. Kekecewaan itu menurut Murad karena Yahya merupakan tokoh agama dan pejabat Indonesia.
"Komunitas Palestina di Indonesia mengutuk dan menyesalkan kunjungan ini, walaupun Bapak Staquf menyatakan kepergiannya secara pribadi, tetapi beliau adalah sosok agama dan pejabat Indonesia dan langkah ini diambil pada waktu yang tidak sesuai," kata Halayqa seperti dilansir dari Antara, Rabu (14/6).
Halayqa mengatakan bagi warga Palestina, Indonesia merupakan negara yang dihormati. Hal ini karena Indonesia selalu konsisten memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Namun kehadiran Yahya di forum itu menurut PCI menyiratkan sikap yang bertentangan.
Halayqa mengatakan momentum kehadiran Yahya ke Israel tidak tepat. Sebab Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja memindahkan Kedutaan Besar Amerika ke Yerusalem, wilayah yang masih menjadi sengketa Palestina dan Israel. PCI menganggap kunjungan Yahya menyiratkan dukungan kepada Israel dan Amerika yang mengklaim Yerusalem sebagai Ibu kota Israel.
Selain itu, Israel masih terus melakukan tekanan dan kekerasan pada ratusan pengunjuk rasa Palestina yang melakukan aksi damai "Great March of Return" di Gaza sejak Maret lalu.
"Kami anggap pernyataan yang diajukan oleh Bapak Staquf bahwa kunjungannya untuk mendukung rakyat Palestina sebagai penyesatan dan pemanipulasian kata-kata karena dukungan untuk rakyat Palestina harus melalui pintu gerbang kepemimpinan Palestina di Ramallah, bukan melalui Israel yang menduduki tanah Palestina dan menyiksa serta berlaku kejam kepada rakyat Palestina," tutur Halayqa.
Halayqa menambahkan, PCI menolak alasan yang disampaikan Yahya bahwa kunjungannya ke Yerusalem merupakan salah satu langkah untuk meneruskan visi almarhum Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang mendukung prosses perdamaian Palestina-Israel.
"Bicaranya Bapak Staquf tentang warisannya dan visi almarhum Presiden Abdurrahman Wahid untuk mendukung proses perdamaian untuk membenarkan kunjungannya tidak dapat diterima karena Presiden Abdul Rahman Wahid mencoba untuk memainkan peran dalam proses perdamaian selama masanya 1999-2001 atas persetujuan kepemimpinan Palestina pada waktu itu dan masih ada payung internasional untuk proses perdamaian," kata dia.
Sementara pada kunjungan Yahya pada 10 Juni lalu, Amerika yang seharusnya menjadi motor penggerak perdamaian telah memihak pada Israel dengan memindahkan kedutaannya ke Yerusalem, dan Israel masih terus melanjutkan pencaplokan atas wilayah Palestina.
Editor: Muhammad Akbar Wijaya