tirto.id - Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyatakan terdapat tiga temuan kasus COVID-19 varian Delta Plus di Indonesia.
"Ada 3 [kasus varian delta plus], 1 di Sulawesi Barat dan 2 di Jambi," kata Nadia melalui pesan singkat, Kamis (29/7/2021).
Nadia yang juga menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes itu bilang bahwa varian Delta Plus ini tak memiliki perbedaan yang berarti dengan varian Delta yang pertama kali ditemukan di India tersebut.
"Tidak ada [perbedaan] hanya mutasi proteinnya saja. Iya [kecepatan penularannya juga sama]," kata Nadia.
Varian Delta Plus ditemukan kali pertama di Eropa pada Maret 2021. Kemudian varian yang dikenal AY.1 juga ditemukan di India pada April.
Melansir BBC pada 23 Juni, varian Delta Plus juga ditemukan di sembilan negara di luar India dan Indonesia yaitu Amerika Serikat, Inggris, Portugal, Swiss, Jepang, Polandia, Nepal, Rusia dan Cina. Dengan demikian pada akhir Juli ini total sudah 11 negara ditemukan varian Delta Plus.
Varian Delta menjadi perhatian di dunia karena kecepatan penularannya.
Nadia pernah mengatakan bahwa varian Delta atau B1617 yang sudah terdeteksi di Indonesia bisa menular dalam hitungan detik. Sebagai perbandingan adanya temuan di Australia, varian Delta ini dapat menular 5-15 detik pada orang yang tidak mengenakan masker.
Imbas dari penularan varian Delta di Indonesia telah menaikkan kasus pada Juli ini. Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui varian Delta ini tak bisa dikendalikan.
“Saya mohon supaya kita paham varian delta ini varian yang tidak bisa dikendalikan,” kata Luhut dalam konferensi pers, Kamis, (15/7/2021).
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes per 29 Juli 2021, varian Delta telah teridentifikasi 984 kasus yang menyebar di 22 provinsi di Indonesia. Sedangkan varian Delta Plus baru dua provinsi.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali