tirto.id - Beberapa waktu lalu, model dan musikus Al Ghazali dikabarkan pingsan saat sedang berkendara di kawasan Condet, Jakarta Timur. Dilansir Tempo, anak pertama Ahmad Dhani dan Maia Estianty itu diketahui menderita Erythema Multiforme Major (EMM). Penyakit tersebut diketahui ketika Al menjalani perawatan di rumah sakit setelah pingsan.
“Al itu kena EMM (Erythema Multiforme Major). Itu penyakit keracunan obat, ada beberapa obat yang enggak bisa dikonsumsi seperti saya. Penyakit ini [perbandingannya] 1 dari 1500 laki-laki dan ternyata Al kena,” ungkap Dhani kepada Tempo.
Kepada Suara.com, Dhani mengatakan bahwa penyakit itu bisa berdampak pada gejala Steven Johnson Syndrome (SJS), penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau infeksi. Penyakit ini dikatakan Dhani sebagai penyakit yang diturunkan oleh dirinya.
“Kalau Al tidak hati-hati memperhatikan obat-obat yang dikonsumsinya, ya berefek seperti saya,” kata Dhani kepada Suara. Dhani mengungkapkan, sebelum kejadian, putra sulungnya itu sempat mengonsumsi obat anti mabuk (antimo) sebanyak lima butir.
Apa itu Erythema Multiforme?
Menurut British Association of Dermatologists (PDF), erythema multiforme (EM) merupakan reaksi hipersensitivitas yang berkembang secara tiba-tiba. Biasanya penyakit ini akan hilang dengan sendirinya, namun ada gejala tertentu yang membutuhkan perawatan.
Penyakit yang umumnya menyerang kaum adam ini ditandai dengan munculnya beberapa hingga ratusan bintik-bintik merah. Papula tersebut biasanya mulai dari belakang kaki dan tangan, yang menyebar ke badan, terkadang menyebar hingga ke wajah.
Seiring waktu, papula ini akan berubah menjadi plak dan dan berbentuk lesi target dengan pusat merah kehitaman, area berwarna pucat, serta berwarna merah gelap di sekitarnya. Terkadang, ruam itu menjadi berkerak dan melepuh.
Erythema multiforme umumnya berskala ringan, disebut erythema multiforme minor. Penyakit ini hanya menyebabkan sedikit masalah dan dapat dihilangkan dengan segera. Namun, ada juga kejadian erythema multiforme langka dengan tingkat keparahan lebih tinggi, yakni erythema multiforme major.
EM mayor memiliki gejala kulit yang sama dengan EM minor, namun dalam jenis ini, ada keterlibatan membran mukosa baik itu dalam bibir, mata, bagian dalam mulut, tenggorokan, kerongkongan, anus, dan daerah kelamin. Biasanya, dalam kondisi EM mayor, penderita juga mengalami demam dan nyeri sendi.
Situs resmi National Health Service, Inggris Raya menyebutkan ada dua hal yang bisa menjadi penyebab erythema multiforme, yakni infeksi dan obat-obatan. Sebagian besar kasus EM disebabkan oleh infeksi virus (biasanya virus herpes simpleks). Virus ini biasanya tak aktif di tubuh, tapi dapat aktif sewaktu-waktu. Pada beberapa kasus, penderita akan menggigil sebelum ruam muncul.
Selain virus herpes simpleks, erythema multiforme juga bisa dipengaruhi oleh bakteri mikoplasma, bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dada.
Hal lain yang bisa menjadi faktor terjadinya EM adalah obat-obatan, seperti yang terjadi pada kasus Al Ghazali. Ada beberapa jenis obat yang bisa menjadi pemicu penyakit ini, seperti antibiotik (sulfonamid, tetrasiklin, amoxicilin, dan ampisilin), obat anti-inflamasi non-steroid (ibuprofen) dan anti-konvulsan, obat yang digunakan untuk mengobati epilepsi (fenitonin dan barbiturat).
Bagaimana Penyakit Ini Bisa Terjadi?
Melissa Chan dan Ran D. Goldman pernah menulis artikel berjudul “Erythema Multiforme in Children” (PDF). Di dalam tulisan itu, mereka mengatakan bahwa ruam pada EM minor dapat mempengaruhi anggota badan, khususnya pada permukaan ekstensor. Biasanya, kondisi ini berlangsung kurang dari minggu.
Chan dan Goldman menyampaikan antara 20-60 persen penderita EM yang mengalami EM mayor, terjadi pada bagian tubuh yang memiliki membran lendir.
“Mukosa mulut yang paling sering terpengaruh, awalnya dengan endema yang berlanjut menjadi erosi superfisial. Permukaan lain yang mungkin terjadi termasuk mukosa anogenital, okular, dan hidung,” tulis Chan dan Goldman.
EM merupakan hasil dari reaksi kekebalan tubuh terhadap dorongan infeksius atau antigen farmakologi.
Pada beberapa kasus, penyakit ini bisa membentuk komplikasi seperti meracuni darah (septikemia), septic shock (ketika tekanan darah menurun hingga level terendah), infeksi kulit (selulit), kerusakan kulit permanen, kerusakan mata permanen, dan peradangan organ tubuh seperti hati dan paru-paru.
National Health Service, Inggris Raya menuliskan beberapa cara untuk mengatasi erythema multiforme, seperti menghentikan konsumsi obat-obatan yang memicu penyakit ini. Selain itu, penderita dapat juga memakai antihistamin dan krim untuk mengurangi rasa gatal, krim steroid untuk mengurangi kemerahan dan pembengkakan (inflamasi), serta penghilang rasa sakit, tablet antiviral (jika penyebabnya adalah infeksi virus), obat kumur anestesi untuk meredakan luka di mulut, atau dengan perawatan di rumah sakit.
Editor: Maulida Sri Handayani