Menuju konten utama

Kenyataan Sebenarnya yang Dialami Para Pengungsi di Jerman

Jerman dikenal sangat ramah bagi para pengungsi dari Timur Tengah. Namun, hidup tak serta merta menjadi lebih baik bagi pengungsi yang bisa sampai di Jerman. Apa saja problemnya?

Kenyataan Sebenarnya yang Dialami Para Pengungsi di Jerman
Pengungsi dari Suriah beristirahat di gedung olah raga di Deggendorf, Jerman. AFP PHOTO

tirto.id - Jerman dikenal sebagai negara yang paling terbuka menyambut para pengungsi dari berbagai kawasan, termasuk dari Timur Tengah. Negara yang dipimpin oleh Angela Merkel ini menjadi pemimpin terdepan Eropa dalam menyikapi krisis pengungsi dalam dua tahun terakhir. Kendati demikian, banyak rincian yang jarang diketahui: bahwa sampai ke Jerman tidak serta merta membuat kesulitan hidup menjadi lebih gampang dilewati.

Ya, berhasil sampai ke Jerman saja tidak cukup. Untuk kehidupan yang lebih baik, para pengungsi perlu bekerja. Sayangnya, tidak semua pengungsi dapat mencari kerja di Jerman. Setidaknya mereka harus menyelesaikan tahap awal permohonan suaka untuk dapat mencari pekerjaan. Proses permohonan suaka saja sudah rumit, apalagi pencarian kerja. Sudah pasti jauh lebih sulit lagi.

Agar dapat dipertimbangkan sebagai penerima suaka, setiap pengungsi pertama-tama harus mendaftarkan diri sebagai pencari suaka di kantor cabang BAMF (Bundesamt für Migration und Flüchtlinge, Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi) terdekat dari tempat mereka berada. Di sana pengungsi akan menjalani proses wawancara mengenai alasan mereka mengungsi serta mengapa mereka tidak dapat atau tidak mau kembali ke negara asalnya.

Status seorang pengungsi tergantung kepada rute yang ditempuhnya untuk mencapai Jerman. Pengungsi yang tiba di Jerman tanpa pernah menginjakkan kaki di negara Uni Eropa lain, maka pengungsi tersebut akan secara otomatis memenuhi syarat permohonan suaka di Jerman. Pengungsi yang tiba di Jerman dari negara Uni Eropa lain, sesuai Dublin Regulation, akan dideportasi ke negara Uni Eropa pertama yang dimasukinya.

Bahkan pengungsi yang sudah memenuhi syarat permohonan suaka masih membutuhkan waktu bertahun-tahun hingga mendapat izin tinggal permanen. Namun sementara izin tinggal belum menjadi milik mereka, mereka sudah memiliki hak mencari kerja.

Menurut hasil studi yang dirilis Parlemen Eropa pada Maret 2016, partisipasi pasar tenaga kerja adalah langkah paling penting dalam proses integrasi ke dalam masyarakat di negara penerima. Jerman sendiri tidak asing dengan hal ini.

Jerman yang sangat kekurangan jumlah pekerja untuk membangun negara akibat kehancuran dalam Perang Dunia II menjalin kerja sama dengan Italia, Yunani, Spanyol, Turki, Maroko, Portugal, Tunisa, dan Yugoslavia. Negara-negara tersebut mengirim buruh yang di Jerman dikenal sebagai pekerja tamu (Gastarbeiter). Pekerja tamu, sesuai kesepakatan, akan dipulangkan ke negara asalnya setelah dua tahun bekerja di Jerman. Namun banyak di antara mereka menolak pulang dan banyak perusahaan menyatakan keberatan jika setiap tahun harus melatih tenaga kerja baru.

Para pekerja tamu yang sudah mulai membaik hidupnya, terutama yang sudah memiliki izin tinggal dan sudah membawa keluarganya ke Jerman, satu per satu pindah dari tempat tinggal yang disediakan perusahaan ke pemukiman-pemukiman di pinggiran kota. Mereka membaur dengan masyarakat.

Angka kelahiran yang rendah dan jumlah populasi usia produktif yang terus menurun membuat Jerman saat ini, seperti pasca Perang Dunia II, membutuhkan pekerja dalam jumlah banyak. Mengingat 74% pengungsi adalah pria dan 82% di antaranya berusia di bawah 35 tahun, para pengungsi secara teori bisa menjadi solusi kebutuhan Jerman akan tenaga kerja.

