tirto.id - Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan dan bersifat kronis (terjadi dalam jangka waktu lama). Ciri khas penyakit asma yang sering terlihat adalah sesak napas dan mengi dan disertai dengan batuk.
Laman Mayo Clinic menyebutkan bahwa saat serangan asma terjadi, saluran pernapasan bisa mengalami penyempitan, pembengkakan, atau memproduksi lendir berlebih. Ketiga hal inilah yang kemudian menghambat aliran udara/oksigen sehingga penderita asma kesulitan bernapas.
Asma memang tidak menular, tapi penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan gejalanya sering muncul pada usia anak-anak. Gejala asma sendiri meliputi:
- Batuk
- Sesak napas
- Nyeri dada atau dada terasa ditekan
- Mengi atau muncul suara tinggi saat bernapas
Penyebab Asma, Faktor Risiko, dan Pemicunya
Sampai saat ini belum diketahui pasti kenapa seseorang bisa mengalami asma. Namun dikutip dari situs Cleveland Clinic, berikut beberapa penyebab dan faktor yang meningkatkan risiko asma:
1. Genetik
Seseorang berisiko terkena asma apabila ada riwayat penyakit asma atau alergi di dalam keluarganya.
2. Alergi
Memiliki alergi bisa meningkatkan risiko asma, misalnya alergi terhadap hewan tertentu seperti kucing.
3. Faktor lingkungan
Asma bisa terjadi setelah seseorang terpapar zat yang menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan. Zat tersebut meliputi alergen, racun, hingga asap rokok.
4. Infeksi pernapasan
Infeksi saluran pernapasan seperti respiratory syncytial virus (RSV) bisa menghambat perkembangan paru-paru pada anak dan menyebabkan asma.
Sementara itu, serangan asma bisa dipicu oleh banyak hal, terutama oleh lingkungan luar. Pemicu atau pencetus serangan asma antara lain:
- Alergen seperti debu, bulu hewan peliharaan, tungau, makanan, obat.
- Polusi udara seperti asap rokok, asap kendaraan, zat iritan.
- Aktivitas fisik berat seperti olahraga.
- Perubahan suhu mendadak.
- Stres.
Terapi Inhalasi Asma pada Anak
Asma termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tapi gejalanya bisa dikendalikan jika dilakukan penanganan yang tepat. Salah satunya dengan cara terapi inhalasi.
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke saluran pernapasan dengan cara dihirup. Terapi inhalasi adalah cara efektif untuk meredakan gejala asma karena obat bekerja langsung pada saluran napas, efeknya cepat, dan tanpa efek samping.
Berdasarkan informasi dari IDAI, secara umum ada dua jenis terapi inhalasi pada anak, yaitu menggunakan nebulizer dan inhaler. Berikut penjelasannya:
1. Nebulizer
Menurut buku Rekomendasi Terapi Inhalasi dari IDAI, prinsip kerja nebulizer adalah pemberian obat dalam bentuk larutan atau suspensi yang kemudian diubah menjadi aerosol. Dalam penggunaannya, alat nebulizer dilengkapi dengan kompresor, selang, serta interface berupa masker khusus atau mouthpiece.
Cara pemberian obat memakai nebulizer juga harus disesuaikan dengan usia anak. Setelah obat dimasukkan ke dalam nebulizer, pasien bisa menghirup aerosol menggunakan masker/mouthpiece.
2. Inhaler
Prinsip kerja inhaler hampir sama dengan nebulizer, namun obat yang digunakan ada yang berupa larutan, suspensi, serta dalam bentuk bubuk kering.
Beberapa contoh inhaler untuk asma antara lain:
- Metered Dose Inhaler (MDI)
Pressured MDI memanfaatkan propelan berupa cairan bernama hidrofluoroalkana (HFA). Propelan ini mendorong obat berbentuk suspensi agar menjadi aerosol untuk dihirup pasien.
Dalam penggunaannya, pMDI dapat dipakai dengan menggunakan spacer atau tidak. Pemakaian spacer biasanya juga dilengkapi dengan masker atau mouthpiece dan umumnya digunakan untuk bayi maupun anak kecil.
Sementara liquid MDI menggunakan obat cair yang diubah menjadi aerosol halus dengan kecepatan rendah. Namun, liquid MDI belum tersedia bagi anak-anak.
- Turbuhaler
- Single dose handihaler
- Dischaler/diskus
Perlu diketahui bahwa penggunaan obat bubuk atau serbuk seperti jenis DPI ini biasanya hanya dilakukan pada anak yang sudah agak besar.
Mengutip dari jurnal Terapi Inhalasi pada Asma Anak yang dipublikasikan di Sari Pediatri, DPI tidak cocok untuk anak kecil karena daya hirup atau inspirasinya belum cukup kuat. Akibatnya, deposisi obat pada saluran respirasi akan berkurang.
Pengendalian Asma pada Anak
Pengendalian asma merupakan usaha yang harus dilakukan untuk mengendalikan gejala asma. Pengendalian asma diterapkan dengan cara:
- Pengobatan jangka panjang dengan obat pengendali, contohnya dengan terapi inhalasi.
- Menghindari faktor pemicu atau pencetus asma.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari