tirto.id - Peringatan Hari Ayah Nasional yang jatuh pada 12 November, hari ini, dirayakan oleh Google doodle di Indonesia dengan ilustrasi jejak telapak tangan warna-warni.
Di Indonesia, peringatan Hari Ibu lebih dikenal dan dirayakan sejak Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928. Lalu bagaimana dengan Hari Ayah? Mengapa gaungnya tak semeriah peringatan Hari Ibu?
Dirunut dari sejarahnya, Hari Ibu dideklarasikan pertama kali dalam Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928, di Yogyakarta, tepatnya di pendopo Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipoero.
Sekitar 600 perempuan dari berbagai latar pendidikan dan usia hadir dalam kongres Perempuan Indonesia Pertama ini. Organisasi-organisasi yang terlibat dalam penyelenggaraan itu antara lain: Wanita Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Aisyah, Wanita Mulyo, perempuan-perempuan Sarekat Islam, demikian yang dicatat Susan Blackburn dalam Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang (2007).
Dalam kongres ini, perempuan berani bersuara mengenai hak-haknya dalam pendidikan dan menekankan peran perempuan dalam memajukan generasi penerus.
Oleh karena itu, pada 22 Desember 1953, dalam peringatan kongres ke-25, melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953, Presiden Sukarno menetapkan setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai: Hari Ibu.
Berbeda dengan peringatan Hari Ayah yang prakarsanya justru muncul dari kaum perempuan. Di Indonesia, Hari Ayah dirayakan pada 12 November berawal dari prakarsa paguyuban Satu Hati, lintas agama dan budaya yang bernama Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP), dikutip dari laman kemdikbud.go.id.
Tahun 2014, PPIP mengadakan peringatan Hari Ibu di Solo dengan cara mengadakan Sayembara Menulis Surat untuk Ibu. Acara ini disambut antusias oleh peserta sehingga menanyakan kapan peringatan yang sama untuk Ayah digelar. Peserta acara ini berpendapat ayah juga memiliki peran penting dan selama ini belum ada perayaan Hari Ayah di Indonesia.
Hingga pada 12 November, Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi menggelar deklarasi Hari Ayah untuk Indonesia dan menetapkan tanggal tersebut sebagai Peringatan Hari Ayah Nasional. Deklarasi tersebut digabung dengan hari kesehatan dengan mengambil semboyan ‘Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya”.
Deklarasi Hari Ayah juga dilakukan di Maumere, Flores, NTT. Dalam deklarasi itu juga diluncurkan buku ‘Kenangan untuk Ayah’ yang berisi 100 surat anak Nusantara yang diseleksi dari Sayembara Menulis Surat untuk Ayah.
Usai deklarasi, mereka mengirimkan buku tersebut dan piagam deklarasi Hari Ayah kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) serta bupati di 4 penjuru Indonesia yakni Sabang, Merauke, Sangir Talaud dan Pulau Rote. Setelah itulah setiap tanggal 12 November ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional.
Peringatan Hari Ayah di Indonesia dirayakan dengan memberi hadiah bagi bapak dan berkumpul bersama anggota keluarga lainnya. Ungkapan terima kasih kepada ayah ini disampaikan atas perannya sebagai tulang punggung, sandaran dan pelindung dalam rumah tangga.
Editor: Maya Saputri