Menuju konten utama

Kementerian ESDM: Infrastruktur Kendaraan Listrik Dibangun Bertahap

Menurut Andy Sommeng, pembangunan infrastruktur kendaraan listrik dapat dibangun secara bertahap seiring dengan jumlah produksi kendaraan listrik.

Kementerian ESDM: Infrastruktur Kendaraan Listrik Dibangun Bertahap
(Ilustrasi mobil listrik) Mahasiswa mencoba mobil kota (city car) bertenaga listrik bernama Smart VI di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Jawa Timur, Senin (2/10/2017). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/aww/17

tirto.id - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noorsaman Sommeng mengklaim infrastruktur pendukung untuk kendaraan listrik dapat dibangun secara bertahap. Adapun infrastruktur yang terbilang vital adalah Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU), yang berfungsi sebagai sarana pengisian ulang baterai kendaraan.

Karena jumlah kendaraan listrik, baik motor maupun mobil belum banyak, maka Sommeng berpendapat bahwa pemerintah akan lebih fokus untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

“Masa sudah dibangun (SPLU) tapi nggak ada motor atau mobil listriknya? Makanya bertahap kan. Sekarang ini kita dalam rangka menyosialisasikan dan memasyarakatkan kendaraan listrik,” kata Sommeng di Gandaria City, Jakarta pada Minggu (29/10).

Lebih lanjut, Sommeng menilai mayoritas masyarakat Indonesia akan lebih tertarik apabila jumlah kendaraan listrik di jalanan semakin banyak. Untuk itu, melalui sosialisasi tersebut, diharapkan memacu masyarakat untuk mulai beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak menjadi kendaraan berenergi listrik.

Sommeng mengklaim bahwa kendaraan listrik sebenarnya sudah mulai diproduksi, meskipun tidak langsung dalam jumlah yang besar. “Contohnya, Garansindo kan sudah. Kalaupun bicara motor listrik, seperti di mal juga sudah ada (yang pakai),” ungkap Sommeng.

Kendati demikian, Sommeng mengaku tidak bisa memastikan jumlah produksi kendaraan listrik secara besar-besaran nantinya. Sommeng pun berharap agar unit yang telah diproduksi dapat laku terlebih dahulu, sehingga dari segi kuantitasnya bisa mengikuti. “Yang seperti itu tidak bisa diprediksi,” ujar Sommeng.

Masih dalam kesempatan yang sama, Sommeng beranggapan kalau membangun infrastruktur listrik tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat.

Ia mencontohkan, realisasi dari target pasokan listrik sebesar 35 gigawatt pun perlu dipertimbangkan. Mengingat kebutuhan listrik yang dipakai mengisi ulang baterai kendaraan, juga akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari hingga pengoperasian MRT (mass rapid transit/moda raya terpadu) nantinya.

Sementara itu, Direktur Institut Transportasi Milatia Kusuma mengimbau agar masyarakat dapat lebih memaksimalkan transportasi publik, meskipun kendaraan listrik sudah mulai didistribusikan.

“Punya mobil listrik tidak apa-apa, tapi mungkin bisa disimpan di rumah dan lebih banyak gunakan transportasi publik. Karena kalau semuanya pada pakai mobil listrik, jalanan bakal tetap macet juga,” kata Milatia.

Baca juga artikel terkait MOBIL LISTRIK atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Otomotif
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Yandri Daniel Damaledo