Optimisme sempat tinggi. Pengungsi dianggap dapat memperkuat ekonomi Jerman seperti para pekerja tamu. Jumlah pengungsi pelamar kerja dari bulan ke bulan meningkat — Juni 297 ribu, Juli 322 ribu, Agustus 346 ribu. Namun peningkatan ini menjadi tantangan tersendiri untuk Jerman. Lowongan kerja, bahkan untuk mereka yang telah menyelesaikan tahap awal permohonan suaka, tidak banyak. Angela Merkel, Kanselir Jerman, menyadari hal ini dan menawarkan setidaknya satu solusi.

“Kami baru-baru ini berdiskusi di kabinet, penyalinan surat izin mengemudi Suriah ke Jerman memakan biaya 500 euro,” ujar Merkel kepada RBB pada September lalu. “Dan normalnya seorang pengungsi tidak memiliki 500 euro. Jadi barangkali program peminjaman akan membantu. Ketika pengungsi tersebut mulai memiliki penghasilan, ia dapat menebus 500 euro yang dipinjamkan. Pengemudi profesional kan sangat dibutuhkan.”

Perusahaan-perusahaan ternama Jerman menyatakan mendukung kebijakan Merkel. Namun, mereka yang mendukung pun tak banyak membantu. Deutsche Bahn hanya menyediakan 150 tempat untuk pengungsi dalam pelatihan. DHL menerima 100 pengungsi. Deutsche Telekom berencana menerima 75 pengungsi saja hingga akhir tahun ini. Di tingkat negara bagian, kasusnya sama saja.

Nordrhein-Westfalen (NRW), negara bagian dengan jumlah populasi terbesar di Jerman, sudah mendirikan 47 pusat integrasi spesifik untuk mempercepat proses masuk pencari suaka ke pasar tenaga kerja. Namun bahkan di NRW sendiri lowongan kerja untuk pencari suaka sedikit jumlahnya.

INFOGRAFIK Balada Pengungsi Mencari Kerja

Jumlah perusahaan yang mau menerima pencari suaka begitu sedikit karena proses permohonan suaka yang memakan waktu lama membuat izin tinggal mereka tidak jelas. Ditambah lagi, aturan izin kerja yang ada terlalu rumit. Selain itu para pengungsi dari Suriah dan negara-negara konflik tidak memiliki cukup keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan Jerman, bahkan jika para pengungsi itu pernah mendapat pelatihan kejuruan dan memiliki gelar sarjana. Apalagi satu dari tiga pengungsi tidak memiliki ijazah. Tanpa ijazah, kemungkinan diterima magang kecil. Yang juga menjadi penghalang masuknya para pengungsi ke dalam dunia kerja adalah kecakapan bahasa.

Di negara bagian Bayern, perusahaan-perusahaan lebih membuka diri kepada para pencari suaka. Namun, justru di Bayern mereka lebih sulit mendapat pekerjaan. Aturan negara bagian yang membuatnya demikian.

Aturan integrasi baru yang mulai berlaku di seluruh Jerman pada Agustus lalu membuat proses pencarian pekerjaan untuk pengungsi menjadi lebih mudah. Aturan tiga plus dua memungkinkan pencari suaka bebas dari deportasi selama tiga tahun masa magang. Setelah itu pengungsi langsung mendapat izin kerja selama dua tahun. Pengungsi mendapat jaminan, perusahaan tidak akan begitu saja kehilangan pekerja terlatih baru.

Jaminan ini tidak merata untuk semua. Setiap negara bagian memiliki aturannya sendiri selain aturan yang berlaku secara nasional. Di Bayern, pengungsi yang berasal dari negara aman tidak mendapat izin magang. Padahal permohonan suaka pengungsi dari negara aman belum tentu ditolak (peluang diterimanya permohonan suaka para pengungsi yang datang dari negara aman atau karena alasan ekonomi memang kecil). Sementara negara bagian lain baru mencabut izin magang pencari suaka begitu ada pernyataan resmi bahwa permintaan suaka mereka ditolak, Bayern tidak memberi izin magang bahkan sebelum surat deportasi diterima oleh pencari suaka yang bersangkutan.

Mencari kerja di negara bagian lain pun tidak memungkinkan, karena pencari suaka tidak dapat meninggalkan kota dan negara bagian di mana mereka ditempatkan. Tanpa izin kerja, mereka hanya menjadi pengangguran. Dan saat hanya menjadi pengangguran, bencana yang lain sudah siap menanti.

Baca juga artikel terkait JERMAN atau tulisan lainnya dari Taufiq Nur Shiddiq

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Taufiq Nur Shiddiq
Penulis: Taufiq Nur Shiddiq
Editor: Zen RS