tirto.id -
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia akan menerapkan sistem “satu pintu” terkait segala informasi tentang penyanderaan WNI oleh Abu Sayyaf.
Sistem ini berarti bahwa segala pernyataan yang keluar dari Kemlu akan mengikuti pernyataan-pernyataan yang telah dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi LP.
"Sehingga kami tidak bisa mengatakan lebih dari apa yang telah disampaikan oleh Ibu Menlu (Retno Marsudi)," ujar Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir seusai menghadiri pernyataan pers Menlu Retno LP Marsudi di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Kamis, (31/3/2016).
Hal ini dijelaskan oleh Arrmanatha Nasir saat ditanyakan perihal posisi dan kondisi para ABK (Anak Buah Kapal) WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf.
Terkait dengan upaya pembebasan sandera, Menlu Retno menegaskan bahwa pemerintah masih menjajaki opsi-opsi terbaik yang tersedia.
"Penjajakan opsi terbaik masih terus dilakukan, dan sebagaimana yang saya sampaikan Selasa (29/3), keselamatan ABK menjadi acuan utama kita," kata Menlu Retno dalam pernyataan pers di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Kamis, (31/3/2016).
Selain itu, Menlu menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan komunikasi dengan pihak keluarga ABK WNI dan mereka telah mengetahui posisi dan kondisi kesepuluh WNI tersebut.
Namun, Menlu Retno tidak menjelaskan lebih lanjut terkait posisi dan kondisi para WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf. (ANT)