Menuju konten utama

Kementerian ESDM: Pendapatan Negara Bisa Berkurang dari Batu Bara

"Jadi, itu menyebabkan ada potensi Oktober ini akan menurun pendapatan dari royalti," ujar Sri Raharjo.

Kementerian ESDM: Pendapatan Negara Bisa Berkurang dari Batu Bara
Sejumlah alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Minggu (8/4). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

tirto.id - Harga batu bara acuan (HBA) mengalami penurunan pada Oktober 2018 menjadi 100,89 dolar AS per ton. Hal itu disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Sri Raharjo.

Sri mengatakan, penurunan tersebut akan berdampak pada kerugian pendapatan negara. "Jadi, itu menyebabkan ada potensi Oktober ini akan menurun pendapatan dari royalti," ujar Sri Raharjo di Jakarta pada Kamis (4/10/2018).

Kendati demikian, lanjut dia, fenomena harga batu bara acuan tahun ini cukup menarik. Pasalnya, harga HBA mengalami lonjakan dan penurunan dalam waktu berdekatan. Pada tahun sebelumnya, HBA sempat menyentuh 40 dolar AS per ton.

"Harga cukup bagus setelah kita mengalami penurunan harga di tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini naik cukup drastis, walaupun di Oktober ini turun harganya dari Agustus ini 170 dolar AS per ton, September 104 dolar AS per ton, dan sekarang hanya 100 dolar AS per ton," ujarnya.

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), Hendra Sinadia mengaku sulit untuk memprediksikan penurunan dan kenaikan HBA. Namun, ia menduga, penurunan HBA terjadi karena pasar sudah mengalami kelebihan pasokan.

"Kalau kita perhatikan pergerakan index, terutama di batu bara kalori rendah dan menengah, pasarnya sudah gejala over supply. Jadi ini yang sebabkan tekanan terhadap harga," ujar Hendra.

Selain itu, Hendra juga mengungkapkan kekhawatirannya bahwa harga batu bara acuan hingga akhir tahun bisa menyentuh level di bawah 100 dolar AS. Penyebabnya, Cina sudah semakin mengurangi impor batu bara dari Indonesia, karena ingin mengurangi emisi gas buang dari batu bara yang negatif bagi lingkungan.

"Dia (Cina) udah jelas sekali. Ditambah dengan sentimen harga, dengan adanya rencana pemerintah genjot ekspor. Tapi di sisi lain pasar bisa kelebihan pasokan, jadi harga terganggu (menurun)," ucap Hendra.

Baca juga artikel terkait BATU BARA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto