Menuju konten utama

KKP & Unair Ungkap Hasil Investigasi 52 Paus Terdampar di Jatim

Penyebab terdamparnya adalah disorientasi akibat kelainan otot reflektor melon pada betina utama ditunjang dengan kelaparan.

KKP & Unair Ungkap Hasil Investigasi 52 Paus Terdampar di Jatim
Warga menarik Paus Pilot Sirip Pendek (Globicephala macrorhynchus) yang terdampar di Pantai Modung, Bangkalan, Jawa Timur, Jumat (19/2/2021). ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.

tirto.id - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengungkap hasil investigasi adanya 52 ekor Paus Pilot Sirip Pendek yang terdampar di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur pada 18 Februari 2021.

Sebanyak 52 ekor paus yang terdampar 51 di antaranya mati dan satu masih hidup dan kemudian dilepasliarkan. Dan dari 52 ekor itu ada 34 ekor paus terdiri dari 8 ekor jantan dan 26 betina yang berhasil diidentifikasi, lalu dilakukan investigasi dan forensik dikotomi sehingga diketahui penyebab mereka mati terdampar.

“Penyebab terdampar adalah disorientasi akibat kelainan otot reflektor melon pada betina utama ditunjang dengan kelaparan, serta kondisi pernapasan dan pencernaan yang kurang baik,” kata Bilqisthi Ari Putra bagian Histopatologi Tim Universitas Airlangga saat jumpa pers di Kantor KKP Jakarta, Senin (12/4/2021).

Betina paus yang merupakan pemimpin koloni yang diikuti puluhan ekor paus lainnya. Diketahui mereka sedang melakukan migrasi dan berburu makanan. Termasuk pejantan paus yang ada di dalam koloni juga mengalami kelaparan dan gangguan pernapasan, serta gangguan jantung.

Berdasarkan hasil pemeriksaan hal itu juga yang menyebabkan puluhan paus tersebut mati. “Penyebab kematiannya adalah gagal napas dan gagal jantung,” kata Bilqisthi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb. Haeru Rahayu dalam kesempatan yang sama mengatakan untuk mencegah adanya paus yang mati terdampar, KKP akan melakukan segera membuat kebijakan dengan melibatkan para pakar.

“Kita bisa melakukan satu langkah-langkah membuat kebijakan agar hal ini tidak terulang kembali, kalau misalnya terulang bisa kita tekan tingkat magnitusinya dan bisa jadikan benchmarking,” ujar Heru.

Dengan kebijakan yang tepat, maka ke depan kata Heru tingkat kejadian paus terdampar makin dapat ditekan salah satunya dengan meningkatkan Indeks Kesehatan Laut Indonesia (IKLI). Sebab dari standar IKLI 100 persen, saat ini angkanya masih rendah yakni 65 persen.

“Langkah kita ke depan dengan pemantik matinya paus secara massal ini agar IKLI kita semakin meningkat dan kasus serupa tidak terjadi lagi. Harapannya informasi ini bisa ditangkap dengan gamblang dan baik oleh masyarakat kami di KKP selalu berusaha menyampaikan informasi,” kata Heru.

Baca juga artikel terkait PAUS TERDAMPAR atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Abdul Aziz